Beneran deeeh. Kayaknya aku salah pilih konflik. Wkwkwk. Emaaaang sok ngide banget. Ujung-ujungnya bingung sendiri buat bikin kelanjutan dari cerita ini.
Maafin bangett yaaa, aku gak bisa update cepet. Tiap mau ngetik tuh adaaa aja kendalanya. Ketik, hapus, ketik lagi, hapus lagi, gituuu aja terus sampe aku bisa nikah sama Jaemin.
***
"Gimana?"
"Juwita gak ngomong aneh-aneh kan?"
Karin sibuk memasang seat belt alih-alih menjawab pertanyaan Fauzan. Dia sudah kembali setelah menghabiskan waktu selama dua jam untuk sekedar berbincang dengan Juwita—yang baru Karin sadari ternyata sia-sia. Sebab Juwita—Karin merasa, wanita itu semakin mempersulit segalanya. Sekarang entah perkataan siapa yang akan Karin percayai.
"Sayang..., jawab aku."
Karin berdecak. Melirik Fauzan dengan sengit. "Pulang."
"Jawab dulu. Aku gak akan an—"
"Pulang. Sekarang."
Terdengar helaan napas yang cukup berat milik Fauzan. Pria itu diam sejenak, menatap Karin cukup lama. Sampai ketika wanita yang masih dan akan tetap menjadi kesayangannya itu mengatakan akan turun dan memilih pulang sendiri, Fauzan dengan cepat menyalakan mesin mobil lalu menginjak gas dan berlalu dari parkiran apartemen.
Perjalanan pulang diisi keheningan. Sesekali akan terdengar suara dari lampu sein yang menyala, lalu bunyi klakson yang saling bersahutan dengan pengendara lain. Beberapa kali Fauzan mencoba membuka mulutnya seperti hendak berbicara sesuatu tapi kemudian terkatup kembali.
"Kok kesini?" protes Karin begitu sadar bahwa jalan yang Fauzan pilih bukanlah jalan pulang.
"Katanya tadi minta pulang."
"Ke rumah Mama."
Fauzan menggeleng kecil. "Rumah kita."
"Berhenti. Turunin aku sekarang." Karena demi apapun. Karin tidak mau pulang ke rumahnya dan Fauzan.
Menghiraukan permintaan Karin, mobil yang dikendarai Fauzan tetap melaju. Hingga tiba di pintu masuk perumahan. Fauzan menurunkan kaca disampingnya saat melihat satpam menaikan palang pembatas. "Nuhun Pak," ucapnya ramah.
Dia kembali melajukan mobil hingga tiba di depan rumah, Fauzan turun sejenak untuk membuka gerbang. Lalu kembali masuk dan memarkirkan mobil di garasi. Mesin sudah dalam keadaan mati.
"Ayo masuk."
Karin memilih diam.
Lagi, helaan napas Fauzan terdengar berat. Tubuhnya ia sandarkan sepenuhnya pada kursi mobil. Matanya menatap lurus ke dinding bercat putih di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)
RomanceDISARANKAN UNTUK MEMBACA OUR STORY TERLEBIH DAHULU!! [Update setiap Senin, Kamis, Sabtu] Fauzan - Karin marriage life. "Saya terima cerewetnya, manjanya, marahnya, nyinyirnya, kemagerannya, baik hatinya, sayangnya dan segala yang ada dalam diriny...