Gerald berusaha menenangkan istrinya yang merintih kesakitan, saat ini jam masih menunjukkan pukul 11 malam, sungguh diluar prediksi dokter ternyata Bian sudah kembali kontraksi hari ini, saat ini dokter tengah menyiapkan perlengkapan diruang operasi.
"Sabar ya sayang, Kakak tau adek kuat, Sebentar lagi baby akan lahir, adek harus berjuang sedikit lagi agar kita bisa melihat baby" Lirih Gerald menenangkan.
Jika saja bisa dirubah, Gerald akan memindahkan semua rasa sakit yang istrinya rasakan kepadanya, Melihat bagaimana pria kecil dihadapannya harus berjuang untuk melahirkan bayi mereka membuat Gerald tidak tega.
"Sakit sekali kakakk" Lirih Bian tertahan
"Kakak tidak tau apa yang adek rasakan, Adek bisa lampiasin rasa sakitnya ke kakak, kalau perlua dek pukul kakak" Ucap Gerald yang sudah hampir frustasi.
"Mau mamiii" Lirih Bian
"Sebentar yaa, Mami masih di ruang sebelah nyiapin perlengkapan adek dan juga Baby" Ucap Gerald kembali memeluk sang istri
Saat ini mereka masih berada di ruang inap Bian, dokter mengatakan jika mereka harus menyiapkan ruang operasi terlebih dahulu.
Tak berapa lama Anggia datang dengan wajah semasnya.
"Mamiii sakittt" Ucap Bian melihat kedatangan mertuanya.
"Iya sayang tahan sebentar yaa, adek yang tenang okee, Baby-nya udah ngga tahan pengen cepet keluar" Ucap Anggia seraya memijat pinggang Bian perlahan.
Gerald masih setia memeluk sang istri, beberapa kali air matanya menetes, dia tidak tahan melihat istrinya merintih kesakitan seperti ini.
"Permisi tuan, nyonya, kami akan memindahkan tuan Bian ke ruang operasi sekarang juga, tuan dan nyonya silahkan menunggu di luar" Ucap suster yang baru saja masuk
"Saya ingin bersama suami saya dok" Ucap Bian masih merintih
Suster itu mengangguk paham
"Baiklah Tuan silahkan mendampingi istrinya. nyonya silahkan menunggu diluar""Mami keluar ya sayang, Adek harus semangat ya" Ucap Anggia mengecup kening Bian lalu keluar dari ruangan.
Bian dibawa masuk ke dalam ruang operasi ditemani oleh Gerald, sedangkan diluar ruangan ada Anggia, Dio dan asisten Gerald yang menunggu.
"Mami khawatir dengan adek Dad" Lirih Anggia
Bukan apa apa, Bian laki laki tentu saja Anggia tau resiko kehamilan pada laki laki, apalagi dilihat dari keadaan sang menantu yang menurutnya belum benar benar siapembuat Anggia semakin khawatir.
"Mami harus tenang, Daddy percaya menantu kita bisa, kita harus berdoa agar operasinya berjalan lancar" Ucap Dio menenangkan sang istri.
Berbeda keadaan didalam ruangan, Bian yang sedari awal merasakan sakit pun walaupun sudah di bius masih merasakan nyeri sisa kontraksi tadi, Bian tersenyum tipis melihat wajah suaminya yang terlihat khawatir.
"Adek harus kuat okee, jangan Sampek matanya tertutup" Ucap Gerald.
Bayang bayang perut sang istri yang harus di belah untuk mengeluarkan bayi mereka membuat Gerald takut sesuatu terjadi kepada Bian, maka dari itu dia tidak akan membiarkan sang istri menutup matanya, Gerald ingin memastikan bahwa istrinya baik baik saja hingga bayi mereka lahir.
"Love you sayang" Lirih Gerald menyatukan kening mereka.
Air matanya yang sejak tadi berusaha ia tahan meluruh seketika, Dia akan selalu mengingat bagaimana perjuangan istrinya saat ini.
Bian hanya mengangguk tersenyum sebagai jawaban, dia tau apa yang suaminya khawatirkan, tetapi saat ini untuk mengeluarkan suara rasanya dia tidak bisa.
Tangan Bian membalas genggaman Gerald berharap bisa memberikan ketenangan untuk suaminya, Gerald tersenyum menatapnya lekat, penampilannya yang sudah berantakan menggambarkan bagaimana perasaannya sekarang.
Setelah satu jam operasi berlangsung, seketika suara tangis bayi terdengar keras memenuhi ruangan, Gerald dan Bian tersenyum lega, apalagi Gerald yang langsung mengecup seluruh wajah Bian
"Terimakasih sayang, Terimakasih sudah berhasil berjuang untuk baby" Ucap Gerald lalu mengecup kening Bian lama.
"Selamat ya Tuan Gerald dan juga istri, anak kalian berjenis kelamin laki laki, sehat tanpa cacat"
Selesai