56. Extra part 3

18K 184 2
                                    

📞 Ibu

[Sal, Ayah masuk rumah sakit]

Mendengar ibu menangis di balik telpon, jelas membuat aku panik. Dirumah ngga ada siapa-siapa, mas Wisnu masih di kantor, anak-anak juga masih di sekolah. Aku berlari keluar, meminta Surya-anak mbok iyem untuk mengantarkan ku ke rumah sakit dengan motornya. Surya bekerja sebagai tukang kebun di rumah.

Berlari dengan tergesa sambil melihat ke sekitar, mencari keberadaan ibu. Ketemu. Ibu duduk di lantai, bersandar ke tembok, menangis sendirian.

"Bu!"

"Ayah...Sal...Ayah..." Dengan suara lirih ibu terus menyebut Ayah sambil terus menangis.

Aku masih di landa rasa kebingungan, masih belum tau apa yang terjadi sekarang, ibu masih belum bisa diajak bicara, ibu masih terus menangis.

"Salma" Mendengar suara mbak Anggi, aku berdiri dan menghampiri nya.

"Mbak, ayah kenapa mbak?"

"Ikhlas Sal, ayah udah ngga ada"

Seketika dunia ku terasa runtuh, jantung rasanya berhenti berdetak, cinta pertama ku pergi untuk selamanya, ya tuhan...aku belum siap, aku belum bisa membahagiakan ayah.

Bruk!

"Salmaaa..."

Kepala rasanya sakit, tubuh lemas, saat membuka mata yang aku lihat pertama kali adalah mas Wisnu kemudian Lyn. Terakhir aku ada di UGD rumah sakit, sekarang aku sudah ada di kamar ku, di rumah ayah dan ibu.

Ayah?

Dada ku kembali merasakan sesak saat kembali teringat dengan ayah, tangis ku pecah, mas Wisnu memeluk ku erat, sangat erat.

"Ikhlas sayang"

"Ma..." Lyn ikut menangis saat melihat ku tak bisa mengendalikan diri.

"Aaaaaaa....AKU MAU IKUT AYAH AJA MAS, KASIAN AYAH SENDIRIAN!"

"Istighfar sayang, kamu ngga inget aku sama anak-anak"

Astagfirullahhalazim, ucapan mas Wisnu menyadarkan ku, bagaimana perasaan mereka Mendengar ucapan ku, siapa yang akan menguatkan ibu kalau aku lemah seperti ini.

"Pa, kakek mau di kuburin sekarang" Maaliq.

"Kamu ngga usah ikut ya...kamu di rumah aja" ucap mas Wisnu lembut.

"Aku ikut mas!"

"Sayang...dengerin mas ya? Kamu di rumah aja temenin ibu"

"Iya mas" dengan berat hati, aku menuruti perintah mas Wisnu.

"Lyn, temenin Mama sama Nenek ya"

"Iya Pa"

~

"Maaliq, mama diajak makan dulu sana"

"Mama belum mau makan bi, tadi udah dipaksa tapi tetep ngga mau"

"Papa kalian kemana? Suruh bujuk mama biar mau makan, nanti malah sakit"

"Papa masih ngobrol di depan, sama temen-temen nya"

Anggi, sekarang sudah jauh lebih baik, banyak perubahan dalam diri perempuan ini. Dari pakaian sampai sikapnya, sekarang Anggi jadi sosok perempuan yang jauh lebih lembut. Hubungan nya dengan Salma dan Wisnu, sudah berangsur membaik juga. Anggi sudah bisa menerima takdir yang membawanya sampai sejauh ini.

Dibandingkan dengan ibu dan Anggi, ternyata Salma jauh lebih lemah, sedih memang, tapi takdir tuhan tidak bisa kita ubah, semua sudah jalannya. Ayah awalnya jatuh di kamar mandi, tidak ada luka luar, tapi ayah mengalami kejang hebat dan dilarikan ke rumah sakit. Tapi, takdir berkata lain.

"Sal, makan dulu yuk" Anggi menghampiri Salma yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Di sampingnya ada Lyn, dan Galaxy.

"Nanti aja mbak, belum selera" Galaxy berpindah duduk ke dekat kaki kanan Salma, membiarkan Anggi duduk di tempatnya.

"Mau sampai kapan kamu ngga mau makan? Jangan siksa diri kamu sendiri Sal, mbak tau kamu sedih, kita semua juga sedih. Kita harus ikhlas, yang harus kita lakukan sekarang adalah berdoa, mendoakan supaya ayah ditempatkan di tempat yang paling indah di sana"

Salma kembali menangis, masuk ke dalam pelukan Anggi, pelukan yang lama tak ia dapatkan dari seorang kakak. Airmata Anggi pun tumpah, jika mengingat kejadian bertahun-tahun lalu, sungguh banyak sekali yang Anggi sesali.

Maaliq datang membawa sepiring nasi lengkap beserta lauk nya, dan segelas air putih.

"Ma, makan dulu ya" Maaliq duduk di dekat kaki kiri Salma, memberikan piring di tangan nya ke Anggi.

"Ibu mana Mbak? Ibu udah makan belum?"

"Ibu udah makan, ibu sekarang lagi istirahat di kamarnya"

"Papa mana?" Salma melihat ke arah Maaliq.

"Papa ada di luar ma, lagi ngobrol sama om Gema, om Bima, om Alex, sama om Yoga"

"Mbak, aku nanti aja makan nya sama mas Wisnu, dia juga belum makan"

"Makan sekarang aja yuk, mas temenin"

Wisnu datang sambil tersenyum ke arah Salma, Anggi menaruh piring di tangannya diatas meja nakas di samping ranjang. Ia pergi keluar kamar, untuk melihat ibu ke kamar.

"Temen-temen kamu udah pulang mas?"

"Udah sayang, makan ya...Mas suapin"

"Kalian udah makan?" Tanya Salma sambil melihat anak-anak nya satu persatu. Ketiganya menggeleng bersamaan.

"Kenapa belum makan?" Lyn bersandar di bahu Salma.

"Kita khawatir sama mama, mana bisa kita makan dengan keadaan mama seperti ini" Salma mengusap pipi anak bungsu nya, ia jadi merasa bersalah.

"Maafin mama ya, sekarang kita makan yuk"

"Ayo" Maaliq, Galaxy, dan Lyn menjawab dengan penuh semangat.

.
.
.
.
.
.

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang