31. Salah paham

5.7K 187 4
                                    

"Syera..."

Syera menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang saat namanya di panggil oleh seseorang.

"Kak Rio?" Syera menatap Rio yang sedang berlari ke arah nya.

"Pulang bareng yuk?" Ajak Rio, kating Syera di kampus.

"Aku udah pesen ojek online kak, maaf"

"Udah pesen apa baru mau pesen?" Tanya Rio sambil melirik ke layar handphone yang di pegang oleh Syera.

"Baru mau sih kak" jawab Syera sambil tersenyum kaku.

"Ya udah ayo" tanpa permisi Rio menggenggam tangan Syera lalu menarik nya pelan.

"Ta-tapi kak---"

"Udah gak apa-apa, jangan kebanyakan mikir" ucap Rio lalu mengacak rambut Syera dengan sebelah tangannya.

Tanpa Syera sadari, dari arah parkiran sudah ada dua pasang mata yang sedang memperhatikan gerak gerik mereka berdua. Tatapan nya bahkan tak lepas dari Syera dan Rio.

"Sini kakak pakein helm nya"

"Ng-ngga usah kak, aku bisa sendiri kok"

"Syera!" Suara berat dari seorang laki-laki berhasil membuat jantung Syera berdebar kencang.

"Abang? Kok ada disini?" Tanya Syera setelah menoleh.

"Kamu ngga baca chat dari abang ya? Abang bilang kan mau jemput kamu"

Dengan segera Syera mengecek ponsel nya, dan benar saja, ternyata Gema memang mengirimi nya pesan. Ah iya, ponsel Syera di silent, ia baru ingat.

"Maaf abang, tadi hape ku di silent"

"Sekarang ayo pulang sama abang" Tangan Syera di tarik pelan agar mendekat dengan Gema, lalu membuka helm yang baru saja di pakai oleh Syera.

"Nih, ambil helm lo!" Ucap Gema datar.

"Tunggu!"

"Apalagi?" Tanya Gema kesal.

"Lo siapa sih? Lo ngga bisa dong seenaknya ajak paksa Syera buat pulang sama lo" Ucap Rio tak terima.

"Lo mau tau siapa gue? Sini gue kasih paham"

"Abang..." Syera menahan lengan Gema sambil menggeleng.

"Kak Rio sorry ya, aku duluan"

Di tengah perjalanan pulang, Gema menepikan mobilnya di jalanan yang cukup sepi. Ia masih penasaran dengan laki-laki tadi, laki-laki yang membuatnya sangat kesal.

"Siapa laki-laki tadi?" Tanya Gema tanpa menoleh.

"Kak Rio, kating aku di kampus"

"Dia sering ya anterin kamu pulang?"

"Ngga bang, baru tadi aja tapi itu juga ngga jadi"

"Terus dia juga sering usap kepala kamu, pegang tangan kamu?" Kali ini posisi duduk Gema menghadap ke Syera.

"Abang, aku minta maaf kalau perlakuan Kak Rio tadi bikin Abang marah. Semua di luar kendali aku, aku udah sering menghindar, tapi---"

"Abang ngga suka Syer liat nya, abang cemburu" ucap Gema memotong penjelasan Syera.

"Maaf abang" lirih Syera, kemudian menundukan kepalanya.

Gema mengusap kedua pipi Syera lembut, mengangkat pelan wajah Syera lalu tersenyum.

"Ngga perlu minta maaf, kamu ngga salah. Emang gini resiko nya kalo punya pacar cantik, pasti banyak saingan nya"

"Abang apaan sih, orang aku serius minta maaf kok"

"Syer, Mama pengen ketemu sama kamu, mau ya?" Pertanyaan Gema membuat Syera mematung.

"Ngga usah takut, kan ada abang" ucap Gema mencoba menenangkan kekasihnya.

"Ka-pan bang?"

"Sekarang mau? Mumpung Mama lagi ada di cafe"

"Bo-leh deh, tapi abang temenin aku kan?"

"Pasti sayang, ya udah kita puter balik"

"Tapi bang---"

"Kenapa?"

"Emang gak apa-apa aku pake baju kayak gini, aku pulang dulu kali ya ganti baju"

"Kamu udah cantik, abang lebih suka kamu kayak gini"

"Aku serius abang, ih malah bercanda" ucap Syera kesal.

"Abang serius sayang, pacar abang Emang cantik kok"

Gema sungguh tidak mengerti dengan kepanikan Syera saat ini, yang namanya pacar pasti bilang nya cantik. Tapi kan Syera ingin memberikan kesan yang baik di depan calon Mama mertua.

Eh Mama mertua?

Hm, kayaknya Syera udah siap nikah muda.

~

"Ma, kenalin ini Syera"

Syera yang sedari tadi menunggu di ruang kerja milik Gema, akhirnya berdiri lalu menyalami mama dari kekasihnya.

"Syera"

"Saya Meli, mama nya Gema, ayo silahkan duduk"

"I-iya tan terimakasih"

Debaran jantung Syera sudah sangat tidak stabil, bahkan tangan nya sampai dingin. Melihat gerak tubuh Syera akhirnya Gema paham, ia langsung menggenggam tangan Syera.

"Gak apa-apa sayang" bisik Gema.

"Syera kenapa? Kamu panik nak, santai aja" ucap Meli.

"Maaf tante, aku deg-degan" jawab Syera dengan nada bergetar.

"Its okey nak, sini sini mama peluk, ya ampun sampai dingin begini tangan kamu"

Beberapa saat kemudian Syera sudah bisa mengendalikan dirinya, ternyata ini tidak seburuk yang Syera pikirkan. Meli begitu Welcome pada Syera, bahkan baru beberapa menit ngobrol saja, mereka berdua terlihat sangat akrab.

"Tante, aku pamit pulang ya"

"Iya, hati-hati ya, nanti kamu harus ke rumah mama ya nak"

"Iya tante insya allah"

"Panggil mama aja"

"Hah? Emang boleh tan?"

"Boleh dong, kan kamu calon menantu mama"

Syera terpaku mendengar jawaban Meli, apa tidak terlalu cepat pikir Syera. Kuliah Syera saja baru mau semester dua, masih butuh waktu sekitar tiga tahun lagi.

"Kok bengong? Kenapa? Ada yang kamu pikirin?" Tanya Meli.

"Ng-ngga ada kok ma"

"Kamu mau kan menikah sama Gema? Mama udah ngga sabar pengen gendong cucu"

"Ma..." Gema menggeleng.

"Kenapa Gem? Kamu ini kalau mama bahas soal nikah pasti aja begini"

"Ini bukan waktu yang tepat buat bahas soal itu ma"

"Ah kamu ini, orang Syera nya aja gak apa-apa, iya kan nak?"

"I-iya ma"

"Tuhkan gak apa-apa, pokoknya harus mempersiapkan dari sekarang, mama udah ngga sabar liat kalian berdua jadi pengantin" ucap Meli begitu antusias.

"Udah sore, Gema anterin Syera pulang dulu"

"Iya, hati-hati Gem, jangan sampe calon mantu mama lecet"

"Syera pamit pulang ya ma, assalamualaikum"

"Salam buat orangtua kamu ya,...Waalaikum salam" Syera hanya tersenyum sambil mengangguk.

.
.
.
.
.

Bersambung...

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang