Misunderstanding

1.5K 152 2
                                    

Setiap jalan ada rintangan, namun setiap rintangan ada saja keluhan yang berarti, bahkan dapat menyakiti hati!

Pagi yang cerah menampakkan cahaya terangnya. Membangunkan semua insane manusia yang tengah tertidur lelap dengan nyamannya di atas ranjang.

Baiben dan Biu masih dalam posisi mereka tidur semalam. Baiben yang memeluk Biu, membiarkan wajah Biu menempel di dada bidang yang terbalut kain tipis miliknya.

Biu seketika menggerakkan badan, berusaha membuka matanya. Biu merasa ada tangan yang mengekang seluruh badannya di bawah selimut. Dia pun mencari kesadaran sepenuhnya, mencari sumber yang mengukungnya saat ini.
Namun, pemilik tangan tersebut bersuara lantang yang terdengar menjengkelkan.

"Diamlah! Atau aku akan mencekik lehermu beserta badanmu sekalian!"
"Tidurlah sedikit lebih lama lagi!"

Biu menggerakkan bola matanya ke kanan dan ke kiri, atas bawah membuatnya bingung.
"Sss...sa...sayang! Apa yang kau lakukan? Mengapa aku bisa di dalam pelukanmu?" Dengan suara pelan namun pasti.
"Kau melewati batas yang ku buat semalam!"

"Hahhh? Melewati batas katamu? Apa kau buta, huhhh?"
"Lihatlah! Sekarang kau di dalam pertahananku saat ini, memelukku dengan eratnya!"

Biu memecuk bibirnya seperti anak kecil yang sedang kesal dengan Ayahnya mendengar ucapan Baiben.

"Jadi, artinya kau yang memasuki areaku! Yang seharusnya marah adalah aku bukannya malah dirimu, bagaimana kau ini?! Menerjangku tanpa tahu malu, hahhh!"

Biu masih mematung menengadahkan kepalanya memandangi Baiben, begitu pun dengan Baiben tersenyum meledek ke arah Biu.

Tidak mungkin aku menerjangnya bukan?
Aku tidak mungkin melanggar pembatas yang sudah susah payah aku buat sendiri. Itu mustahil sekali!
Mustahil! Mustahil! Mustahil!
Aaaaa mustahil!
Dia pasti membodohiku!

"Kau mungkin salah, bukan? Aku tidak ingat memelukmu sampai melanggar pembatasku sendiri!"
"Kita sama-sama memejamkan mata, tidak mungkin juga kau menyadarinya!"
Ucap Biu sambil memecuk alisnya sekarang.

"Heiii! Kau bodoh ya, ternyata?!"
"Aku tahu karena selalu terjaga, kau mengetahui juga jika aku tidak bisa tidur jika ada cahaya di dalamnya, iya  bukan?!"

"Asal kau tahu saja, aku pun mengalah kepadamu, kau mana tahu niat baikku! Dengan nyamannya tidur tanpa memikirkanku sedikit pun dan sekarang kau menuduhku yang tidak-tidak!"
Baiben berbicara dengan kesal.

"Bukan maksudku menuduhmu, tapi kan mana mungkin aku memelukmu tanpa alasan yang masuk akal?"
"Pasti ada sebabnya, bukan?"
Biu tetap tidak mau kalah.

"Kalau aku bilang tidak, bagaimana?"
"Terima sajalah bahwa kau telah memelukku semalam! Aku memakluminya!"
Dengan percaya diri Baiben mengatakannya.

Ohhhooo! Manusia gila ini telah berulah kembali. Apa kau bilang tadi, terima katamu?
Enak saja, itu akan terlihat bahwa dirikulah yang sengaja memelukmu! Kau seolah-olah menjadi pihak yang dirugikan!
Cihhh...Dasar pria tidak tahu diri!
Biu membatin dengan kesalnya.

"Kau diam berarti menyadari kesalahanmu!" Baiben sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Maaf kalau begitu, aku tidak akan mengulanginya lagi! Aku akan lebih berhati-hati!"

Idihhh...Ada apa sih denganku? Bibir dan isi pikiranku memang tidak sejalan! Lama-lama aku bisa ikutan gila sepertinya!

"Bagus! Sekarang ayo kita tidur lagi!"
"Ini masih terlalu pagi untuk kita bangun!"

Young Master and His SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang