1. SAH

46.3K 557 4
                                    

"Sah"

"Alhamdulillah, selamat sekarang kalian berdua sudah resmi menjadi suami istri" ucap pak penghulu memberikan selamat kepada ku dan mas wisnu.

Mas wisnu?

Mimpi apa aku semalam, laki-laki yang selama ini aku anggap sebagai kakak ku, malah menjadi suami ku. Seharusnya sekarang mbak anggi yang berada di sini, bukan aku. Mbak anggi lebih memilih pekerjaan nya dan menolak lamaran mas wisnu.

"Dek,"

"Hah, i-ya mas kenapa?"

Sekarang aku sudah berada di rumah mas wisnu, rumah sendiri bukan rumah orangtua nya. Kesiapan mas wisnu menikah sudah sangat matang, semuanya sudah ia miliki.

Tapi kenapa mbak anggi menolak nya?

"Ayo masuk" Aku mengekori mas wisnu dari belakang, sambil melihat ke sekitar.

Rumah mas wisnu tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil. Cukuplah untuk kami tinggali berdua. Dengan tiga kamar tidur, dua di lantai bawah, dan kamar utama ada di lantai atas.

Tadi sepanjang perjalanan aku sudah berbicara pada mas wisnu perihal tidur di kamar yang berbeda, walaupun belum mendapat jawaban.

"Ini kamar kamu, kamar mas di atas, kalau butuh sesuatu ketuk aja pintunya"

Sesampainya di rumah tanpa basa basi mas wisnu ternyata menyetujui permintaan ku untuk tidur terpisah.

Aku mengangguk, kemudian mas wisnu meninggalkan ku yang masih berdiri di depan pintu kamar.

Sekarang dia suami ku, ingat itu Salma.

Apa yang harus aku lakukan setelah ini?

Aku masuk ke dalam kamar, merapikan baju ke dalam lemari. Setelahnya aku membersihkan diri dan berganti pakaian.

✉️ Mbak anggi

[Dek, maafin mbak ya]

[Semoga kamu dan wisnu bahagia]

[Kenapa mbak tega giniin aku]

[Kalau memang mbak ngga mau, kenapa ngga nolak dari awal]

[Mbak...]

[Bales chat aku mbak]


Ponsel mbak anggi langsung tidak aktif setelah mengirim pesan tersebut. Aku sudah mencoba menghubungi nya beberapa kali, tapi hasil nya tetap sama.

Mbak, kamu jahat banget.

Suara adzan subuh membangunkan ku dari tidur, masih dengan posisi memegang ponsel, sepertinya aku ketiduran.

Tok tok tok

"Dek, bangun, sholat subuh dulu" itu suara mas wisnu.

Ceklek!

"Iya mas, ini juga mau"

"Mas tunggu ya"

"Hah?"

"Iya, kita sholat jamaah"

"I-iya mas, aku siap-siap dulu"

Kenapa bicara ku jadi terbata-bata begini ya? Sejak resmi menjadi istri mas wisnu aku jadi gugup dan bingung, seperti orang linglung. Apalagi jika mas wisnu mengajak ku bicara, ah sudahlah kacau.

~

Pagi tadi mas wisnu sudah berangkat ke kantor, padahal seharusnya dia masih cuti, baru kemarin acara pernikahan kami di laksanakan. Aku sangat paham bagaimana perasaan mas wisnu sekarang, pasti dia terpaksa melakukan pernikahan ini.

"Selamat pagi non"

"Selamat pagi, ini pasti mbok iyem ya?" Tanya ku, tadi mas wisnu sempat memberitahu ku sebelum berangkat.

"Iya betul non salma"

"Kok mbok tahu nama saya, padahalkan kita belum kenalanan?" Ucap ku seraya tersenyum.

"Mbok di kasih tau sama den wisnu" Aku mengangguk lalu mempersilahkan mbok iyem masuk.

Aku ikut membantu mbok iyem mengerjakan pekerjaan rumah, lagi pula aku bingung, karena memang aku belum punya kesibukan setelah lulus kuliah. Paling sesekali aku mengisi acara di pesta pernikahan atau apa pun itu sebagai singer.

Berbeda memang dengan mbak anggi, kakak ku. Dia manajer di sebuah perusahaan yang cukup besar. Sedangkan aku tidak suka terikat kontrak kerja dengan perusahaan, aku tidak suka bekerja di bawah tekanan.

"Non, sini biar mbok aja yang teruskan nyetrika baju nya, non istirahat aja"

"Iya mbok, makasih ya"

"Mbok yang makasih non, non sudah mau membantu pekerjaan mbok"

"Ngga apa-apa mbok, lagian aku juga bingung mau ngapain"

"Non salma ini benar adik kandung nya non anggi?"

"Iya mbok betul, kenapa memang nya?"

Mbok iyem menggeleng, "Ah tidak apa-apa non, hanya sedikit berbeda saja"

Sebentar, apa maksud berbeda yang di ucapkan mbok iyem barusan? Apa karna mbak anggi lebih unggul dari pada aku? Ya, memang jika di bandingkan dengan mbak anggi, aku kalah saing.

"Jelas berbeda mbok, mbak anggi unggul dalam segala hal di bandingkan dengan ku"

"Ma-af non mbok tidak bermaksud, maksud mbok tidak seperti itu, mbok han-"

"Ngga apa-apa mbok, orang-orang sudah biasa mengatakan itu, aku permisi ke kamar dulu ya, mau sholat dzuhur"

"Baik non"

~

"Den, mbok pamit pulang dulu"

Sekitar pukul lima sore saat mbok iyem hendak pulang, ia berpapasan dengan mas wisnu di teras rumah.

"Iya mbok, hati-hati"

"Hm, den tunggu"

"Iya mbok ada apa?"

"Tadi siang mbok ngga sengaja bahas non anggi, sepertinya non salma salah paham den sama mbok"

"Udah mbok pulang saja, biar nanti wisnu yang bicara sama salma"

"Baik den, terimakasih ya, assalamualaikum"

"Waalaikum salam"

.
.
.
.
.

Bersambung....

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang