Selama perjalanan menuju rumah kedua orang tua Gerald, Bian tidak berhenti tersenyum , dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Dio dan Anggia.
"Ngga mau makan dulu?" Tanya Gerald yang fokus menyetir.
"Engga, Bian masih kenyang kakak" Ujar Bian menoleh ke arah Gerald dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya.
Gerald tersenyum melihat Bian yang begitu tidak sabar bertemu dengan orang tuanya.
"Kalau mengantuk tidur saja, nanti kakak bangunkan kalau sudah sampai" ucap Gerald
"Bian tidak mengantuk kakak, Bian pinjem handphone kakak aja buat main game" ujar Bian
"Ambil di tas, Adek nggak bawa handphone?" Tanya Gerald balik
"Handphone Bian lowbat tadi lupa ngecas hehe" Jawab Bian cengengesan.
Gerald hanya menggeleng mendengar jawaban dari Bian, Tidak perlu terkejut, Bian memang tidak terlalu suka bermain handphone, Dia akan membuka handphone ketika ingin menghubungi atau sekedar melihat pesan masuk , selain itu dia hanya bermain game ketika dia sudah benar benar bosan saja.
Sebenarnya perjalanan menuju rumah orang tua Gerald tidaklah lama, namun karena Gerald membawa mobil dengan kecepatan santai, jadi mereka sedikit lama memakan waktu.
Tak berapa lama kemudian mereka sudah sampai di mansion milik keluarga Gerald, Bian yang sudah tidak sabar pun menatap bangunan megah di depannya dengan berbinar.
Saat mereka akan masuk, di depan pintu sudah ada 2 penjaga dan 2 pelayan yang memang setiap hari berjaga jaga jika ada tamu yang datang.
"Selamat siang tuan Gerald & Tuan muda" Sapa mereka serempak.
"Selamat siang" jawab Bian sedikit kaku.
"Siang, Daddy dan Mami ada?" Tanya Gerald
"Tuan besar dan Nyonya ada tuan, Beliau hari ini tidak pergi ke kantor, sekarang Tuan dan Nyonya sedang berada di Ruang keluarga " jawab salah satu pelayan dengan sopan
" Baiklah, Terimaksih" ujar Gerald lalu menggandeng tangan Bian berjalan memasuki rumah besar itu.
Seperti yang di katakan oleh pelayan tadi, Anggia dan Dio sekarang sedang bersantai di ruang keluarga.
Bian dengan semangat melepas genggaman tangan Gerald segera berlari menuju kedua orang yang tengah duduk bersantai.
"Daddy mami!!" Panggil Bian sedikit berteriak.
"Adekk" Guman Dio dan Anggia bersamaan.
Anggia bergegas berdiri dan memeluk pria kecil yang sudah di anggapnya seperti putra kandungnya sendiri.
"Mami kangen sekali sama adek" ucap Anggia yang masih memeluk Bian.
Setelah Gerald dan Bian menikah, Anggia tidak bisa setiap hari bertemu Bian karena sekarang mereka sudah berbeda rumah.
"Adek juga kangen mami" Ucap Bian tersenyum.
Gerald yang berada di belakang mereka tersenyum, Dia lebih memilih mendekati sang Daddy daripada mengganggu dua orang yang sedang melepas rindu yang sebenarnya sedikit berlebihan.
"Apa kabar Son" Tanya Dio menepuk pundak Gerald yang sudah duduk di sebelah kanannya.
"Seperti yang Daddy lihat, Sangat baik" Ujar Gerald tersenyum.
Setelah beberapa saat saling memeluk , Akhirnya Anggia melepas pelukan mereka lalu membawa Bian untuk duduk di sofa sebelah kiri Dio.
"Tidak rindu dengan Daddy Hm?" Tanya Dio melihat Bian duduk disebelahnya.
"Adek rindu, tapi Daddy jahat Adek tidak mau berpelukan dengan Daddy" Ucap Bian membuat Dio mengernyit bingung.
"Jahat? Daddy tidak melakukan apapun ke adek kenapa adek bilang Daddy jahat?" Tanya Dio
"Daddy kemarin janji mau beliin es krim tapi sampai sekarang Daddy tidak membelikan adek es krim" Ujar Bian berpura pura merajuk.
Anggia dan Gerald tersenyum, mereka berdua tau jika sebenarnya Bian tidak benar benar merajuk.
"Waktu itu sebenarnya Daddy mau beliin adek Es Krim tapi karena Kakak bilang adek habis sakit jadi Daddy tidak jadi membeli Es Krim buat Adek, maafin Daddy ya" Jawab Dio menjelaskan sekaligus meminta maaf.
"Enggak, Adek nggak mau maafin Daddy" ujar Bian seraya melipat kedua tangannya di atas dada.
"Loh kenapa?" Tanya Dio
"Daddy nggau mau beliin adek Es krim" ucap Bian cemberut membuat 3 orang didekatnya tersenyum gemas.
"Baiklah nanti Daddy belikan, Sekarang adek mau maafin Daddy nggak?" Tanya Dio lagi
Bian bertingkah seorah olah berfikir, telunjuk tangannya di ketuk ketuk di dagu
"Oke, Adek maafin" Ucap Bian akhirnya.
"Sini peluk Daddy dong" pinta Dio merentangkan kedua tangannya yang disambut baik oleh Bian.
Dio mendekap tubuh Bian lalu kembali tersenyum, Dia bersyukur Bian bisa bertahan sampai sekarang hingga menikah dengan putranya.
Dulu dokter sempat mengatakan jika kemungkinan besar Bian tidak akan bisa bertahan lama, Tetapi sekarang Bian membuktikan pada mereka jika Bian adalah laki laki yang kuat dan sekarang dia bisa 98% sembuh dari sindromnya.