3. DEMAM

22.8K 430 2
                                    

Semenjak percakapan terakhir malam itu, aku dan mas wisnu tidak pernah duduk berdua hanya sekedar untuk mengobrol atau makan bersama.

Entah ini perasaan ku saja atau memang benar, mas wisnu seperti sedikit menjauh dari ku, berangkat kantor sebelum aku bangun dan pulang ke rumah pasti aku sudah tidur.

Selama satu minggu ini pun aku sedikit sibuk, jadwal ku full untuk manggung. Jangankan mengobrol, sekedar bertatap wajah pun tidak pernah, kami tidak pernah bertemu walaupun berada di dalam rumah yang sama.

"Den, non salma dari pagi belum keluar kamar" ucap mbok iyem saat mas wisnu baru pulang dari kantor.

"Sudah mbok cek belum?"

"Sudah den, tapi non salma tidak mau membuka pintu kamar nya"

"Cari kunci serep nya mbok"

"Baik den"

Ceklek!

Gelap, tak ada cahaya sedikit pun. Hanya tercium bau minyak kayu putih.

Trek!

Suara saklar lampur di tekan, dan cahaya lampu pun menguar memenuhi ruang kamar. Mas wisnu mendekat ke arah ku, memeriksa kening ku dengan punggung tangan nya.

"Astagfirullahhalazim, kamu demam dek!"

"Ibu..."

"Ini mas dek, bukan ibu, Kita ke dokter ya"

Aku menggeleng saat mas wisnu hendak membantu ku berdiri.
"Kaki aku lemes mas, ngga kuat jalan" ucap ku dengan suara lemah.

Mas wisnu malah mau menggendong ku, tapi aku menahan tangan nya. Mas wisnu sampai berdecak kesal melihat tingkah ku yang menurut nya menyebalkan.

"Kenapa lagi sih dek, suruh jalan sendiri ngga mau, mau di gendong juga nolak" kesal mas wisnu.

"Aku ngga mau ke dokter mas, minum obat aja sembuh kok"

"Jangan ngeyel, mas ngga menerima penolakan"

Grep

Dengan sekali gerakan, sekarang aku berada dalam gendongan nya. Tanpa ba bi bu mas wisnu langsung membawa ku ke rumah sakit terdekat.

Sesampainya di depan ugd, saat mas wisnu hendak menggendong ku lagi, aku menolak keras dan memilih berjalan kaki, walaupun masih dengan bantuan mas wisnu tentu nya.

Setelah melewati beberapa rangkaian test pemeriksaan, dokter menyarankan aku untuk di rawat inap. Dokter bilang aku kurang istirahat dan dehidrasi, telat makan juga.

"Dek, mas tinggal pulang dulu ngga apa-apa?" Aku hanya mengangguk lemas.

Setelah mendengar aku harus di rawat beberapa hari di sini, mas wisnu hendak pulang untuk mengambil baju ganti untuk ku dan mas wisnu.

"Nanti tapi, nunggu ayah sama bunda dulu"

"Kamu kasih tau bunda sama ayah?"

Belum sempat mas wisnu menjawab, suara pintu di buka terdengar.
"Assalamu'alaikum..." ucap ayah dan bunda berbarengan.

"Waalaikum salam"

"Ini bunda bawain baju kamu sama salma, biar kamu ngga usah bolak balik" ucap bunda sembari menyodorkan paperbag besar.

"Terimakasih bunda, tau aja kalo aku males pulang hehe" jawab mas wisnu.

"Salma, gimana nak?" Tanya bunda.

"Masih lemes bunda, sama sedikit pusing"

"Apa jangan-jangan kamu hamil sayang, udah test belum?"

Hah? Hamil? Mana mungkin aku hamil, begituan aja belom pernah 👉👈.

"Ngga mungkin bunda!" jawab mas wisnu lantang, spontan aku langsung menoleh.

"Kok ngga mungkin? Jangan bilang kalian belum melakukan hubungan suami-istri?"

"Bun..." ayah memperingatkan.

"Bunda kepo banget sih, segala urusan ranjang di tanyain, lagi mana mungkin salma hamil, kan lagi dateng bulan"

"Emang kamu beneran lagi dateng bulan?" Tanya bunda tak percaya.

"Iya bunda, aku lagi dateng bulan" Ya memang benar aku sedang datang bulan, tapi kok mas wisnu tau ya?

~

"Mas..."

"Hm..."

Mas wisnu sedang sibuk berkutat dengan laptop di hadapan nya, wajah nya tampak serius. Sore tadi bunda dan ayah pamit pulang, besok pagi akan kembali kesini untuk bergantian menemani ku, sebab mas wisnu ada meeting penting besok pagi.

"Mau ke toilet"

Sebenarnya aku ragu minta tolong mas wisnu, tapi di ruangan ini tidak ada orang lain lagi.

"Yuk..." Mas wisnu mengulurkan tangan nya, lalu membantu ku berjalan.

"Udah mas disini aja"

"Ngga, kalau kamu sampe kenapa-napa di dalem gimana? Siapa yang repot?"

"Tapi mas,"

"Ngga ada tapi-tapian, demi keselamatan kamu"

Duh wisnu bisa aja deh, kesempatan dalam kesempitan tuh sal, jangan di percaya hahaha.

"Mas ihh"

"Apalagi?"

"Ngadep nya kesana, terus mata nya di tutup"

"Emang kalo mas liat kamu buka celana ngga boleh, halal halal aja kan?"

"Mas ih nyebelin banget sih, ya udah aku ngga jadi pipis nya" ucap ku merajuk.

"Ya udah"

"Masssss"

"Iya dek, kenapa sayang?" Goda mas wisnu.

"Aku udah kebelet banget ini, ngga kuat" rengek ku.

"Ya udah iya mas Ngadep belakang nih"

"Awas jangan ngintip"

"Sedikit "

"Iihhhh....."

Sial sungguh sial, pantulan bayangan salma sangat jelas terlihat dari pantulan cermin. Sepertinya Salma tak menyadari ada nya cermin disana.

'Oh shit, pemandangan macam apa ini' gumam mas wisnu.

"Mas, aku udah selesai"

Mas wisnu tak menjawab, ia terpaku.
"Mas ayo" ucap ku sedikit lebih kencang.

"Ah i-ya iya ayo"

Aku menatap mas wisnu heran, wajah nya bersemu merah. Bahkan ia seperti malu menatap balik ke arah ku, ada apa sih? Mas wisnu kenapa jadi tiba-tiba begitu?

.
.
.
.
.

Bersambung...

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang