Awkwardness

1.4K 158 6
                                    

Sometimes, the most important loves are the ones not meant to stay!

Setelah menyelesaikan ritual mereka di kamar mandi, Baiben dan Biu saat ini sudah berada di dalam kamar. Saling duduk berjauhan. Sibuk dengan urusan masing-masing.

Biu melirik Baiben yang sedang duduk di kursi seberang ranjang, sedang menyilangkan kaki yang hanya menggunakan celana panjang tanpa atasan. Rambut yang basah, menjatuhkan diri dengan bebas di atas badannya.

Apa saat duduk harus terlihat berkharisma seperti itu ya?
Tampan sih, tapi menyebalkan!

Lihatlah dia! Mataku sakit melihat rambutnya basah jatuh ke badannya.
Tcks...!
Ingin sekali rasanya aku menggosok rambut basahnya itu!

"Hei kau, cepat kemari!"
"Keringkan rambutku!"
Ucap Baiben tanpa menoleh Biu.

Biu bangun dari duduknya berjalan menghampiri Baiben.
Biu mengambil handuk dan segera menggosok rambut Baiben tersebut, namun dicegah oleh Baiben.

"Jangan gunakan handuk!"
"Kau ingin merusak rambutku, ya?"
"Gunakan pengering rambut!"

"Maaf sayang, segera aku ambilkan."

Cihhh...Biu, kau hebat sekali ya!
Mulutmu dengan lancarnya memanggilnya sayang.
Kau benar-benar bekerja keras Biu!
Lanjutkan sandiwaramu!
Ujar Biu pada dirinya sendiri.

Saat mengeringkan rambut Baiben, dengan perlahan namun, tak sengaja bahwa Biu menarik rambut Baiben ke belakang sampai dia mendongakkan kepalanya ke atas.

"Hei! Kau tidak suka aku menyuruhmu mengeringkan rambutku, tidak suka memerintahmu?"
Ujar Baiben sambil menyilangkan kedua tangannya yang masih tetap pada posisinya saat ini.

"Bukan begitu, hanya saja saya lupa bahwa Anda sedang bekerja di depan laptop. Mengapa Anda tidak menaruhnya sebentar tuan, agar memudahkan pekerjaan saya?!"
"Nanti kalau sudah selesai, Anda boleh melanjutkan pekerjaan Anda lagi kok!"

Baiben melirik Biu sambil tetap dalam posisi mendongak menatapnya.

"Seharusnya aku yang memerintahmu, bukan malah sebaliknya."
"Itu hakku ingin atau tidak melanjutkan pekerjaanku, mengerti?!"

"Hanya sebentar, Anda bisa melanjutkannya nanti!"
"Saya akan melakukannya dengan cepat kok."

"Tcks...!"
"Jangan bicara padaku dengan bahasa bakumu, panggil aku sayang dan bicaralah menggunakan aku dan kamu saat kita berbicara, paham?"
"Jika kau terus berbicara padaku menggunakan bahasa saya dan Anda, orang-orang akan mengira kita adalah atasan dan bawahan!"

"Baik aayang, aku paham kok!"
"Aku akan mencoba terus kok, berilah aku waktu!"

Baiben hanya mengernyitkan kedua alisnya kemudian meletakkan laptopnya.

"Pindahkan badanmu sekarang ke depanku! Aku tidak ingin kau menarik rambutku ke belakang lagi!"
"Leherku sakit, gara-gara kau!"

Biu akhirnya mengikuti perintah Baiben dan melanjutkan kegiatannya mengeringkan rambut Baiben.

Disela-sela kegiatannya tersebut, Baiben kembali mengkritik Biu.

"Sekarang kau malah menekan kepalaku ke bawah! Maumu apa, huh? Leherku tambah sakit!"

"Ma...maaf sayang, aku tidak sengaja!"

"Tcks...kau berdiri terlalu jauh di depanku, cepat lebih mendekatlah!"
"Aku tidak akan memakanmu!"
Ujar Baiben kesal.

Kau seperti minyak panas yang memang ingin sekali aku jauhi sebenarnya dan saat kau marah nanti, aku tidak mau dapat percikan panas darimu!
Lebih baik menjaga jarak, itu sudah menjadi pilihan yang bagus!
Batin Biu.

Young Master and His SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang