20. Permintaan terakhir

9.6K 256 5
                                    

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya mas Wisnu.

Sedari tadi aku merasa gelisah, entah bagaimana cara aku menyampaikan nya pada mas Wisnu. Yang terakhir saja berujung perkelahian.

"Mas..."

"Duduk dulu sayang, kenapa gelisah gitu hm..."

"Mas, aku-"

Cup!

"Kenapa? Ngomong pelan-pelan"

"Tapi mas janji dulu ya, mas jangan marah"

Mas Wisnu mengerutkan keningnya, mungkin ia bertanya-tanya kenapa aku berkata seperti itu.

"Sebentar, emang apa sih yang mau kamu omongin? Serius banget kayak nya"

"Ya pokoknya mas jangan marah, janji dulu?"

"Iya mas janji, tapi itu juga tergantung sama apa yang mau kamu sampein"

"Jadi gini mas, hm...dua hari lalu bang Bima-"

"Bima lagi Bima lagi, ngga bosen apa tuh orang cari masalah, hah?" Mas Wisnu memotong ucapan ku.

"Dengerin dulu mas, tadi kan udah janji ngga bakal marah"

"Iya iya maaf"

"Bang Bima minta ketemuan, tapi ngga boleh ajak mas katanya, dia mau ngobrol sama aku aja berdua, dia bilang ini yang terakhir dan sekalian dia juga mau pamitan"

"Halah drama banget, bilang aja mau ambil kesempatan, mas ngga akan kasih kamu izin" ucap mas Wisnu tegas.

"Mas, boleh ya? Kalo emang bener ini yang terakhir, bagus dong mas"

"Oke mas kasih kamu izin, tapi mas harus ikut, titik"

"Ya udah, nanti aku bilang sama bang Bima"

"Hmm..."

"Kok cemberut? Katanya ngga marah?" Tanyaku sambil memeluk mas Wisnu.

"Kesel aja bawaan nya kalo denger nama Bima!"

"Emangnya mas sama bang Bima ngga mau baikan? Kalian bakalan terus begitu?"

"Ngga akan! Sampai kapanpun, mas ngga mau baikan sama dia"

"Kan kejadian nya udah lama juga mas"

"Bukan itu masalah nya sayang, tapi dia berani secara terang terangan deketin kamu, di depan aku malahan"

"Ya udah kalo gitu, maaf kalo aku bikin mas kesel"

"Iya gak apa-apa" jawab mas Wisnu lemas.

"Lemes banget sih jawab nya, mau sesuatu yang bikin semangat lagi ngga?" Mas Wisnu mengangguk.

"Mau nen?" Seketika mas Wisnu tersenyum, dengan semangat ia mengangguk-anggukan kepalanya.

Posisi favorit mas Wisnu, di kelonin seperti bayi yang sedang di susui oleh ibu nya.

"Sshhh jangan di gigit mas, sakit"

"Sakit sedikit gak apa-apa sayang, Mas suka soalnya kalo kamu teriak"

"Bekas semalem aja masih perih mas, pelan-pelan aja ya" pinta ku.

"Ngga janji sayang" kemudian mas Wisnu melanjutkan aksi nya. Menyesap, memilin, bahkan sesekali menggigit puting ku yang sudah lecet karna ulah nya.

~

"Mbak..."

"Hhm...kenapa?" Menghentikan aktivitas ku sejenak, lalu ku tengok ke arah samping.

"Aku mau curhat boleh ngga mbak? Tapi jangan kasih tau mas Wisnu ya? Plis..."

"Boleh dong, emang mau curhat apa?"

"Tapi jangan bilang sama mas ya mbak?"

"Iya, aman kok"

Syera membuka ponselnya, kemudian di berikan kepada ku. Syera menunjukan isi pesan dari Gema, isinya panjang sekali, dan pesan dari Gema belum di balas satu pun oleh Syera.

"Gimana menurut mbak? Aku bingung mbak, aku takut"

"Sekarang mbak Tanya sama kamu, perasaan kamu sama Gema gimana?"

"Ngga tau mbak, bingung, aku pikir kedekatan kita cuma sebatas kakak sama adik aja"

"Cerita sama mbak dari awal, dari mulai kamu bisa deket sama Gema?"

"Sebenarnya...aku sama abang udah deket sekitar dua tahunan, tapi kalo kenal udah dari lama, dari semenjak mas sama abang sahabatan. Ngga ada yang tau soal kedekatan aku sama abang, termasuk mas Wisnu"

"Setiap dua minggu sekali abang selalu dateng buat nemuin aku di rumah nenek, walaupun jaraknya lumayan jauh, tapi abang ngga pernah absen buat ketemu sama aku. Dia orang pertama yang akan dateng kalo denger aku sakit, dan dia juga yang bawa aku berobat, pokoknya nungguin aku sampe sembuh"

"Bunda sama ayah tau?" Tanya ku.

"Bunda tau, tapi kalo ayah ngga mbak. Soalnya ayah emang ngga ngebolehin aku buat pacaran"

"Terus respon bunda gimana?"

"Bunda cuma bilang harus bisa jaga diri baik-baik, apalagi aku perempuan. Dan kalo bisa mending fokus pendidikan dulu"

"Ya kamu tinggal bilang sama Gema, kalo emang dia mau nunggu kamu gak apa-apa, kalo ngga juga ya...balik lagi sama kalian berdua deh"

"Masalahnya tahun ini abang mau lanjut pendidikan juga mbak, sambil kerja di perusahaan papa nya, di luar negeri. Bisa sampe empat atau lima tahunan buat abang balik lagi kesini" Raut wajah Syera jadi berubah sedih.

"Jadi, kamu mau mengiyakan ajakan Gema buat tunangan dulu? Kamu yakin? Empat tahun loh syer?" Syera menggeleng lesu.

"Kalo emang dia jodoh kamu, pasti ngga akan kemana-mana kok syer, dia bakal tetep jadi milik kamu"

"Aku bingung mbak, ngga tau"

"Sekarang mending kamu istirahat dulu, pikirkan baik-baik, ini menyangkut masa depan kalian berdua"

"Iya mbak, kayaknya aku harus istirahat dulu, kepala ku sampe pusing"

"Ya udah sana, minum obat terus tidur"

"Oke mbak, makasih ya udah dengerin curahan hati aku"

"Sama-sama syer, walaupun belum ada solusi, minimal kamu ngga mikirin sendirian"

"Aku ke kamar ya mbak"

" iyaa...."

.
.
.
.
.

Bersambung...

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang