If I cry in front of you, I'm really hurting.
I hate crying in front of people.
I feel weak, like I'm begging for sympathy and that's not me!Baiben lekas menghampiri Biu, melihat bagaimana Biu tetap pada posisinya semula, tidak berpindah sama sekali.
Baiben hanya menatapnya dari dekat, hanya berdiam diri tanpa bersuara berdiri di samping Biu.
Langit yang tengah bersedih masih bersama Biu dan tangisannya, memulai menengadahkan wajahnya menatap langit yang sedang menangis bersamanya. Biu merasa tenang sejenak, karena telah meluapkan tangis yang sejak lama dia pendam sendirian. Membiarkan air menyentuh kulit wajahnya dengan tenang.
Biu berdiri beranjak melangkahkan kaki ke dalam rumah dan dengan lenggangnya melewati Baiben tanpa menyapanya.
Baiben hanya berbalik mengikuti langkah Biu, menarik nafas dengan gusar masuk ke dalam rumah menuju kamar mereka.
Saat sudah berada di dalam kamar, berpikir bahwa sudah cukup waktu yang telah diberikan Baiben untuk Biu yang tengah menenangkan dirinya.
Baiben langsung menarik tangan Biu masuk ke dalam kamar mandi. Menghidupkan shower, kemudian membiarkan air mengguyur Biu tanpa ada percakapan diatara mereka.
Menggosok punggung, mencuci rambutnya sampai benar-benar bersih.Baiben mengambilkan handuk dan pakaian tidur untuk Biu, lalu meninggalkannya di dalam kamar mandi. Baiben pun ikut berganti pakaian setelah meninggalkan Biu sendiri di dalam kamar mandi.
Hening!
Begitulah suasananya yang terjadi sekarang. Saat Biu keluar, Baiben menarik tangan Biu kemudian mendudukkannya di atas ranjang. Mengeringkan rambut milik Biu seraya tenggelam dalam pikiran masing-masing.Lama mereka diam satu sama lain dan pada akhirnya Biu pun memulai membuka percakapan diantara mereka.
"Apa kau tidak ingin menanyakan sesuatu kepadaku?""Tidak!"
Jawab Baiben dengan cepatnya."Kau boleh bertanya dan aku akan senang menjawabnya!"
Baiben hanya mendesah menatap Biu dengan raut wajah yang sulit diartikan!
"Mengapa kau tidak marah saat aku tidak menyapamu di bawah, tadi?"
Mendengar hal tersebut membuat Baiben beranjak dari tempatnya, lalu berhadapan dengan Biu berlutut dihadapannya. Menyelipkan rambut Biu ke belakang telinganya, menatap Biu seraya dengan lembutnya.
"Are You Okay, ummm?"
Suara lembut keluar dari bibir Baiben membuat Biu terkejut dengan kalimat tersebut namun tetap diam."Heiii!" Baiben sambil memegang pipi cabi Biu. "I am asking you! Are You Okay now, ummm? Feeling much better?"
Biu merasa tatapan mata Baiben sangat tulus kepadanya, sangat hangat dipandang yang membuatnya hampir lupa menjawab pertanyaannya karena saking terpesonanya Biu.
"Mmm, I am Okay right now!"
"Thanks for asking me!"Baiben langsung menunjukkan senyuman paling manisnya untuk pertama kalinya.
"Good Boy!"Senyumnya...Haaah manis sekali!
Batin Biu."Aku tidak akan bertanya apapun lagi! Kau punya alasan untuk bersikap seperti tadi, aku pun mempunyai alasanku sendiri kenapa marah kepadamu?! Jangan membuatku marah lagi! Kau belum mengenalku sepenuhnya dengan baik, bagaimana kepribadianku, bagaimana dengan sikapku!"
Biu hanya menyimak ucapan demi ucapan Baiben untuknya sambil menikmati senyuman manis tersebut.
"Aku ingin kau mulai sekarang belajar mengenalku lebih baik, lebih dalam sampai ke seluk hatiku yang terdalam, kau mengerti?"
Baiben sambil mencubit kecil pipi cabi Biu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Master and His Summer
RomanceBiu Jakapan adalah anak laki-laki penuh semangat, pekerja keras dan amat periang. Namun, kebahagiaannya terhitung singkat tatkala Ibunya meninggal dan Ayahnya menikah lagi yang dikaruniai anak perempuan dan anak laki-laki. Dan pada akhirnya Biu memp...