A lot of Thinking

1.3K 168 7
                                    

I thing I'll always be half a breath between the hurting and the healing!

Mereka semua berkumpul di ruang makan tanpa kehadiran Baiben. Semua tampak biasa saja sebelum Ibu mertua Biu datang.

"Pak Tang! Dimana Baiben?"
"Mengapa dia tidak ikut makan malam bersama kita sekarang?"

"Maaf Nyonya, tuan muda sedang mengerjakan pekerjaan kantor bersama sekretaris Shin di ruangan kerjanya. Saya sudah mengantarkan makanan untuk tuan muda dan sekretaris Shin."

"Tidak biasanya dia makan di ruang kerja? Walau banyak pekerjaan sekali pun, dia akan tetap makan bersama kita di sini atau mungkin...selera makannya menurun semenjak ada orang baru?"
Ibu sambil melirik Biu.

Bekki menyikut lengan kakaknya saling menatap satu sama lain.

"Ibu! Jangan mengundang kegaduhan dalam meja makan! Jangan lupakan prinsip kak Baiben! Mari kita makan dengan tenang, damai!"
Ucap Berri.

"Benar kata kak Berri, Ibu, bagaimana kalau kak Baiben tahu nanti dan dia marah besar kepada kita?"
Sambil melirik pak Tang dengan perasaan was-was.

"Ibu hanya berasumsi saja apa tidak boleh? Benarkan pak Tang?"

Pak Tang hanya diam sambil mengangkat sudut bibirnya, tanpa menghiraukan pertanyaan yang ditujukan untuk dirinya.
"Silahkan lanjutkan makan malam Anda semua, saya permisi!"
Seru pak Tang.

"Aku bilang juga apakan, Bu?! Pak Tang tidak akan mendengarkan ucapan kita. Dia hanya mendengarkan kak Baiben, sekretaris Shin dan kakek saja. Selebihnya dia menganggap semua orang hanya butiran debu di rumah ini. Jadi, jangan berharap yang lebih kepadanya! Lebih baik Ibu diam, tenang dan nikmati makan malam bersama kita!"
Ujar Bekki.

Biu hanya mendengarkan ocehan para adik iparnya sambil memakan makanannya dengan lahap.
Mereka berdua tahu bahwa Biu tengah menatapnya kemudian mereka mengibaskan tangan menandakan Biu untuk tetap menundukkan kepala agar tetap memakan makanannya, agar mata bengkaknya tidak terlihat oleh Ibu mereka. Bisa-bisa nanti masalahnya tambah rumit pikir mereka berdua.

Namun, tetap saja Biu mengabaikan mereka berdua. Biu malah berbicara menatap Ibu mereka dengan percaya dirinya.

"Maaf, saya sudah selesai makan!" "Saya akan kembali ke kamar."
Sambil menatap Ibu mertuanya lekat-lekat.

"Hei tunggu! Ada apa dengan matamu?"
Seru Ibu.
"Apa kau banyak menonton drama sepanjang malam?"

Apa ku bilang?!
Apa dia tidak mengerti tanda yang kami berikan tadi untuk tetap menundukkan wajahnya?
Arghhh...!
Batin Berri.

Berri dan Bekki saling menatap heran kemudian melemparkan tatapan kepada Biu seraya memberitahu bahwa "aku bilang juga apa, tetaplah menunduk!" kurang lebih seperti itu.
Namun, yang ditatap malah memasang wajah biasa saja kemudian menjawab Ibu mertuanya kembali.

"Tidak! Aku hanya sering begadang akhir-akhir ini dengan suamiku setiap malam, Bu! Jadi, wajar jika kalian melihatku sedikit berantakan dan merasa tidak baik. Hehehe...!"
Biu sambil memasang senyumnya yang secerah mentari pagi kepada semua orang yang ada di meja makan.

Kakek hanya senyum-senyum sendiri mendengar ucapan Biu tersebut.

"Jika tidak ada yang dipertanyakan lagi, saya permisi!"

Biu kemudian menaiki anak tangga dengan menarik nafas dalam-dalam.

Hahhh...? Jawaban apa barusan?"
"Begadang setiap malam? Hahhhh, yang benar saja! Sebagai Ibunya aku harus menanyakan hal ini kepada Baiben sendiri.
"Ibu selesai makan! Ibu akan ke kamar sekarang, kalian berdua lanjutkanlah makan malamnya!"

Young Master and His SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang