Hhhuuuuaaaaaa....
Pagi-pagi sudah terjadi kehebohan, Maaliq menangis ingin ikut papa nya bekerja. Tak terasa sekarang usia Maaliq sudah masuk sepuluh bulan, tubuhnya semakin bulat dan pipi nya begitu berisi. Setiap pagi akan menangis jika mendapati sang papa tidak ada di sampingnya, tapi Maaliq juga akan tetap menangis jika papa nya akan berangkat ke kantor, hm...selalu saja seperti itu.
"Papa mau kerja sayang, Maaliq di rumah sama mama ya" bujukan dariku tak berpengaruh sama sekali, walaupun Maaliq bisa dikatakan dekat dengan ku, tetap saja akan merengek jika mas Wisnu pergi.
"Pa..." Maaliq kembali merengek, tangan nya terus mencoba menggapai sang papa.
Walaupun kata yang keluar dari mulut Maaliq belum terlalu jelas, hanya beberapa kata saja yang mampu ia kuasai, dan itu pun hanya ujung kata saja. Contohnya seperti papa, maka Maaliq akan menyebut nya 'pa' saja. Kalau tidak Maaliq akan melakukan gerakan jika dia mau atau menolak sesuatu.
"Papa janji hari ini pulang cepet, nanti kita jalan-jalan" Kita lihat, apakah rayuan mas Wisnu akan berhasil. Maaliq menggelengkan kepalanya cepat, itu artinya dia tidak mau.
"Yuk sama mama, nanti papa telat sayang" Maaliq semakin mengeratkan pelukannya di leher mas Wisnu.
"Hm...apa kita mau ke rumah oma aja ya" Maaliq melepaskan pelukan nya lalu menatap mas Wisnu dengan mata berbinar.
"Ti..." Mas Wisnu mengangguk.
"Iya, ketemu onty. Kalau ngga nanti papa suruh onty nya ke sini" melihat interaksi papa dan anak satu ini, sungguh membuatku diliputi rasa bahagia. Dua lelaki kesayangan ku.
Sekarang Maaliq sudah berada dalam gendongan ku. Mencium tangan mas Wisnu lalu kening ku di kecup lama, kemudian beralih ke Maaliq.
"Mas berangkat ya sayang"
"Iya mas hati-hati"
"Jagoan, baik-baik di rumah ya nak, jangan cengeng"
"Siap papa" jawabku menirukan suara anak kecil.
~
Siang harinya sekitar pukul satu, Syera benar-benar datang kerumah atas permintaan mas Wisnu. Tentu saja dia tidak sendiri, kali ini Syera datang dengan calon suami nya, Gema.
"Sini mbak biar aku aja yang suapin Maaliq" mangkuk kecil yang berisi MPASI diambil alih oleh Syera.
"Ti...ti..." Maaliq tidak sabar dan ingin meraih sendok yang dipegang oleh Syera.
"Iya, sabar dong, inikan masih panas"
"Jadi kapan nih? Udah cocok jadi ibu nih Syera" Mendengar pertanyaan ku, seketika Syera memutar bola matanya malas.
"Apaan sih mbak"
"Dih apaan, orang mbak nanya sama bang Gema"
"Ngga usah dijawab bang, pura-pura ngga denger aja" bang Gema tersenyum gemas melihat tingkah Syera.
"Pengen nya sih akhir tahun ini Sal, tapi gimana Syera nya aja, mumpung si papa masih betah di sini"
"Lho emang om bule ngga mau menetap di sini ya bang?"
"Ngga akan mau Sal, soalnya kerjaan papa lebih banyak di sana, tapi ngga tau juga sih"
"Tapi mama bilang sama aku mau tinggal di sini aja" Syera ikut menimpali.
"Iya, kalau kita menikah secepatnya" Syera mengerenyitkan keningnya bingung, apa hubungannya dengan mereka menikah cepat, kan sama saja.
"Kan ngga ada hubungannya bang"
"Itu syarat dari mama sayang, aku lupa cerita sama kamu"
~
"Abang"
"Hm..."
Gema dan Syera dalam perjalanan pulang, mereka berdua pulang setelah Maaliq tertidur. Syera jadi kepikiran soal syarat yang di berikan oleh calon mama mertua nya. Kalaupun mereka tidak menikah dalam waktu dekat, kan nantinya orangtua Gema akan tetap kembali ke Indonesia, kalau mereka berdua akan menikah.
"Soal syarat dari mama...itu maksudnya gimana ya bang? Aku ngga paham"
Gema menepikan mobilnya, membuka seatbelt lalu duduk menghadap Syera. Tatapan penuh cinta selalu terpancar di wajah tampan Gema, dan inilah yang selalu berhasil membuat Syera salah tingkah.
"Jadi gini, ada satu perusahaan besar di sana, udah lama banget papa tuh pengen kerja-sama sama mereka. Nah diawal tahun itu rencananya mereka akan memulai kerja-sama, kalau kita nikah diakhir tahun ini...papa bakal batalin kontrak kerja-sama nya"
"Lho kenapa? Kan itu impian papa, toh nanti kalau kita nikah papa sama mama bisa balik lagi kesini"
"Ngga segampang itu sayang, papa bakalan di kontrak selama empat sampai lima tahun bahkan paling lama, dan papa itu ngga boleh cuti sama sekali, kalaupun ada libur paling satu hari"
"Hah? Kok gitu sih bang, emang ada kontrak kerja yang seperti itu, aneh!" Syera tak terima mendengar penjelasan dari Gema.
"Ada, harga yang ditawarkan ngga sembarangan sayang, ada harga ada resiko yang harus diterima"
Setelah mendengar penjelasan dari Gema, Syera langsung diam. Bayangin aja harus nunggu lima tahun buat balik ke Indonesia. Sekarang kuliah Syera sudah jalan semester tiga, sekitar dua tahun setengah lagi untuk lulus. Masa setelah lulus harus nunggu lagi sih. Ah lama banget dong ya.
"Syera? Kamu baik-baik aja kan? Kok ngelamun sih"
"Emangnya papa ngga sayang kalau ngelepas kerja-sama nya gitu aja?" Tanya Syera.
"Ngga, kan papa bilang sebagai gantinya kita bakalan kasih mereka cucu, papa sama mama mau menikmati masa tua di sini katanya, sama anak cucu"
"Hah, cucu?" Tiba-tiba Syera merinding mendengarnya, ia bahkan belum berpikiran sampai sana.
"Abang ngga akan paksa kamu Syer" Gema kembali menjalankan mobilnya menuju rumah Syera.
"Abang udah pengen banget nikah ya?" Pertanyaan macam apa ini Syera, heran.
"Siapa sih yang ngga pengen nikah di usia abang ini, yang udah hampir kelewat matang" jawab Gema tanpa menoleh, suaranya seperti menusuk telinga yang mendengarnya.
"Kalau emang abang udah sesiap itu, ya udah ayo kita nikah"
"Serius?" Gema menoleh cukup lama, melupakan bahwa ia sedang mengendarai mobil.
"Abang fokus! Nanti nabrak"
"Ya kamu bikin Abang ngga fokus, pokoknya setelah sampai di rumah langsung kita bahas, jangan berubah pikiran"
"Iya abang"
.
.
.
.
.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS WISNU
RomanceFollow dulu sebelum membaca, yang ngga suka skip aja! Chapter tidak urut. "Dia laki-laki baik, ibu sama ayah juga sudah mengenal keluarga nya" "Iya bu aku tahu, tapi kenapa harus mas wisnu?" "Memang kenapa dengan nak wisnu? Bukan nya kalian berdua...