Fauzan keselek kedondong
Follow dulu dong!***
8 bulan kemudian.
Sedari pagi Karin sudah merasakan tidak enak dibagian perutnya. Jika diingat kembali ini memang sudah mendekati HPL. Rasanya tidak jauh berbeda saat akan melahirkan Kale waktu itu. Pinggangnya mulai terasa sakit, kemudian selalu merasa ingin buang air kecil. Tapi saat memasuki kamar mandi yang keluar bukanlah air seni, melainkan lendir kental berwarna merah muda.
Karin berusaha tenang. Dia mencoba menghubungi Fauzan, dalam beberapa detik panggilan itu sudah diangkat. Lalu beberapa menit setelahnya Fauzan sudah tiba di rumah. Awalnya Fauzan mau langsung membawa Karin ke rumah sakit. Namun Karin menolaknya. Akhirnya Fauzan hanya menghubungi dokter Riana, dan memberitahu kondisi yang sedang Karin alami saat ini.
Selang tiga jam, Karin merasakan kontraksi dengan jangka waktu yang cukup panjang. Datangnya juga lumayan cepat. Setiap satu jam sekali. Saat itu juga Dokter Riana menyarankan untuk segera datang ke rumah sakit.
Tiba di rumah sakit, Karin langsung dibawa ke sebuah ruangan. Begitu di cek, baru terjadi pembukaan lima, masih harus menunggu lagi sampai pembukaan sepuluh. Karin masih berbaring dengan Fauzan yang setia berada di sisinya. Meski sudah pernah melewati fase ini, Fauzan masih tetap gugup dan panik. Tangan pria itu bahkan tidak pernah lepas mengenggam tangan Karin. Sesekali mengelus lalu menciumnya.
"Kuat ya, Sayang."
Karin terseyum lantas mengangguk pelan. "Nama buat Adek udah disiapin kan?"
"Udah."
"Kale pasti udah enggak sabar mau lihat Adek."
"Pasti. Anak itu semangat banget kan nanyain kapan Adeknya keluar."
"Dia aman kan?"
Fauzan mengangguk, "aman. Dijagain sama Chenda, Aji. Kamu jangan mikirin Kale dulu. Fokus ke Adek aja dulu."
Tiga jam berikutnya, Karin kembali merasakan kontraksi yang lebih hebat. Suster masuk untuk mengecek, dan rupanya sudah masuk pembukaan delapan. Karin segera dibawa ke ruang bersalin. Ditemani oleh Fauzan dan Mama Retno. Keduanya berdiri di masing-masing sisi, mengenggam erat jemari Karin.
Dia mengikuti intruksi Dokter Riana, mengejan, menarik napas dalam-dalam lalu mengejan lagi. Terus dilakukan berulang, hingga entah sudah berapa lama dia berada diruangan itu. Karin merasa sudah berada di ujung tanduk. Namun, begitu mendengarkan suara tangisan yang begitu keras dan nyaring tubuhnya yang tadi terada patah selalu menyatu lagi. Mengembalikan kesadarannya yang hampir hilang.
Karin masih terkapar diatas brankar saat melihat orang-orang disekitarnya sibuk membawa bayinya untuk dibersihkan. Mama melepas genggaman lalu ikut bersama Suster. Sementara Fauzan masih di sisinya, mengecup keningnya, mengisi dahi yang basah penuh keringat, kemudian berbisik, "makasih, Sayang. Makasih sudah kuat dan berjuang."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)
RomanceDISARANKAN UNTUK MEMBACA OUR STORY TERLEBIH DAHULU!! [Update setiap Senin, Kamis, Sabtu] Fauzan - Karin marriage life. "Saya terima cerewetnya, manjanya, marahnya, nyinyirnya, kemagerannya, baik hatinya, sayangnya dan segala yang ada dalam diriny...