El selalu menyempatkan waktunya menjenguk Asbi, kadang bercerita sampai mengeluarkan air matanya kemudian dengan cepat diusapnya kasar agar tidak ada satupun yang melihatnya.
Ia masih memegang frame kebersamaan Asbi dan Icha yang ditemukannya di ruang kerja ternyata disana ada banyak kisah cinta tertulis dan tak pernah terungkapkan.
Ungkapan kerinduan Asbi tertulis disana dalam setiap lembar foto kebersamaan mereka.
Satu bulan terasa lama bagi El entah sampai kapan Asbi bangun berharap menceritakan kisah itu padanya, El menantikan Asbi bercerita kisah percintaan itu agar semua benar-benar terasa jelas dan nyata di matanya.
Setelah puas bercerita walaupun hanya seorang diri tanpa di gubris oleh lawan bicaranya, El tersenyum dan memeluk Asbi.
"Papa punya El, jangan lupain itu!" Bisik El kemudian keluar dari kamar inap Asbi berselisihan dengan Kaori.
"El," panggil Kaori.
El hanya melongos begitu saja seolah tidak mendengarnya.
🧡🧡🧡
El mendatangi rumah keluarga Wiratama, ia tidak tahan dengan semua bukti-bukti yang sudah ditemukannya dan ingin menanyakannya langsung tentang siapakah ayahnya Asbiqunal atau Gema namun, ia takut akan menyakiti Icha.
Lelaki bermata elang itu hanya bisa memeluk Icha dengan mata berkaca-kaca.
"El," panggil Icha kaget.
"Aku gak tahan, hati aku sakit." Lirih El memejamkan matanya.
"Duduk dulu, ceritain pelan-pelan dengan aunty," pinta Icha membawa El duduk di sofa.
"Apa masa lalu benar-benar menyakitkan?" Tanya El menangis.
Icha terdiam dan mengusap kepala El. "Kamu bicara apa?"
El menggeleng. "Aku hanya kacau," kembali memeluk Icha.
Icha memejamkan matanya. "Apa udah saatnya Tuhan? Aku benar-benar gak sanggup lagi," gumamnya dalam hati.
🧡🧡🧡
Gema menghela napas berat sambil memegang pigura yang terdapat dua bayi kembar disana, pria berambut pirang kembali meletakkan pigura itu saat ada yang mengetuk pintu ruang kerjanya sambil mengusap wajahnya.
"Pa," Gala memasuki ruang kerja sang Papa dan melihat sang Papa seperti sehabis menangis.
"Ah anak jagoan Papa udah pulang ternyata," Gema tersenyum menghampiri Gala dan memeluk Gala.
"Papa habis nangis?" Tanya Gala sebenarnya paham perasaan sang Papa.
Gema tertawa. "Nangis? Nangis apa? Mata Papa berair daritadi cek puluhan surel yang masuk," mengucek matanya.
"Pa, Papa bisa cerita sama Gala. Anggap aja Gala ini rekan Papa kita bisa cerita apa aja dan tukar pikiran, mungkin?" Gala memandang Gema.
Gema tersenyum memegang kedua pundak jagoannya itu. "Anak jagoan Papa sudah dewasa ternyata, memang itulah yang kita lakukan setiap hari. Kita rekan kerja yang solid, boy?" Mengusap kepala Gala.
"Tapi, aku rasa Papa gak seperti biasanya. Seperti memendam suatu masalah, aku bukan anak kecil lagi, Pa. Bukannya Papa selalu bilang sama Gala, kalau kejujuran akan dihargai daripada sebuah kebohongan!" Gala menegaskan.
Gema mengadahkan kepalanya keatas berusaha menenangkan dirinya selama beberapa detik. "Papa punya masa lalu yang Papa kubur dalam-dalam belasan tahun tiba-tiba naik ke permukaan, Papa akan selesaikan dan fokus dengan keluarga kita lagi," menepuk pundak Gala dan keluar dari ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL
Storie d'amoreBelasan tahun berlalu persahabatan mereka masih terjalin dengan begitu erat, rasa cinta, dendam, sakit hati, mengikhlaskan mereka semua sepakat menguburnya dalam-dalam belasan tahun silam dan tidak pernah mengungkitnya kembali. Mereka berjalan di ma...