10. HAK MAS WISNU

35.4K 403 4
                                    

"Mas, takut" lirih ku.

Mas Wisnu mengusap lembut pipi ku sambil tersenyum, menatap mata ku penuh sayang, seperti meyakinkan ku agar tetap tenang.

"Ini bakalan sedikit sakit sayang, yang penting kamu rileks"

"Jangan bikin aku takut mas, ngga jadi aja ya" ucap ku memohon.

"Kamu lucu banget sih sayang, mana boleh ngga jadi, kan kita lagi mau cari pahala sama-sama"

"Mas, besok aja ya? Aku malah jadi tambah takut ini" mas Wisnu malah tertawa kecil.

"Sakit sedikit di tahan aja ya, mas bakalan pelan-pelan kok, janji"

"Tapi mas..."

"Rileks sayang, tegang banget sih" ucap mas Wisnu seraya tersenyum.

Tubuh ku kembali di jamah oleh tangan kekar nya, dari bibir, leher, payudara, perut, lalu turun ke bawah. Mengusap-usap paha ku lembut, lalu membuka paha ku lebar secara perlahan.

Cup, bibir vagina ku di kecup berulang kali. Sensasi yang sungguh luar biasa, begitu memabukan ternyata. Sensasi nya membuat sekujur tubuh ku bergetar hebat.

"Mashhhhh" kedua tangan ku menjabak rambut mas wisnu, semakin menekan kepalanya lebih dalam.

Mas wisnu semakin menggila di bawah sana, aku pun tak bisa menahan gerak tubuh yang seakan ikut menikmati service dari mas wisnu. Titik paling sensitif itu terus di mainkan dengan lidah nya. Apalagi saat bibir nya ikut menyesap nya, ah rasanya sangat gila.

"Akuhh mau pipishh mashhh" ucapku terbata-bata.

Mas wisnu mendongkak, menatap ku sayu.
"Keluarkan sayang, jangan ragu. Berteriaklah jangan ditahan" ucapnya, kemudian mas wisnu melanjutkan aksi nya.

Nafas ku tak karuan, seperti orang habis lari keliling komplek, capek. Padahal cuma diem aja kok ngos-ngosan gini ya. Kaki juga kok rasanya lemes banget.

"Capek?" Tanya mas wisnu sambil tersenyum, ku jawab dengan anggukan malu.

"Kamu cukup diem aja, biar mas yang bekerja"

Aduh, gimana ini? Aku kira mas wisnu bakalan berhenti melihat ku kecapean. Ternyata aku salah, huh.

"Mas, pelan-pelan, aku takut" kembali ku peringatkan mas wisnu.

"Iya sayang, kamu nya juga jangan tegang, lemesin aja biar ngga terlalu sakit"

"Mas mulai ya..." ucapnya memberi aba-aba.

Tubuh ku seketika mengejang, rasanya sakit sekali. Air mata sampai keluar begitu saja, pengen teriak tapi malu. Merasakan sesuatu yang di paksakan masuk dibawah sana.

"Sshhhh aaww sakit banget mas hiks hiks"

"Tahan dulu sebentar ya sayang, kalo mas diemin gini malah tambah sakit, hmmm"

"Cabut aja mas, perih banget" Rengekan ku tak di gubris, mas Wisnu malah mengecup bibir ku.

Saat aku sudah sedikit lebih rileks, mas wisnu mendorong nya dengan sekali hentakan tanpa aba-aba, kali ini rasanya lebih sakit dari pada yang pertama.

"MASSSSSSSS!!!" Kali ini aku berteriak kencang, semoga saja tidak ada yang mendengar.

"Maaf ya dek" mas wisnu mengecup kening ku kemudian memeluk ku dengan posisi pedang yang masih menusuk.

"Ini yang terakhir mas, aku ngga mau lagi pokoknya, sakit"

"Mana boleh begitu sayang, dosa menolak ajakan suami"

Kedua tangan ku mencengkram kuat bahu mas wisnu, mata ku terpejam, aku menggigit bibir bawah ku menahan perih karna gesekan benda tumpul di inti tubuh ku. Kedua paha ku di buka semakin lebar, mas wisnu begitu bersemangat memaju mundurkan pinggul nya.

Ku tahan rasa perih yang terasa ke seluruh tubuh, melihat wajah nikmat mas wisnu membuat ku urung untuk merengek.

Sudah hampir setengah jam, tapi mas wisnu masih sangat bersemangat. Vagina ku rasanya panas dan sangat sangat perih, aku tak sanggup lagi menahan hujaman dari mas wisnu.

"Mas, aku ngga kuat, sakit" lirih ku pelan.

"Sebentar lagi sayang, tahan ya" ucapnya diiringi suara nafas ngos-ngosan dan erangan yang begitu menggema terdengar.

Gerakan nya semakin cepat, dan akhirnya mas wisnu tumbang di atas tubuh ku.

"Terimakasih ya dek, i love you"

Kalimat terakhir yang keluar dari mulut mas wisnu membuat ku mematung, apa yang baru saja dia katakan? Apa dia berkata jujur? Ah mana mungkin mas Wisnu bohong hanya untuk merasakan surga dunia.

Kami berdua langsung tertidur lelap setelah melakukan kegiatan panas tadi siang. Sekitar pukul tujuh aku terbangun, terkejut saat bangun melihat kamar yang gelap. Ah iya aku belum menyalakan lampu ternyata.

"Jam berapa dek?" Tanya mas wisnu saat merasakan ada pergerakan.

"Jam tujuh mas, ayo bangun dulu kita sholat maghrib"

Mas wisnu bangun lalu bersandar di pundak ku.

"Dek, makasih ya" ucapnya membuat ku sedikit bingung.

"Untuk?" Tanya ku.

"Terimakasih karena telah menjaga nya dan maaf karena mas telah mengambil nya dari mu" terharu banget denger mas wisnu ngomong begitu.

"Kamu suamiku mas, kamu berhak atas itu, semua yang ada di dalam diriku punya kamu mas"

"Kalo gitu, mas boleh minta kapan aja dong?" Tanya mas Wisnu penuh semangat.

"Boleh, tapi ngga hari ini, tunggu sampai rasa sakitnya berkurang" terdengar helaan nafas mas Wisnu mendengar jawaban ku.

"Ya udah Sekarang kita mandi terus sholat maghrib, abis itu kita makan"

"Iya mas"

"Mandi berdua ya?"

"Iya, tapi jangan aneh-aneh ya mas"

"Iya sayang, lagian kan kita belum sholat maghrib"

.
.
.
.
.

Bersambung...

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang