PERKARA ES KRIM

1.2K 133 10
                                    

Kencengin lagi vote, komennya dong! Biar aku makin semangat updateeeee 😬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kencengin lagi vote, komennya dong! Biar aku makin semangat updateeeee 😬













***

"Itu apa?"

Langkah Aji terhenti, kemudian memutar arah tubuhnya menghampiri Karin yang duduk seorang diri di atas sofa sembari menonton serial kartun dua bocah gundul. Aji duduk tak jauh dari Karin. Meletakkan kresek ke atas meja.

"Es krim." Ucapnya sambil mengangkat sebungkus kemasan es krim varian vanila.

"Ooh." Gumam Karin lalu fokus kembali menonton tv.

Namun tak berselang lama, matanya beralih fokus melihat Aji yang tengah memakan es krim. Suaranya terdengar begitu menggoda hingga membuat Karin menelan salivanya. Kayaknya enak.

"Itu kamu beli dimana, Ji?"

"Di warung depan."

"Oh oke."

"Eh eh, mau kemana?" cegah Aji saat melihat Karin beranjak dari duduknya.

Jari telunjuk Karin mengarah pada kresek di atas meja. "Beli es krim."

Aji dengan cepat menahan, mengangkat tangan kirinya seakan menyuruh Karin untuk diam di tempat, sementara dia akan menghabiskan sisa es krim di tangan kanannya terlebih dulu.

"Ini, ambil aja Teh. Masih banyak kok." Kata Aji setelah membuka kresek lebih lebar yang ternyata masih ada 3 es krim lainnya.

"Itu kan punya kamu."

Aji menggeleng, "aku sengaja beli banyak. Barangkali teteh mau."

Ucapan Aji membuat mata Karin berkaca-kaca. Aji sempat panik ketika melihatnya. Dan bertambah panik saat Karin menangis dengan bibir mencebik ke bawah. Aduh! Kok nangis?

Aji bangkit, kemudian membawa Karin untuk duduk kembali. Menepuk- nepuk bahu Karin pelan. "Teteh... kalo mau es krimnya ambil aja gapapa lho. Aji ikhlas kok."

Tangis Karin semakin kencang. Sekarang, Aji bingung. Dia harus apa? Meminta maaf? Tapi, seingatnya, dia tidak melakukan kesalahan apapun. Oh! Haruskah ia hubungi Fauzan? meminta bantuan untuk mendiamkan istrinya. Aji berpikir sejenak untuk menimbang-nimbang. Tapi, Kalau dia telpon Fuazan, nanti takutnya malah dia yang disalahkan.

Menggaruk kepalanya, Aji pun memilih diam. Menunggu Karin menyelesaikan tangisannya. Hingga beberapa menit ke depan, hanya sesegukan kecil yang terdengar.

"Udah nangisnya teh?" tanya Aji pelan.

Karin mengangguk dan mengusap sisa-sisa air matanya. "Maaf ya."

Aji lantas mengambil sebungkus es krim lain, membukanya dan menyerahkan pada Karin.

"Buru di abisin teh, takut keburu meleleh."

YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang