5. Minum susu

32.7K 471 6
                                    

"Mas, besok kalo aku udah di bolehin pulang, aku mau pulang ke rumah ibu ya?"

Ini sudah masuk hari ketiga aku di rawat inap di rumah sakit. Kondisi ku sudah membaik, hanya tinggal lemes di badan saja.

"Lho, kenapa?"

"Mbak anggi pulang, kemarin dia bawa suami nya"

Mas wisnu terdiam sambil menatap ku serius, seperti tak percaya dengan ucapan ku barusan. Kemarin saat ibu datang menjenguk, ibu bilang mbak anggi pulang bersama seorang pria. Dia sengaja pulang hanya untuk meminta restu, mbak anggi bilang mereka sudah menikah secara siri.

"Ya udah nanti mas yang antar ke rumah ibu"

"Mas ngga ikut nginep?" Sempat terdiam beberapa detik, seperti nya mas wisnu sedang berpikir.

"Mas di rumah aja, nanti mas jemput kamu lagi"

"Kenapa? Karna ada mbak anggi di rumah ibu? Takut menghadapi kenyataan?" Tanya ku penuh penekanan.

Katanya menikah hanya cukup sekali, katanya aku harus membuka hati ku untuk nya, lalu dia bagaimana? Apakah dia benar menerima ku, sampai terjadi kejadian seperti kemarin? Ngga mungkin kan jika itu terjadi begitu saja.

"Dek, mas belum siap bertemu anggi, beri mas waktu" jawaban yang sangat tidak memuaskan, dan aku merasakan nyeri di hati, apa itu nama nya cemburu?

"Belum siap? Hahaha kamu ini lucu mas" lirih ku sambil tertawa mengejek.

"Maafin mas ya dek" ucapnya sambil menundukan kepala.

"Aku maklumin kok mas, namanya juga masih cinta kan?" Nada dan ekspresi ku masih seperti orang bercanda, padahal aku serius.

"Dek, kok kamu ngomong nya gitu, mas hanya belum siap, mas jujur dek"

"Iya mas iya, aku percaya kok"

"Mas ikut nginep di rumah ibu kalo gitu, ini sebagai bentuk bukti kalo mas memang sudah tidak ada perasaan apapun"

"Buktikan mas, aku ngga butuh omong kosong"

Bohong jika mas wisnu sudah tidak menyimpan perasaan untuk mbak anggi, itu semua hanya ucapan semu menurut ku. Aku saja masih belum bisa mengungkapkan pernikahan ku ke Bang Bima, aku takut membuat nya kecewa dengan harapan yang aku berikan selama ini.

~

"Mas, ayo turun"

Ya, kami berdua sudah sampai di depan rumah ibu. Dari rumah sakit, kami langsung meluncur ke sini. Ibu dan ayah sudah berdiri di depan pintu, begitu mendengar pintu gerbang di buka. Mereka sudah tau, kalau aku dan mas wisnu akan datang untuk menginap.

"Assalamu'alaikum..." ucap ku bersamaan dengan mas wisnu.

"Waalaikum salam" jawab ibu dan ayah bersamaan juga.

"Akhirnya anak-anak ayah kumpul semua disini, ayo masuk"

Pemandangan saat pertama kali masuk ke rumah, mbak anggi dan bang Rudi sedang bermesraan. Ibu tidak bilang siapa laki-laki yang mbak anggi bilang sebagai suaminya. Tapi saat melihat nya, aku langsung mengenali nya. Rudi Adi Brawijaya, teman mas wisnu juga mbak anggi.

Cukup mengagetkan bukan? Aku saja hampir tak percaya. Asal kalian tau, mbak anggi dan mas wisnu berpacaran hampir lima tahun, tapi mereka gagal menikah karena alasan pekerjaan mbak anggi. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah, kenapa mbak anggi dan bang Rudi bisa menikah? Apakah bang Rudi menjadi pengecualian? Dan, apakah selama ini mbak anggi dan bang Rudi ada main di belakang mas wisnu? Entahlah 🤷‍♀️.

Suasana menjadi sedikit tegang, melihat tatapan marah mas wisnu, membuat nyali ku menciut. Takut terjadi perang dunia di sini, bisa repot ayah dan ibu.

"Mas, ayo istirahat dulu di kamar" Aku menarik tangan nya paksa, kan ngga lucu jika dua menantu ayah berkelahi.

