Setelah memastikan Bian benar benar tertidur nyenyak, Gerald melepaskan pelukanya pada tubuh Bian, Tak lupa sebelum dia beranjak pergi, Gerald mengganti pelukan Bian dengan guling.
Gerald membersihkan dirinya dan mengganti bajunya dengan setelan rumahan.
Terlebih dahulu Gerald mengecek apakah Bian terbangun atau tidak, Merasa Bian masih nyenyak, Gerald memutuskan untuk pergi ke bawah menemui kedua orang tuanya.
"Adek gimana ge?"Tanya Anggia saat putranya sudah duduk dihadapan mereka.
"Baru aja tidur Mi, Apa dari pagi adek dewasa belum kembali Dad?"Tanya Gerald pada kedua orang tuanya.
"Belum sama sekali, Daddy kira juga tadi setelah Adek tidur siang adek akan kembali seperti semula, Tapi perkiraan daddy salah, Pas daddy kembali keruangan daddy sesudah metting tadi, Adek hanya diam saja dan meminta pulang" Jelas Dio yang juga merasa aneh.
"Jangan khawatir, Mungkin adek emang lagi kecapean" Ucap Anggia menenangkan Gerald.
Mereka melanjutkan mengobril tentang pekerjaan dan juga perkembangan perusahaan milik keluarga Bian.
Tak terasa mereka mengobrol hingga 2 jam, Tiba tiba mereka dikejutkan dengan suara tangisan Bian.
Gerald sengaja mematikan mode kedap suara yang ada di kamarnya, Berjaga jaga hal seperti ini terjadi.
Mereka semua terutama Gerald segera berlari menuju lainyai atas dimana kamar Gerald berada.
Saat pintu kamar Gerald buka, Didalam terlihat Bian yangbtengah berbaring tidak tenang dengan tangan yang memegang erat boneka taddy yang beberapa saat lalu Gerald berikan.
"Adek" Panggil Gerald lirih.
"Hikss jangan pukul Hikss" Bian sangat terlihat gelisah dengan mata terpejam.
"Heyy sayang, Ini kakak" Ucap Gerald mengelus kepala Bian.
"Hikss kakakk" Bian segera memeluk tubuh Gerald saat melihat Gerald dihadapanya.
"Shhtt, Kakak disini, Kenapa menangis hm?"Tanya Gerald membalas pelukan Bian dan mengelus punggung Bian.
"Hikss sakit kakak" Lirih Bian didalam dekapan Gerald.
Mendengar apa yang Bian katakan, Mereka semua menjadi khawatir, Anggia langsung saja mendekati Bian.
"Mana yang sakit, Bilang ke mami sayang" Ucap Anggia panik.
"Sakit hiks" ucap Bian tersenggal hampir tidak terdengar.
Gerald yang sudah sangat panik pun segera mengecek tubuh Bian, Saat menyingkap baju Bian ke atas, Gerald melihat di tengah punggung Bian berwarna biru keunguan, Bahkan disana terlihat membengkak.
Dio mengepalkan kedua tanganya, Dia benar benar merasa kecolongan.
"Mami panggil dokter, Papi akan mengecek CCTV yang ada didalam ruangan Daddy" Ucap Dio segera berlalu keluar kamar milik Gerald.
"Katakan pada kakak siapa yang melakukan ini?"Tanya Gerald yang hanya dibalas gelengan oleh Bian.
Anggia kembali masuk ke kamar lalu menyerahkan air ke Bian tak lupa membantunya.
"Minum dulu sayang" Ucap Anggia memegang gelas khusus yang biasa Bian gunakan untuk minum.
"Tahan emosimu Ge, Fokus terlebih dahulu ke Bian, Daddy sedang mencari tau bersama asistenya ke kantor apa yang telah terjadi" Ucap Anggia sedikit membuat Gerald tenang.
Gerald sama sekali tidak melepaskan pelukanya pda Bian, Semakin lama suhu tubuh Bian semakin meninggi membuat Gerald tambah khawatir.
Dokter pribadi keluarga Gerlad datang dan segera memeriksa tubuh Bian.
"Tulang belakang Bian retak dan sedikit bergeser membuat punggungnya sedikit membengak, Kita harus membawa Bian ke ruamh sakit agar Bian bisa segera ditangani"Ucap Dokter tersebut.
"Kita kerumah sakit sekarang" Putus Gerald mutlak.
Gerald segera menggendong tubuh Bian, Di ikuti oleh Anggia dan juga sepupu Anggia, Rizal (dokter).
Saat Gerald ingin membuka pintu kemudi, Rizal mencegahnya.
"Biar saya yang mengemudi, Kamu jaga Bian saja dibelakang"Ucap Rizal.
Bukan apa apa, Gerald sekarang sedang dalam keadaan emosi yang tidak stabil, Takutnya nanti malah beresiko saat mengendarai mobil.
Sesampainya dirumah sakit, Bian segera ditangani, Untung saja saat diperjalanan Gerald berhasil membuat Bian tertidur sehingga tidak perlu membuat Bian menangis karena takut dengan alat alat yang ada di rumah sakit.
"Kalian tunggu disini, Aku akan ikut menangani Bian" Ucap Rizal masuk ke dalam ruangan.