PERMINTAAN MAAF

1.6K 140 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Selamat malam minggu!!
Jomlo gak usah keluar. Nanti iri.





***






Klek.

Karin membuka pintu kamar dengan perlahan sangat hati-hati. Pandangannya jatuh menatap Fauzan yang tengah berbaring dengan lengan yang menutup matanya

"Orang itu babak belur."

"Kalo gak dilerai pasti bakal mati."

Buku-buku tangan Fauzan yang terlihat memar cukup menjadi bukti untuk membenarkan perkataan Aji beberapa waktu lalu. Sekuat apa dia memukul orang itu?

Karin bergerak mendekati ranjang, kemudian mengisi ruang kosong di sisi Fauzan. Tanpa banyak bersuara, dia meraih tangan kanan pria itu yang terkulai di atas perutnya.

"Ck!" Fauzan berdecak. Kemudian menepis tangan Karin.

"Ta-tangannya biar aku obatin."

"Gak usah."

Hatinya berdenyut nyeri ketika mendapat penolakan itu. Karin membasahi bibir. "Sebentar aja kok. Biar gak makin parah."

Dia kembali meraih tangan Fauzan dan untungnya tidak ada penolakan dari pria itu. Dengan telaten Karin mengompres buku-buku tangannya yang memar. Geraknya perlahan-lahan agar tidak menimbulkan rasa sakit.

"Eh! Sakit?" tanya Karin panik saat mendengar Fauzan meringis pelan.

"Cukup." Fauzan menjauhkan tangannya.

"Ojan...," panggil Karin saat melihat Fauzan bangkit dan hendak menjauh darinya. Langkah pria itu memang terhenti, namun Karin hanya mampu memandang punggungnya saja.

"Kamu... marah?" pertanyaan bodoh! Fauzan jelas marah.

"Maaf."

"Aku... minta maaf."

Fauzan menengadah menatap langit kamar, hembusan napasnya terdengar berat. Untuk kali ini, dia sangat marah dan egonya merasa tersentil saat mengetahui fakta bahwa selama ini, Karin digoda oleh laki-laki lain. Dan bodohnya, Fauzan bahkan tidak tahu-menahu perihal itu. 

"Ojan...."

Matanya terpejam sebelum tubuhnya berbalik, menghadap wanita yang menjadi poros dunianya. Netra Fauzan bertumbuk dengan manik hitam kelam milik Karin.

"Sudah, sejauh apa?"

Sialan!

Fauzan memaki dirinya sendiri saat tanpa sadar mengucapkan pertanyaan yang mungkin bisa menyakiti hati Karin. Hanya, tidak ada kalimat lain yang terlintas di otaknya selain kata-kata itu.

Karin bangkit, mendekat dan berdiri tak jauh dari posisi Fauzan saat ini, "maksud kamu?"

Fauzan berdecih, "dia udah nyentuh kamu kan? Dimana aja, hm? Kamu gak berniat kasih tau aku?"

YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang