Haloooo!
Gimana 2023-nyaa??***
Cemburu.
Satu kata yang dapat Karin simpulkan dari sikap Fauzan saat ini. Pria itu jadi mendiamkannya setelah Karin membahas, ah tidak, lebih tepatnya memuji laki-laki lain di depan pria itu. Ya, kalau bukan cemburu apa namanya?
Satu sisi Karin senang melihat Fauzan yang cemburu, karena, pria itu jarang-jarang menunjukan rasa cemburunya. Tapi, dia juga merasa kesal karena sudah dua hari Fauzan mendiamkannya. Pria itu bahkan tidak berbicara padanya. Bangun tidur sudah tidak ada di kamar, saat sarapan pun Fauzan hanya diam. Pulang kerja langsung main bersama Kale, lalu tidur. Kadang, Fauzan juga lebih banyak menghabiskan sisa waktunya di ruang kerja dan akan masuk kamar saat Karin sudah memejamkan mata.
Lalu berhubung besok weekend dan sekolah Kale libur. Karin sengaja mengirim anak itu ke rumah Mama mertuanya. Membiarkan Kale menginap di sana sementara dia akan berusaha membujuk bayi besarnya malam ini. Fauzan yang sedang merajuk memang kadang menyebalkan.
"Ojan?"
Seperti biasa, Fauzan akan mengurung dirinya di ruang kerja selepas pulang dari kantornya. Karin masuk dengan membawa segelas coklat hangat yang sengaja dia siapkan, meski Fauzan tidak memintanya. Setelah meletakan cangkir ke atas meja, Karin memilih berdiri di belakang Fauzan. Ikut mengamati layar laptop pria itu.
"Masih lama?"
Fauzan diam. Tangannya sibuk menggerakan mouse sementara matanya fokus menelisik layar laptop. Didiamkan, Karin tidak pantang menyerah. Malam ini, dia harus berhasil membuat Fauzan kembali berbicara dengannya. Lantas hal yang dilakukan Karin selanjutnya adalah melingkarkan tangan pada leher Fauzan. Sedikit membungkuk untuk menaruh dagunya di pundak pria itu.
"Aku ngantuk." Ucapnya dengan suara yang mendayu manja.
"Tidur duluan."
"Temeniiin."
"Masih belum beres."
Cup.
Cup.
Karin tak kehabisan ide. Dia bergerak pelan mengubah posisinya hingga duduk di atas pangkuan Fauzan setelah memberi dua kecupan di pipi pria itu. Memeluknya, lalu berbicara, "malam ini enggak usah lembur dong. Besok kan weekend."
Fauzan tetap bergeming. Pria itu masih terus fokus dengan pekerjaannya. Berusaha untuk tidak peduli pada Karin yang kini sudah menyeruakan wajah di lehernya. Mencium-cium kecil. Menghirup. Sesekali meniup-niupkan nafasnya di sana. Demi apapun, dia tidak akan terbuai.
Sialnya. Tangan Fauzan tidak bisa diajak bekerja sama. Beberapa menit setelah Karin menyelesaikan ucapannya, tangannya itu dengan sigap melingkari pinggang Karin, mengusapnya tanpa dikomando. Garis bawahi ya, tanpa dikomando. Seolah-olah itu memang sudah menjadi tempat mutlaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOURE STILL THE ONE (Sequel Our Story)
RomanceDISARANKAN UNTUK MEMBACA OUR STORY TERLEBIH DAHULU!! [Update setiap Senin, Kamis, Sabtu] Fauzan - Karin marriage life. "Saya terima cerewetnya, manjanya, marahnya, nyinyirnya, kemagerannya, baik hatinya, sayangnya dan segala yang ada dalam diriny...