Seneng gak double up giniiiii???Bintangnya doong jangan lupaaa!!!
***
"Wow! Perut Ateu makin gedee!!"
Ada kekeh pelan yang terdengar dari mulut Juwita ketika mendengar celetukan Kale. Bocah itu tengah menonton di ruang tamu, sesekali akan terus menatap perut Juwita yang semakin membesar.
Mungkin ini buah dari kesabaran yang selama ini Karin hadapi, akhir-akhir ini Juwita mulai menunjukkan perubahan sikapnya. Wanita itu tidak lagi menolak segala perhatian dari Karin. Juwita juga sudah mau berbaur dengan Kale. Sesekali akan menghabiskan waktu untuk bermain bersama Kale dan Faaza di ruang tamu atau halaman belakang rumah. Meski masih sedikit bicara, tak apa, setidaknya Juwita tidak lagi menghindar ketika berdekatan dengan Karin. Sekeras-kerasnya batu jika ditetesi air akan rapuh juga, dan sekeras-kerasnya hati manusia jika kita hadapi dengan kesabaran dan ketulusan akan luluh juga. Enggak cuma itu, semakin lama Juwita juga semakin mengurangi interaksinya dengan Fauzan. Beberapa kali Karin sempat memergoki tingkah Juwita yang terlihat tak nyaman jika Fauzan ada di dekatnya. Dia juga jadi lebih banyak diam dan mengurangi kontak mata dengan Fauzan. Yang Karin perhatikan dari tatapan matanya sudah jauh berbeda.
Dan mengingat hari perkiraan lahirnya sudah mulai dekat, Karin benar-benar ekstra menyiapkan segala keperluan persalinan Juwita. Tidak ada penolakan dari wanita itu ketika Karin mengajaknya untuk berbelanja kebutuhan bayinya. Juga Karin selalu menemani Juwita untuk rutin check up kandungannya dan memperhatikan makanan yang harus Juwita konsumsi, agar nutrisi dan gizinya terpenuhi.
"Adek yang ada di perut Ateu kapan keluar?"
"Emm... sebentar lagi?"
"Kenapa? Aa gak sabar ya mau ketemu sama Adek bayi?" Karin tahu-tahu muncul dari arah dapur sembari membawa camilan. Dia memilih duduk di sisi Juwita.
Kale mengangguk lucu, "Adek bayinya girl or boy, Buk?"
"Mau boy or girl sama ajaa, yang paling penting itu Adeknya sehat. Dan Aa harus sayang sama Adek bayinya ya?"
"Nanti Adek bayinya kayak Adek Faaza ya Ibuk?"
Karin tersenyum, mengelus rambut mangkuk Kale, "iyaa."
Setelah mendapatkan jawaban dari sang Ibuk, Kale kembali fokus pada tayangan yang tengah ia tonton. Anak itu kembali sibuk dengan dunianya.
"Mba.... shh."
"Kenapa?!" Wajah Karin berubah panik saat mendapati Juwita tengah meringis sambil memegang perutnya. Padahal tadi baik-baik saja, tapi akhir-akhir ini Juwita sudah sering mengalami kontraksi.
"Kayaknya... shh... kontraksi."
"Kita ke rumah sakit sekarang ya."
"Aa, Ibuk minta tolong bisa?" Kale mengangguk dengan cepat, meski masih bingung dengan apa yang terjadi. "Tolong telepon Om Nda sama Om Aji, suruh dateng ke rumah sekarang ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)
Roman d'amourDISARANKAN UNTUK MEMBACA OUR STORY TERLEBIH DAHULU!! [Update setiap Senin, Kamis, Sabtu] Fauzan - Karin marriage life. "Saya terima cerewetnya, manjanya, marahnya, nyinyirnya, kemagerannya, baik hatinya, sayangnya dan segala yang ada dalam diriny...