4b : Kepedihan Terdalam

9 2 0
                                    

El bagai boneka hidup yang diseret oleh Adel membuat semua keluarga Awwalun jelas saja kebingungan dengan tindakan Adel dan apa yang kini terjadi pada El seolah tak ada habisnya jika menyangkut tentang seorang Adelard Anarkansa Awwalun ini sejak masih kecil dulu selalu penuh kejutan dan keterkejutan untuk orang-orang sekitarnya.

Adel benar-benar kesal karena kebisuan El yang tiba-tiba apalagi menyeret pria itu membuat tenaga nya terkuras habis serta rasa penasaran yang belum terjawab di rumah keluarga Gammarra tadi membuatnya ingin menghantam El namun, ia urungkan setelah melihat kondisi El layaknya boneka hidup setelah kata-kata nya yang membuat semua terkejut itu.

Ditambah Adel harus menyetiri El dan meminta orang kepercayaan untuk membawakan mobil El kembarannya itu padahal bisa saja El yang menyetiri nya saat pulang karena sudah lelah bekerja seharian.

"El," panggil mereka semua keheranan.

"Adel, abangmu kenapa lagi?" Tanya Aldino melihat kondisi El yang babak belur.

"Dia mengacau! Dan ini keterlaluan, dia merusak semuanya! Aku benar-benar lelah kali ini!" Mendorong El dan menaiki tangga.

Kekacauan apa yang dibuat El hingga Adel marah besar pada kembaran nya sendiri yang bahkan tak pernah terjadi.

"Adel," panggil Tia mengejar Adel.

El diam memandang Aldino juga Asbi.

"Apalagi El? Apalagi kekacauan yang kamu buat untuk saudara kamu sampai Adel marah seperti ini, bahkan dia tidak pernah marah dan Papa baru melihat kemarahan dan kekecewaan nya padamu?" Aldino sedikit mengangkat kepalanya memandang langit-langit rumahnya.

"Uncle antar ke kamar ya? Kamu sepertinya mabuk, El," ajak Asbi merangkul El namun, El menghempaskan tangan Asbi itu dan mundur perlahan.

Asbi keheranan memandang El. Tak biasanya El menolak tawaran perlindungan darinya di saat kemarahan Aldino yang akan meledak Asbi memang selalu berada di garis terdepan melindungi seorang El.

El sekuat tenaga berpegang pada pegangan tangga walaupun tangannya gemetar bahkan pandangan matanya juga kosong.

"Ya Tuhan, apa aku benar-benar tidak bisa menikmati masa tuaku dengan damai karena El?" Aldino mengusap wajahnya.

Asbi masih terus memandangi El yang terlihat terguncang hebat. Ya, El bukan mabuk melainkan sedang terguncang akan sesuatu namun, apa pikir Asbi.

🧡🧡🧡

Bahkan Gala pergi dari rumah walaupun belum mendapatkan kejelasan apapun dari sang Papa yang tiba-tiba pergi begitu saja seperti memang terguncang dan Gala menyimpulkan seperti benar bahwa panggilan 'Papi' yang El sepupunya ucapkan itu menghantam keras sang Papa seharusnya jika masa lalu baik-baik saja Papanya tidak akan seperti ini kan? Seharusnya Papanya tertawa keras dan berkata 'ini konyol sekali El? Putraku hanya Gala' seharusnya sang Papa berkata seperti itu bukan pergi meninggalkan kegelisahan untuk semua yang menunggu jawaban termasuk dirinya sebagai anak semata wayang dari seorang Gema.

Rafira berlari kesana-kemari mencari Gala yang tiba-tiba saja menelponnya dan meminta bertemu, gadis berponi itu mengumpat kalau benar Gala mengerjainya lihat saja besok di sekolah ia akan membuat Gala menyesali sudah pernah mengenalnya.

Langkah kecil Rafira berhenti saat melihat lelaki berambut pirang yang sudah otomatis adalah Gala langsung menghampiri lelaki itu yang sedang duduk di atas perahu.

"Ah gila! Aku lari-lari kesini," Rafira ngos-ngosan.

Gala memandang Rafira. "Yang nyuruh lari siapa?"

Rafira mencubit Gala. "Kau bilang kalau aku tidak datang kau akan nyebur di sungai ini, bodoh! Aku jelas khawatir walaupun kau sering menjahili ku tapi, kita adalah sahabat sekaligus saudara,"

SCANDAL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang