Ketemu lagi, hehehehe.***
Usia Faaza saat ini tepat empat belas hari. Jika dibandingkan dengan Kale saat bayi dulu, Faaza jauh lebih anteng. Anak itu jarang menangis. Hanya sesekali saat merasa haus dan tidak nyaman jika mengompol. Berhubung Karin sudah berpengalaman dalam mengurus bayi, dia jadi lebih tenang dan leluasa mengurus Faaza.
Tapi yang jadi PR saat ini adalah Kale. Tepat 10 hari setelah kepulangannya dari rumah sakit, rumah menjadi sangat ramai karena kerabatnya dan kerabat Fauzan datang untuk menjenguk Faaza. Tentu saja tidak dengan tangan kosong. Masing-masing dari mereka membawa banyak hadiah untuk Faaza. Hal itu juga rupanya cukup mengusik ketenangan Kale.
Ya, anak itu marah-marah saat tahu Om dan Tantenya tidak memberikan hadiah yang sama untuknya. Dia protes, "Kok aku gak dikasih kado?!"
Saat itu Fauzan mencoba memberi pengertian, dengan kalimat, "Aa kan udah punya banyak mainan. Sekarang giliran Adek yang dapet," tapi ya namanya anak kecil. Apalagi kalau lagi ngambek, susah dibujuknya.
Kale masih terus memberenggut, "Adek kan masih kecil. Harusnya mainan itu buat aku aja!"
Dari situ, Karin dan Fauzan sadar bahwa Kale masih belum sepenuhnya siap. Dia masih tidak bisa menerima jika ada saingan di rumahnya. Dalam hal apapun.
Seperti pagi ini misalnya. Saat Fauzan sedang memangku Faaza di halaman belakang, berjemur di bawah sinar matahari yang belum terlalu menyengat. Kale datang berlari dari dalam rumah sambil menenteng bola sepaknya.
"Ayah! Ayo main!"
"Nanti ya A. Enggak lihat ini Ayah lagi jaga Adek berjemur."
Kale cemberut. "Adek simpen aja di diatas kasur, Ayah."
"Enggak bisa dong. Nanti kalo jatuh gimana?"
"Paling nangis."
Fauzan geleng-geleng. "Nanti ya. Habis selesai Adek berjemur kita main bola." Janjinya.
Tapi Kale agaknya tidak terima dengan keputusan Ayahnya. Dia lantas menendang bola ditangannya hingga membentur tembok dan menciptakan suara yang cukup kencang. Bola itu terpental dan masuk ke dalam kolam renang. Selepas itu Kale berlalu pergi tanpa mengatakan apa-apa. Dia berlari menuju dapur dimana ada Karin di sana.
"Ibuk, haus. Mau minum!"
"Ambil sendiri ya, A. Tangan Ibuk kotor ini."
"Enggak jadi! Udah gak haus."
Kale dengan cepat meninggalkan Karin dan masuk ke dalam kamarnya dengan sedikit membanting pintu. Membuat Karin terheran-heran. Tapi tetap melanjutkan pekerjaannya membuat sarapan yang sebentar lagi juga selesai. Tak lama kemudian Fauzan datang dengan membawa Faaza yang menangis dalam gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)
RomantizmDISARANKAN UNTUK MEMBACA OUR STORY TERLEBIH DAHULU!! [Update setiap Senin, Kamis, Sabtu] Fauzan - Karin marriage life. "Saya terima cerewetnya, manjanya, marahnya, nyinyirnya, kemagerannya, baik hatinya, sayangnya dan segala yang ada dalam diriny...