Pukul 14.30 Dio baru kembali ke kantornya, Dia segera menuju ruanganya untuk melihat Bian.
Pertama kali yang dia lihat saat memasuki ruanganya adalah Bian yang tengah duduk dengan mata yang merah.
Dio pikir Bian habis menangis karena bangun tidur, Dio segera mendekati tempat dimana Bian duduk.
"Adek udah lama bangunya?"Tanya Dio seraya mengelus surai Bian.
Bian menatap Dio sebentar lalu kembali menatap kedepan sembari menggeleng pelan.
"Adek mau minum susu?"Tanya Dio yang hanya dibalas gelengan oleh Bian.
"Terus adek mau apa hm?"Tanya Dio tidak menyerah.
"Pulang"lirih Bian menunduk.
Dio menyernyit heran dengan sikap Bian, Tadi sebelum dia tinggal Bian terlihat sangat ceria, Tapi sekarang sangat berbanding balik.
Dengan fikiran positifnya, Dio kencoba berfikir jernih, Mungkin Bian kecapekan.
"Ya sudah, Adek tunggu disini ya, Daddy mau membereskan meja daddy dulu" Ucap Dio yang tak dihiraukan oleh Bian.
Selama perjalanan pulang, Bian hanya diam saja, dia hanya menatap keluar kaca mobil dengan tatapan kosong, Bahkan ketika Dio menawarkan Bian untuk membeli es cream pun Bian hanya menggeleng pelan.
Sesampainya dirumah, Bian berlari kedalam rumah, Saat melihat Anggia yang tengah duduk santai di ruang keluarga, Bian segera berlari memeluk tubuh perempuan paruh baya itu.
"Lohh adek? Kok sudah pulang? Daddy mana?" Tanya Anggia yang sama sekali tidak mendapat jawaban.
Anggia yang seketik peka terhadap suasana hati Bian pun berhenti bertanya dan memilih membalas pelukan Bian.
Beberapa saat kemudian, Bian melepaskan pelukannya pada tubuh Anggia.
"Adek baik?"Tanya Anggia.
Bian hanya mengangguk, membuat Anggia menghela nafas.
"Sekarang adek naik ke atas ya, Adek istirahat, Jangan lupa cuci kaki sama tangan dulu" Ucap Anggia mengelus surai Bian.
Bian mengangguk lalu segera berlari menuju lantai atas dimana kamarnya yang juga kamar milik Gerald berada.
Berselang satu jam, Gerald tiba dirumah yang disambut oleh kedua orang tuanya yang tengah bersantai.
"Adek mana Mi?"Tanya Gerald sesudah menyalami kedua orang tuanya.
"Adek ada dikamar, Tadi habis pulang sama daddy suasana hatinya agak buruk sepertinya, Coba kakak ajak bicara" Ucap Anggia yang membuat Gerald khawatir.
"Kakak ke atas dulu ya Dad, Ki" Ucap Gerald segera berlari ke atas.
Saat membuka pintu kamar, Gerald melihat Bian yang tengah menonton tv, Tetapi terlihat sangat aneh, Jika biasanya kartun pororo itu akan membuat Bian bertepuk tangan bahkan tertawa lepas, Kali ini Bian hanya menatap kosong tv didepanya.
Beberapa kali Gerald memanggil pun sama sekali tidak dijawab oleh Bian.
Gerald mendekat ke arah sofa dimana Bian duduk, Lalu menggenggam sebelah tangan Bian.
"Adek" Panggil Gerald lembut.
Bian terkejut, Tetapi ketika melihat siapa orang yang ada disebelahnya, Bian segera menerjang sang pemilik tubuh.
"Hey heyy, Ada apa hm?"tanya Gerald membalas pelukan Bian dengan hati hati.
"Peluk kakak" Lirih Bian.
"Iya ini kakak peluk"Ucap Gerald merasa heran.
Hampir satu jam berada diposisi yang sama, Gerald takut jika posisi sekarang membuat sebagian tubuh Bian sakit.
"Lepas sebentar ya, Kita ganti posisi" Ucap Gerald melepaskan pelukanya.
Diluar dugaan Gerald, Bian menunduk dengan tubuh yang sedikit gemetar yang langsung diketahui oleh Gerald.
"Hey, Kenapa menangis?"Tanya Gerald kembali mendekap tubuh Bian.
Gerald mengeluarkan jurus andalanya agar Bian segera terlelap, Yaitu meniup ubun ubun Bian, Dan benar saja beberapa saat kemudian Bian terlelap didalam pelukanya.
Gerald mengangkat tubuh Bian lalu membawanya ke tempat tidur dan menata posisi tidur Bian.
"Sebenarnya ada apa sayang" Lirih Gerald bertanya tanya.
Dirinya benar benar khawatir jika Bian seperti ini, Gerald jika Keadaan Bian terus seperti ini itu akan berdampak buruk nantinya.
Cupp
"Tidur nyenyak sayangnya kakak" guman Gerald setelah mengecup kening Bian.