Kalian tuh gimana sih, kemarin misuhin Ojan, sekarang kok jadi misuhin Karin?????
***
Tentang keinginannya itu Karin harus berdebat sengit dengan Fauzan. Keduanya sama-sama keras kepala. Karin tetap keukeuh dengan keinginannya untuk membawa Juwita ke rumah mereka. Dan Fauzan yang dengan tegas menolak permintaan itu. Mereka bahkan tidak saling berbicara satu sama lain selama satu hari penuh, rencana mengunjungi Juwita pun terpaksa batal. Tapi Karin selalu punya cara untuk merayu dan membujuk Fauzan hingga akhirnya pria itu mengalah, menyetujui hal gila itu. Keesokannya pria itu langsung berbicara dengan Juwita, dan kabar buruk yang Karin dapat adalah wanita itu menolak ajakannya. Tapi Karin tidak menyerah, jadi dia datang ke rumah sakit untuk kembali meyakinkan Juwita.
"Enggak ada maksud lain," ucap Karin menatap lawan bicaranya dengan tenang, "aku cuma mau bantu Fauzan."
Juwita melengos, mendengus keras memberi respon pada apa yang diucapkan Karin.
"Kalau kamu takut aku bakal celakain kamu atau berbuat jahat selama ngerawat kamu dan calon anak kamu, tolong buang pikiran itu." Karena tidak ada sedikit pun niat itu terlintas di pikiran Karin. Dia murni ingin membantu Juwita. Merawatnya hingga bisa melahirkan anaknya dengan selamat.
Masih tidak ada respon, Juwita tetap diam menatap keluar jendela, tapi Karin yakin kalau Juwita mendengarkan perkataannya.
"Ayo lakuin ini demi Fauzan."
"Kita sama-sama enggak tahu seperti apa yang ada di dalam pikiran Fauzan." Karin menarik napas, memberi jeda sejenak. "Aku ngelakuin ini demi suamiku, anak-anak kami, juga demi ketenangan hatiku sendiri. Membenci itu mudah, sangat mudah, apalagi untuk apa yang udah terjadi diantara aku, kamu dan Fauzan. Dan ada banyak alasan kuat buat aku membenci kamu, Juwita. Tapi, menyembuhkan hati yang penuh dengan kebencian itu jauh lebih sulit."
Melihat Juwita yang hanya diam saja, dan semakin memalingkan wajahnya saat tak sengaja bertemu pandang, hati-hati Karin berdiri.
"Cepet sembuh, Juwita. Kalau dokter udah kasih izin pulang, kasih tahu Fauzan ya. Biar dia jemput, dan aku bisa ikut siapin kamar buat kamu. Ajakanku ini enggak akan berubah, jadi... aku harap, setelah aku pulang, kamu bisa pertimbangkan dengan baik."
Selepas itu Karin keluar dan langsung mendapati Fauzan yang semula duduk di kuris bergegas menghampirinya.
"Gimana?" bola matanya terlihat gelisah, "dia bilang apa?"
"Dia diem aja. Lihat aku aja enggak."
Fauzan menuntun Karin untuk duduk di salah satu kursi tunggu. "Apa aku harus dateng tiap hari buat yakinin Juwita? tanya Karin.
Fauzan menggeleng, "enggak usah. Kalau dia gak mau, jangan dipaksa."
Karin berdecak. "Ojan! Ini tuh demi kebaikan dia juga. Kita enggak ada yang tahu kan setelah ini dia akan berbuat apa lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)
RomanceDISARANKAN UNTUK MEMBACA OUR STORY TERLEBIH DAHULU!! [Update setiap Senin, Kamis, Sabtu] Fauzan - Karin marriage life. "Saya terima cerewetnya, manjanya, marahnya, nyinyirnya, kemagerannya, baik hatinya, sayangnya dan segala yang ada dalam diriny...