Ku tutup pintu kamar rapat, sedangkan mas wisnu langsung berganti pakaian lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kasian dia kurang tidur, hari ini pun mas wisnu sengaja mengambil cuti.

"Mas, mau aku buatin teh atau kopi?"

"Ngga usah" tangan ku di tarik sampai terjatuh di atas tubuh nya, lalu di gulingkan ke samping dan di peluk erat.

"Temenin mas tidur aja dek, badan mas pegel-pegel, mau istirahat aja"

Pasti saat ini perasaan mas wisnu tak karuan, rasa kecewa pasti sedang menyelimuti dirinya. Bagaimana tak kecewa, orang terdekat nya yang mengkhianati nya. Menurut ku mbak anggi pun sangat keterlaluan, merasa di puji sana sini langsung merasa dirinya paling paling sedunia.

"Aku bikinin minuman jahe ya mas" mas wisnu menggeleng.

"Mas mau minuman yang lain, boleh?"

"Boleh, mas mau minum apa?"

Mata mas wisnu yang sedari tadi terpejam seketika terbangun, posisi nya pun berubah. Miring menghadap ku dengan kepala di topang oleh tangan nya, menatap ku sambil tersenyum.

"Mas mau minum susu"

"Ya udah aku buatin dulu"

Kembali mendorong tubuh ku pelan saat akan bangun, aku jadi bingung sama mas wisnu, pengen minum susu tapi aku ngga boleh bangun.

"Mas mau nenn" bisiknya pelan dan sangat lembut terdengar di telinga.

Mata ku membulat mendengar permintaan mas wisnu yang sangat aneh. Memang begitu kali ya kalau sudah menikah, maksud ku hanya untuk laki-laki.

"Mas ih apaan sih, ngga jelas banget"

"Masih kurang jelas? Mas mau nenen sama kamu sayang"

Astagfirullahhalazim, maksud ku bukan itu, malah makin di perjelas lagi. Pake di tambahin embel embel sayang lagi, ngga tau apa ini jantung udah dag dig dug duar.

"Ngga usah aneh-aneh deh mas, kalo mau istirahat ya istirahat aja"

"Dosa lho dek nolak permintaan suami, di kasih pahala ngga mau"

Apa katanya tadi?

Dosa?

Bisa banget bawa-bawa Dosa, udah kayak ibu aja nih mas wisnu. Kalo udah urusan nya kesitu aku paling takut. Sampe kejadian nikah sama mas wisnu aja karna aku takut dosa nolak permintaan orangtua.

"Kok diem, boleh ngga?"

Aku tak menjawab, jujurly aku sekarang bingung harus menjawab apa? Masa dengan lantang aku jawab iya, kan malu kali.

"Ya udahlah kalo emang ngga boleh"

"Masss" mas wisnu tersenyum menang.

"Mas buka ya baju nya?"

"Emang harus sampe buka baju segala apa?"

"Biar lebih leluasa sayang"

Bra hitam berenda, warna nya sangat kontras dengan kulit ku. Di pandangi lalu payudara ku di kecup bergantian.

"Angkat sedikit badan nya sayang" ucap mas wisnu lalu membuka pengait bra ku.

"Jangan di tutupin dong, tubuh kamu itu indah sayang, mas suka terutama sama ini"

Aku mengejang kaget saat payudara ku di remas oleh tangan besar mas wisnu. Bibir nya mendekat, lidah nya menjulur lalu menjilati nipple ku dengan sangat lembut.

"Ahh" mata ku terpejam menikmati.

Memang tidak bohong, rasanya di sentuh seperti ini membuat ku melayang. Awalnya tidak nyaman, tapi setelah nya rasa ingin lagi dan lagi. Munafik memang jika aku menolak sentuhan dari mas wisnu.

"Mas boleh minta hak Mas sekarang?" Aku menggeleng.

"Kenapa dek?" Tanya mas wisnu kecewa.

"Aku masih dateng bulan mas"

"Huh, mas lupa"

"Mas istirahat aja, aku mau bantuin ibu masak buat makan malam"

"Mas mau mandi aja, mau sholat ashar"

"Ya udah, nanti aku siapin baju mas"

"Iya, makasih ya sayang"

"Makasih buat apa?"

"Makasih untuk nenn nya, nanti malem lagi ya" bisiknya.

"Mas iihhh nyebelin banget sihh"

.
.
.
.
.

Bersambung...

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang