KETIKA siang kini sudah berganti malam, Denis mulai dilanda rasa bosan. Ia duduk terkulai di sofa sambil memandangi Ivan yang masih serius menatap monitor. Denis pikir setelah keduanya menyelesaikan makan malam, ia bisa keluar dari ruang kerja yang serba gelap itu. Tapi nyatanya, kekasihnya justru berjibaku kembali dalam urusan pekerjaan yang tidak berkesudahan. Alasannya ya karena seperti biasa, jika Papanya sedang tidak di Indonesia, mau tidak mau Ivan yang harus menghandle semua perkerjaan yang di tinggalkan. Meski begitu Sang Papa tidak lantas melepasnya begitu saja, beliau terlihat tetap memantaunya dari sambungan telepon.
"Sebentar lagi ya Nis, aku tunggu Papa telepon sekali lagi buat mastiin semuanya kelar." Ivan berucap sambil menggerakan mouse nya. Tatapannya masih tidak teralihkan.
"Emang kenapa sih kalau aku pulang sendiri?" Denis menyandarkan kepalanya di sofa sambil memandangi Ivan di balik meja kerjanya.
"Nanti lah, kan kamu belum hafal jalanan sini. Kalau taksi atau ojek online jelas aku nggak bakalan kasih. Nggak aman."
"Ya gimana aku mau hafal kalau pulang pergi sama kamu mulu.. HIH...!!!" Decak Denis yang mulai kesal.
Menyadari perbedaan intonasi yang menyambar telinganya, barulah Ivan melayangkan tatap matanya ke sumber suara. Didapati Denis mendongak ke lampu kristal yang menggantung tepat di atas meja biasanya Ivan menerima tamu. Mata Denis terpejam, gestur tubuhnya terlihat lelah seusai menggarap pekerjaan yang menumpuk. Tak lama kemudian, Ivan pun menghampiri.
"Kamu nggak suka aku begini?"
Denis terperanjat karena suara itu begitu dekat. "ASTAGA... ngagetin ih!" ia pun membenarkan posisi duduknya. Begeser mempersilahkan Ivan duduk di sebelahnya. "Sampai capek aku ngingetin kamu, kalau ini tuh Jakarta. Tempat di mana aku lahir dibesarin Mama Papa. Jadi kamu nggak perlu sekhawatir kayak waktu aku masih kerja di luar negeri."
Setelah menatap lekat dan merenungi perkataan Denis, Ivan membuang pandangannya ke sembarang ruangan. "Nis... aku cuma mau jagain kamu. Selagi masih sempat, selagi masih bisa, aku nggak ngerasa keberatan."
"Iyaaa paham Van, aku tahu kok. Gini loh, maksud aku nanti kedepannya kalau aku butuh kamu, aku pasti bakalan ngomong. Nggak selalu ada kamu di sekitar aku bukan berarti kamu nggak jagain aku kan?"
Tanpa merubah air mukanya, Ivan pun menanggapi, "Ya udah aku kasih satu staff aku buat nemenin kamu kalau aku lagi nggak bisa."
"IH... KAMU NGGAK NGERTI...!!!" Denis semakin dibuat kesal dengan kelakuan kekasihnya. "Kamu simpen nomor Sandy kan? Aku nggak jauh-jauh juga paling di anterin sama dia Van."
"Oke..oke..." Ivan memangkas jaraknya mencoba meredakan emosi Denis. "Atur aja gimana maunya kamu."
Denis melirik sinis, "Beneran?! Minggu depan aku mau ngumpul sama temen SMA aku nih, awas aja kalau kamu bawel ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape [✓]
Romance🏆 Spotlight Romance Of January 2024 - WattpadRomanceID Jonathan sedang berlari dari derita patah hati yang selalu mengekorinya kemanapun pergi. Semangat hidupnya tidak sebesar hari kemarin, sebelum gadis yang begitu ia cintai memilih pria lain. Pr...