Jangan pelit kasi vote dan ramaikan kolom komentarnya dong...
Vote dan komentar dari kalian semua bikin aku bersemangat tau...Komentar apa aja bebas deh asal masih berkaitan sama cerita ini, mau kritik silahkan, mau nanya-nanya juga boleh, mau kenalan sama aku juga boleh wkwk 🤣
Kasi kalau ada typo juga yaa... Biasa ngetik kilat 🤭
Rekomendasikan ke teman-teman dan sosmed kalian juga yaa biar makin rame yang baca kisah ini...
Terimakasih
Selamat membaca 😊
***
Sepeninggal Aldino dan Tia suasana rumah Awwalun tak sehangat dulu kini rumah itu terasa hampa dan dingin tidak ada lagi Tia yang sibuk bergerak mengkomando para asisten untuk menyiapkan sarapan, makan siang ataupun makan malam, tidak ada lagi Tia yang setiap sorenya mengurus tanaman-tanaman milik Rea dulu.
Tia sudah beristirahat tenang bersama kedua orangtuanya Arkan dan Rea juga dengan suaminya, Aldino.
Asbi memandang ruang kerja Aldino biasanya pria itu berada di ruang kerjanya jika tidak ada pekerjaan mendesak di rumah sakit, pria yang akan tersenyum menyambutnya saat ia berkunjung, pria menepuk pundaknya saat ia tengah rapuh, pria yang marah padanya saat ia salah, pria yang memilih diam karena tidak ingin berdebat dengan dirinya dikala Asbi mulai menyombongkan diri akan kuasanya, Aldino abang iparnya akan memarahinya jika Asbi memanjakan El dan Adel karena Aldino yang bersifat tegas mendidik keduanya, mereka tidak ribut lagi untuk hal-hal sepele.
Aldino segala-galanya selain Tia kakaknya.
"Bang Dino," lirih Asbi jatuh berlutut di ruang kerja Aldino.
Raffa berlari memasuki ruang kerja Aldino dan melihat Asbi yang tengah rapuh bersimpuh di ruangan itu.
"Bi, ayo kita istirahat." Menarik Asbi sekuat tenaga berdiri dan keluar dari ruangan itu.
🧡🧡🧡
Asisten tetap bekerja seperti biasanya meskipun seluruh penghuni rumah berduka bahkan asisten, pengawal dan supir ikut merasakannya karena sudah dekat dengan keluarga Awwalun bahkan mereka bekerja sudah begitu lama sejak Tia masih kecil.
Kini saat Tia pergi para pekerja ikut berduka namun, duka yang mereka rasakan tak boleh hanya duduk termenung dan menangis saja, mereka harus tetap bekerja seperti biasa.
Biasanya Tia akan ikut terampil membantu para asisten di dapur sambil bertukar cerita sederhana, kini tidak ada lagi.
"Selamat malam pak Adelard,"
"Malam bik," El baru saja menuruni tangga.
"Apa bapak sekeluarga akan makan malam biar kami siapkan segera?"
El mengangguk. "Ya, bik. Kami akan makan malam seperti biasa, siapkan saja."
"Permisi pak Adelard,"
Asisten langsung saja bergegas menyiapkan makan malam karena saat makan siang tadi tidak ada satupun yang menyentuhnya bahkan tidak ada penghuni rumah yang turun untuk makan maka dari itu asisten ragu untuk menyiapkan makan malam dan bersyukur keluarga Awwalun akan makan malam seperti biasa.
Semua duduk di kursi masing-masing seperti biasa. Kursi Aldino dan Tia yang berada di samping kanan Asbi dibiarkan kosong tidak ada yang mengisinya.
Asbi melihat kursi keduanya kosong kemudian memanggil asisten. "Bik, tolong panggilkan pak Dino dan Bu Tia untuk segera ke ruang makan sekarang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL
RomanceBelasan tahun berlalu persahabatan mereka masih terjalin dengan begitu erat, rasa cinta, dendam, sakit hati, mengikhlaskan mereka semua sepakat menguburnya dalam-dalam belasan tahun silam dan tidak pernah mengungkitnya kembali. Mereka berjalan di ma...