40. Penyesalan

5.4K 196 4
                                    

Setelah melihat ibu dan ayah sedang duduk di lorong rumah sakit, aku segera berlari menghampiri mereka. Saat melihat kedatangan ku, ibu berdiri lalu memeluk ku sambil menangis.

"Bu, apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya ku. Aku mengajak ibu kembali duduk sambil menggenggam kedua tangannya.

"Ibu juga ngga tau, tapi mbak mu ditemukan di rumah dalam keadaan bersimbah darah oleh security komplek" jelas ibu sambil terisak.

"Komplek? Loh, bukannya mbak Anggi tinggal sama ibu? Terus bang Rudi kemana?" Ternyata rasa tidak peduli ku terhadap mbak Anggi, membuat ku ketinggalan banyak berita tentang mereka berdua.

"Sudah hampir satu bulan ini Anggi dan Rudi tinggal terpisah dari kami nak, mbak mu membeli rumah dan mengajak Rudi pindah. Ayah dan Rudi sempat beberapa kali bersinggungan, karna Rudi selalu diam di rumah dan tidak bekerja sama sekali"

Aku baru tau kalau bang Rudi hanya menumpang hidup kepada mbak Anggi. Berarti selama ini, uang bulanan yang selalu diberikan oleh bang Rudi ke ibu, itu uang mbak Anggi. Dasar laki-laki tidak tau diri.

"Wisnu, ayah minta maaf atas perlakuan Anggi padamu dulu, dia pasti sangat menyesali nya sekarang" ucap Ayah lalu mengusap bahu mas wisnu.

"Semua sudah berlalu ayah, sekarang Wisnu sudah bahagia dengan Salma, apalagi ditambah hadirnya Maaliq ditengah-tengah keluarga kecil kami" Mas Wisnu menatap ku sambil tersenyum penuh cinta.

"Semoga keluarga kecil kalian selalu bahagia ya nak, kalian harus selalu hidup rukun"

"Amin, terimakasih ayah sudah sedia mendoakan keluarga kami"

"Kalian mau lihat Anggi?" Tanya ibu.

"Mas, aku boleh..." Mas Wisnu mengangguk kemudian mengusap kepala ku lembut.

"Boleh sayang, tapi mas tunggu di sini aja ya"

"Iya mas, aku ke dalem dulu ya"

Sangat wajar kalau mas Wisnu tidak mau bertemu dengan mbak Anggi. Aku pun sebagai wanita merasa malu dengan sikap mbak Anggi, yang seperti menggoda mas Wisnu, saat ia meminta mas Wisnu mengantar nya pulang, secara paksa.

Malam itu, Sepulang bekerja. Mas Wisnu langsung menceritakan kalau ia baru saja bertemu dengan mbak Anggi di depan restoran, saat baru selesai meeting. Mbak Anggi memaksa masuk ke dalam mobil mas Wisnu, dan minta diantar pulang.

Aku tidak marah malam itu, justru aku merasa lebih tenang karena mas Wisnu mau menceritakan kejadian malam itu. Mas Wisnu memilih tidak menutupi nya dari ku.

"Dek? Kamu datang?" Dengan suara lemah mbak Anggi menatap ku.

"Iya mbak, karena permintaan ibu!"

"Kamu masih marah sama mbak, dek? Mbak minta maaf ya..."

"Aku kecewa sama mbak, kenapa malam itu mbak kembali menggoda mas Wisnu dan bahkan memintanya mengantar mbak pulang? Kenapa mbak?"

Ibu tampak bingung melihat arah pembicaraan kami berdua, ibu terus bertanya-tanya tapi sama sekali tak mendapat jawaban.

"Maaf dek, mbak tidak bermaksud. Hanya saja malam itu mbak merasakan euforia saat bertemu Wisnu yang sedang sendiri di sana. Sekali lagi mbak minta maaf dek, sampaikan maaf mbak untuk Wisnu juga"

"Ya allah mbak, jangan ganggu rumah tangga adik mu, ibu sudah terlalu malu dengan keluarga Wisnu" ibu yang akhirnya paham pun ikut berkomentar.

"Maaf bu...mbak salah"

"Aku pamit ya bu, kasian Maaliq ditinggal terlalu lama"

"Iya nak, ibu minta maaf atas nama mbak mu ya" ibu kembali memeluk ku sambil mengusap punggung ku.

"Mbak, aku pulang!"

"Makasih ya dek, udah mau jenguk mbak"

"Iya!"

~

"Mas, kok kesini sih? Ayo kita pulang, takut Maaliq nangis"

Aku malah dibawa ke hotel, entah apa yang ada di pikiran mas Wisnu saat ini, Bisa-bisanya malah belok ke tempat ini. Yang ditanya malah senyum-senyum doang, ngga ada niat jawab apa nih pak suami.

"Aku udah chat bunda kok sayang, kamu tenang aja ya... Maaliq ngga rewel kok"

"Ya terus ngapain kamu aja aku kesini? Mau apa?"

"Mas pengen quality time sama kamu, kita ngamar dulu ya sayang? Plis?"

"Ya ampun mas, kan bisa di rumah aja, ngapain mesti sewa kamar segala"

"Kali-kali sayang, pengen suasana yang berbeda, ayolah?"

"Aku ngga bawa baju ganti mas"

Mas Wisnu turun lalu mengambil paper bag berwarna hitam dari bagasi mobil. Kemudian mas Wisnu membukakan pintu untuk ku, dan mengajak ku turun.

"Kamu tenang aja, udah mas siapin semuanya"

"Tumben? Kamu kenapa mas? Ngga biasanya ngajak ngamar di hotel?"

"Mau buat adik buat Maaliq"

"Nggak! Luka caesar ku aja belum bener-bener sembuh" ucap ku setengah berteriak.

"Mas bercanda sayang, mending kita masuk dulu yuk..."

"Jangan marah-marah sama suami, ngga baik sayang"

"Ya abis, suruh siapa nyebelin"

"Maaf sayang ku"

.
.
.
.
.

Bersambung...

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang