41. Pacaran Halal

5.1K 197 8
                                    

Naik ke lantai lima, lalu masuk ke kamar nomer 204. Pemandangan nya sangat indah dari sini, siang menjelang sore ini jalanan di bawah sana terlihat sedikit ramai, ah mungkin karna ini hari sabtu.

Grep!

Tangan mas Wisnu melingkar di perut, memeluk ku dari belakang. Wajahnya bersembunyi di ceruk leher, dan bibirnya aktif menciumi leher ku, bahkan sesekali dijilat.

"Geli mas, kamu kenapa sih" agak heran dengan sikap mas Wisnu yang tiba-tiba berubah manja begini.

"Mas..." Mas Wisnu seperti menulikan telinganya, gerakan nya semakin menjadi, bahkan tangan kanannya sudah bertengger di salah satu gundukan kenyal milik ku.

"Mas stop!" Seketika mas Wisnu mengangkat Wajahnya yang sudah terlihat sayu.

"Kenapa?" Tanyanya dengan suara berat.

"Aku mau mandi dulu ya, biar lebih fresh"

"Ah lama sayang, langsung aja yuk... ini yang di bawah udah sesak banget" keluh nya sambil menggesekan Wisnu kecil yang masih tertutup celana.

"Sebentar aja mas ku sayang, sepuluh menit deh, janji"

"Oke, mas tunggu" dengan langkah gontai mas Wisnu berjalan menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya.

Sepuluh menit kemudian...

Tok

Tok

Tok

"Sayang... ini udah Sepuluh menit lho, ayo cepet keluar!"

Ceklek!

"Ngga sabaran banget sih mas, ini udah kok"

Dengan sekali gerakan, mas Wisnu berhasil membawa ku kedalam gendongan nya, gendong koala. Bibir mas Wisnu langsung menyapa bibir ku, awalnya ciuman kami pelan sampai dimenit berikutnya menjadi lumatan yang kasar dan menuntut.

"Mphh..." satu desahan lolos dari bibir ku.

Dari bibir lalu turun ke leher, terus ke dada yang masih terbalut dengan bathrobe. Sret! Tali bathrobe berhasil dibuka oleh mas Wisnu. Disingkap perlahan sampai memperlihatkan benda kenyal dengan puncak yang sudah mengeras.

"Ngh... Mas..." service bibir mas Wisnu memang tidak pernah gagal, ia selalu berhasil membuatku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Padahal baru area dada saja yang ia manja-manja, tapi rasanya sudah berhasil membuatku mengerang nikmat.

"Sayang, Wisnu kecil ingin disapa" bisik mas Wisnu dengan suara serak nya.

Mas Wisnu mundur lalu bersandar di kepala ranjang, kakinya agak dibuka sedikit agar aku lebih leluasa menyapa Wisnu kecil yang sudah berdiri tegak.

"Ahh..." Mas Wisnu mengerang saat puncak Wisnu kecil ku kecup lalu diemut seperti lolipop.

"Arghh...enak sayang, teruss begituu...." racauan mas Wisnu membuatku semakin semangat.

Kini beralih ke kedua bola milik mas Wisnu, keduanya masuk kedalam mulut ku. Mas Wisnu sampai mengadah ke atas, matanya terpejam, sambil menggigit bibir bawah nya.

"Cukup sayang, sekarang kamu nungging ya..." posisi favorit mas Wisnu, ah tentu saja favorit ku juga hehe. Dengan posisi seperti ini, lebih berasa dan nikmat.

Jleb!

"Ah...selalu enak sayang" ucap mas Wisnu setelah berhasil melakukan penyatuan.

Seperti orang yang baru buka puasa, mas Wisnu melakukan nya sampai berkali-kali. Kaki ku sampai bergetar, tak sanggup berjalan untuk membersihkan diri.

~

Suara dering ponsel membangunkan ku dari tidur, badan ku rasanya pegal, apalagi dibagian pinggang yang terasa panas. Ternyata itu ponsel mas Wisnu, ada nama bunda tertera di sana.

📞 Bunda

[Hallo, Assalamu'alaikum]

[Nu, masih dimana?]

Suara tangis Maaliq terdengar begitu nyaring, tentu saja aku langsung duduk dengan panik. Tak biasanya Maaliq menangis sampai sekencang itu.

[Waalaikum salam]

[Maaliq kenapa bun?]

[Sal, bisa pulang sekarang?]

[Bunda juga ngga tau ini kenapa Maaliq tiba-tiba rewel, gak mau sama siapa-siapa]

[Salma sama mas Wisnu pulang sekarang bun]

[Bun, tolong loudspeaker terus deketin ke Maaliq]

[Udah Sal]

[Maaliq ini mama sayang]

[Anak sholeh, anak ganteng, anak baik, kenapa nangis nak?]

[Tunggu sebentar ya sayang, mama sama papa pulang sekarang]

Ajaib nya tangis Maaliq berhenti saat mendengar suara ku, Maaliq langsung diberi susu botol oleh bunda, anak bayi itu langsung anteng dalam gendongan bunda. Setelah menutup panggilan dari bunda, aku membangunkan mas Wisnu yang masih tertidur pulas.

"Mas, bangun"

"Hm..."

"Mas, ayo cepet bangun"

"Kenapa sayang?" Mas Wisnu membuka matanya perlahan, matanya merah, sepertinya mas Wisnu benar-benar kelelahan.

"Maaliq nangis mas, tadi bunda telpon"

Mendengar nama anaknya disebut, mas Wisnu langsung bangun dengan wajah masih mengantuk dan khawatir.

"Maaliq kenapa?"

"Aku juga ngga tau, ayo kita mandi bareng mas, biar cepet"

"Iya ayo"

~

"Gimana bun?" Tanya ayah.

"Mereka mau pulang sekarang yah"

"Tapi ini malah tidur Maaliq nya" Ayah mengecup gemas pipi Maaliq yang gembul.

"Tadi pas denger suara mama nya langsung anteng lho yah" ucap bunda takjub.

"Masih kecil aja udah jahil, ngga boleh banget papa mama nya pacaran" Ayah terkikik Geli.

"Saingan papa nya nih Maaliq, harus ekstra sabar nih Wisnu, Maaliq kan nempel banget sama mama nya" Maaliq tak terusik sama sekali dengan suara oma dan opa nya.

.
.
.
.
.

Bersambung...

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang