NO TEARS LEFT TO CRY

1.3K 133 9
                                    

Selasa kemarin lupa update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selasa kemarin lupa update. Maapkeun.

Bantu aku tandain typo yaaaa.







***

Karin memang tidak menangis setiap hari, namun setiap kali mengingat Haidar air matanya akan terus menetes. Dan ingatan itu ada di setiap waktu. Dari ia bangun tidur hingga memejamkan matanya kembali.

Kehilangan Haidar memang cukup memberikan luka yang mendalam untuknya. Apalagi dia dan Fauzan memang benar-benar menantikan hadirnya seorang buah hati. Namun hidup masih harus terus berjalan. Akan ada masanya untuk rapuh, jatuh, sembuh, lalu tumbuh kembali. Kiranya itu yang sedang dialami oleh Fauzan dan Karin saat ini.

Sudah seharusnya Karin membuka kepala bahwa besi saja bisa hancur karena karatnya, begitu pun dengan manusia. Manusia bisa saja hancur akibat pola pikirnya sendiri. Dan Karin tidak mau menjadi seperti besi itu.

Tiga bulan bukan waktu yang sebentar untuk kedua pasangan itu melanjutkan hidup dan menata semuanya dari awal. Melepaskan semua sakit sampai tidak ada lagi tangis yang keluar ketika mengingat Haidar. Mereka meninggalkan kesedihan itu dan menempatkan Haidar di dalam hati yang paling dalam.

Karin keluar dari kamarnya, menuju dapur. Namun langkahnya terhenti saat melihat Fauzan yang tengah fokus memberi makan Relaksa- kucing ras scottish fold berwarna putih abu yang Fauzan beli beberapa waktu lalu untuk menjadi teman main Karin, katanya.

"Ojan." Panggil Karin dan Fauzan menoleh cepat.

"Eh, udah bangun. Sebentar, Sayang." Fauzan menjauh dari kandang Relaksa. Mencuci tangannya kemudian baru menghampiri Karin.

"Lapar? Mau makan apa? Aku masakin." tanyanya sembari mencium pucuk kepala Karin penuh sayang.

Karin menggeleng lemah.

"Kamu mau makan apa?" ucapnya bertanya balik.

"Kamu mau masak?"

"Emm... boleh."

Karin berjalan ke arah lemari pendingin. Menelisik bahan-bahan makanan yang bisa ia masak. Hanya ada telur, sosis, beberapa bawang dan sekotak tempe.

"Telur dadar sama tempe goreng gapapa?"

Fauzan mengangguk. "Tambahin sambal terasi Sayang."

"Iya."

Satu jam berselang, Fauzan sudah terkapar di atas karpet setelah menghabiskan makanan yang dibuat oleh Karin.

"Kayaknya aku harus nge-gym deh." Ucap Fauzan sembari menepuk-nepuk perut one pack-nya.

Yah gimana gak buncit. Setiap hari Fauzan selalu makan enak. Karin semakin mahir memasak. Beberapa bulan terakhir Karin memang mengikuti kursus memasak untuk mengisi waktu kosongnya.

YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang