KEMARAHAN FAUZAN

1.5K 156 11
                                    

Nungguin yaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nungguin yaaaa. Hehe.

Tiga hari kemarin aku pulang kampung gess. Jadi baru bisa update hari ini. Maapkeun yaaa.


Dilihat-lihat, part kemarin rame benerrr. Isinya orang misuh-misuh semua. Kalian kenapaaaa sih? Padahal Mas Bram niatnya baik looooh.






***










"Sore, Dek Karin."

Karin menghentikan sejenak aktivitasnya. Dia lagi?

"Ya. Ada perlu apa?" tanyanya mungkin terdengar sarkas.

Ya seperti hari-hari kemarin, lelaki di hadapannya ini menyunggingkan senyumnya yang, sebentar, kata apa yang cocok untuk mendeskripsikan jenis senyuman it? Ah, mesum?

Mata Karin menilik ke teras rumah milik Mbak Ayu. Tidak ada tanda-tanda keberadaan wanita itu di sana. Kemana perginya? Maksudnya, apa Mbak Ayu tahu kalau suaminya tidak ada di rumah? Apa dia tidak mencegah dan membiarkan suaminya berkeliaran? Dan, soal nomor telepon, beberapa hari yang lalu dia memang sempat bertukar nomor dengan Mbak Ayu. Lalu semenjak lelaki di hadapannya mengirimkan pesan yang cukup mengganggu, Karin jadi berpikir, mungkin saja Mbak Ayu yang memberikan nomornya pada Bram bukan? Atau pria itu sendiri yang memang sengaja mencurinya? Lalu timbul pertanyaan lain seperti, apa Mbak Ayu tahu kelakuan suaminya ini? Apa Mbak Ayu tidak curiga?

"Cuma mau main sebentar. Boleh masuk?"

Karin menggeleng, memberikan atensinya kembali pada lelaki di depannya, "di rumah lagi gak ada orang."

"Jadi, cuma saya dan Dek Karin saja? Bagus kalo begitu."

Gila!

"Maksudnya apa ya?!" 

Lelaki itu menunduk singkat untuk menyembunyikan senyumnya yang mengerikan. Tubuh Karin benar-benar gemetar saat ini. Haruskah dia lari? Atau berteriak meminta tolong?

"Saya cuma mau ngobrol-ngobrol, sebentar saja kok."

"Kalau gitu nanti ke sini lagi saja, bareng Mbak Ayu. Saat ini saya sibuk." Ungkap Karin dengan nada suara yang bergetar. Sial! Karin sudah berusaha sebisa mungkin untuk menyembunyikan rasa takutnya.

"Eeeh, dek Karin tunggu, dek."

"Apa sih? Lepas!"

Plak!

"Jangan kurang ajar ya!" Nafas Karin memburu cepat. Matanya menyala merah menatap lelaki yang dengan tidak sopannya memegang lengan bagian atasnya saat dia berbalik hendak masuk ke dalam rumah.

"Jaga sopan santun anda!"

"Jangan marah dong dek." Ucap Bram.

Karin geram mendengar suara dan melihat mimik wajah itu yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah. Orang ini benar gila rupanya.

YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang