Adel memarkirkan mobilnya di halaman rumah keluarga Gammarra sambil menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskan napas perlahan.
Sejak kecil dulu ia sangat dekat dengan Gema sesuatu hal yang sebenarnya ia tidak mengerti mengapa ia begitu dekat pria yang terkenal nekad dan usil itu.
Sedikit mengingat di dalam kepalanya, Gema adalah orang yang sayang padanya dan melakukan apapun untuknya di masa lalu bahkan Adel ingat saat dirinya berulang tahun yang ketiga Gema berusaha membelikan kado impiannya walaupun Asbi berusaha menjauhkan mereka entah ada masalah apa waktu itu yang sama sekali Adel kecil tidak mengerti.
Mungkin uncle nya - Asbi berhasil menanamkan pikiran buruk pada El kembarannya tentang Gema namun, tidak dengan dirinya.
El begitu dekat dengan Asbi namun, Adel begitu dekat dengan Gema tanpa diketahui Papanya - Aldino, uncle nya - Asbi maupun kembarannya - El.
Lama melamun membuat Adel sadar ia harus masuk segera ke dalam rumah itu dan bercerita apa yang dialaminya hari ini pada Gema terkait pekerjaan nya.
Sejujurnya Adel lebih nyaman bersama Gema daripada keluarganya sendiri, Gema bisa membuatnya tertawa dengan lelucon khasnya sementara keluarganya sendiri membuatnya terkadang stress apalagi sejak SMA kembarannya itu selalu membuat ulah, mulai dari mengikuti geng motor sport, balap, taruhan, mabuk-mabukan, berkelahi dan masih banyak lagi kelakuan El yang membuat suasana rumah tidak lagi sehangat dulu.
"Hai sayang," sapa Narisa tersenyum melihat Adel memasuki rumahnya.
Adel tersenyum hangat. "Uncle Gema dimana aunty?"
Narisa tersenyum. "Lagi di ruang latihan sama Gala, kamu susul aja ya mereka sekalian ingatkan mereka buat makan malam, kebiasaan memang mereka kalau udah latihan suka lupa waktu,"
Adel mengangguk. "Iya aunty, Adel keatas dulu," kemudian menaiki lantai dua.
Di dalam ruang latihan terlihat Gema dan Gala sedang berlatih judo ah, lebih tepatnya Gema mengajarkan Gala bela diri yang satu itu.
"Heh masa kamu kalah sama Papa, dulu jaman SMA Papa ini udah master judo. Kamu apaan udah SMA masih segini aja kemampuannya!" Ledek Gema geleng-geleng kepala.
Gala kelelahan melawan Papanya sendiri. "Adooh Pa, kita latihan aja pas aku pulang sekolah. Aku sekolah aja sampai jam 5 sore, tenaga aku udah habis di sekolah Pa."
"Ayo latihan lagi," ajak Gema membantu anaknya berdiri.
"Adooh tepar saya tuan," keluh Gala kelelahan.
"Kamu harus jadi master nanti kalau udah kuliah kamu pasti sibuk ini itu, sekarang waktunya Gal, kamu harus bisa bela diri kayak Papa biar bisa lindungi Mama, kak Adel dan aunty-aunty cantik kamu itu, ayo!" Menepuk-nepuk pundak Gala.
"Aku hampir lupa kalau aku punya aunty cantik terutama aunty Nay, ok bos kita lihat siapa yang menang di babak ini?" Gala tersenyum jahil melawan sang Papa.
"Gal, kamu gak ada gadis pujaan lain selain mengagumi aunty Nay?" Tanya Gema terkait kekaguman Gala pada Nay sahabatnya.
Gala menggeleng. "Gak ada Pa, gak ada yang kayak aunty Nay yang cantik, anggun, elegan, bahkan dia makan, turun tangga, tersenyum juga beehhhh Gala terpesona Pa." Mulai lebay.
Adel tersenyum melihat keduanya dan segera saja memukul kepala Gala.
"Adoww," teriak Gala memegang kepalanya.
Adel menjulurkan lidahnya.
Gema hanya tertawa melihat keduanya yang memang terlihat tidak akur namun, bukan seperti itu maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL
RomanceBelasan tahun berlalu persahabatan mereka masih terjalin dengan begitu erat, rasa cinta, dendam, sakit hati, mengikhlaskan mereka semua sepakat menguburnya dalam-dalam belasan tahun silam dan tidak pernah mengungkitnya kembali. Mereka berjalan di ma...