"Selamat pagi bu Salma, pak Wisnu"
"Selamat pagi dokter" jawab ku dan mas Wisnu kompak.
"Saya periksa sebentar ya..."
"Iya dok silahkan"
"Semuanya bagus, harus banyak gerak ya bu, terus jalan-jalan kecil"
"Masih ngeri sama bekas operasi dok, masih takut"
"Aman kok bu Salma tenang aja, oh iya bu...sudah coba pompa asi? Soalnya untuk sementara waktu sampai keadaan adik bayi stabil, bu Salma belum bisa menyusui secara langsung"
"Kemarin sudah coba tapi asi nya ngga mau keluar dok"
"Kalau begitu mari saya bantu, sus tolong tutup tirai nya"
"Baik dok"
Dikarenakan didalam ruangan ada ayah dan bunda, selama proses berlangsung tirai harus di tutup. Kecuali mas Wisnu yang setia berdiri disamping ku sambil terus memperhatikan.
"Maaf ya bu Salma" Aku mengangguk pasrah saat ibu dokter memegang sambil memijat kedua payudara ku bergantian.
"Pak Wisnu nanti boleh di bantu istrinya, lakukan pijatan kecil seperti ini di area payudara bu Salma, pijatan ini membantu untuk melancarkan asi"
"Iya dok" jawab mas Wisnu pelan.
"Karena puting bu Salma yang sebelah masuk kedalam, mohon bantuan nya ya pak Wisnu, di sesap pelan saja, agar asi nya bisa keluar juga"
"Hah? Gimana dok maksudnya?" Mas Wisnu tampak sedang loading saat mendengar penjelasan dari dokter.
"Silahkan pak tidak apa-apa, tidak perlu merasa malu, sebagai dokter, saya sudah biasa melihatnya"
Tak ada pergerakan dari mas Wisnu, saat ini pasti ia merasa sangat malu. Di todong langsung oleh dokter, agar membantu menyesap puting ku yang masuk ke dalam.
"Dok, nanti biar kami lakukan sendiri saja" ucap ku.
"Ah baiklah kalau begitu, jika membutuhkan sesuatu atau ada yang ingin ditanyakan, silahkan temui saya atau perawat"
"Baik dok, terimakasih"
"Sama-sama, saya permisi ya bu, pak"
Aku menatap wajah mas Wisnu yang tampak masih malu, ingin sekali aku menertawai nya, tapi kasian juga.
"Ambilin pumping nya mas, sekalian sama tempat asi nya"
"Iya sayang"
Ku buka baju ku, lalu mengeluarkan dua boba yang sudah tampak penuh, keluar dari sarang nya.
"Sini biar mas aja" Mas Wisnu mengambil alih alat pompa asi di tangan ku.
"Emangnya kamu bisa mas?"
"Kamu meragukan mas?"
"Ya aku kan cuma nanya mas"
Tiba-tiba mas Wisnu mendekatkan wajahnya dengan dada ku, aku spontan mendorong pelan kepala mas Wisnu.
"Kamu mau ngapain? Ih, udah punya anak juga" ucap ku kesal.
"Mau bantu biar puting kamu keluar sayang, kan mau pompa asi, gimana sih?"
"Eh iya ya, maaf mas lupa"
Sudah lebih dari lima menit, tapi mas Wisnu masih betah dengan posisi mengulum puting ku. Sepertinya mas Wisnu malah menikmati posisi ini.
"Mas udah dong, punya anak kamu itu"
"Enak aja, punya mas ini" ucapnya tak mau kalah.
"Ya ampun, sama anak sendiri juga mas, heran deh"
"Ya emang bener kan ini punya mas"
"Gimana kamu aja deh mas"
~
"Mas, adik bayi belum dikasih nama?" Tanya ku.
"Kamu sudah ada nama untuk anak kita?" Aku menggeleng, jujur saja aku belum sempat mencari nama untuk anak ku, niatnya sih nanti kalau usia kandungan ku sudah delapan bulan, ah tapi malah kejadian begini.
"Kalo mas gimana? Udah siapin nama?"
"Ada sih, tapi takut kamu ngga suka"
"Asal namanya ngga aneh-aneh, ya aku pasti setuju-setuju aja mas"
"Soal nama nanti kita bahas lagi, takutnya kamu juga mau cari-cari dulu"
"Ya udah, hm....Mas, aku mau nanya sesuatu boleh?"
"Boleh, mau nanya apa? Soal pernyataan Rudi kemarin?" Aku mengangguk.
"Eh tapi mas, kalo kamu ngga mau bahas juga gak apa-apa kok, aku cuma---"
"Gak apa-apa sayang, gara-gara masalah ini imbas nya jadi ke kamu, mas minta maaf" ku usap pipi mas Wisnu, kemudian ku kecup bibir nya singkat.
"Its okey mas, semua sudah terjadi, aku cuma minta jangan diemin aku lagi ya...kalo ada masalah mending di bicarakan baik-baik. Aku istri kamu, dan aku siap mendengar semua cerita kamu, apapun itu mas"
Mata mas Wisnu meredup, ia memeluk ku erat sambil mengecupi kepala ku.
"Terimakasih karena kamu sudah mau memaafkan mas, sayang"
"Iya mas..."
"Dulu Bima sempat cerita sama mas kalau abi nya sempat menikah lagi dan di karuniai seorang anak laki-laki. Apa mungkin itu Rudi? Tapi, saat Rudi masuk di kampus yang sama dengan kita, Bima tidak pernah menunjukan sikap akrabnya"
"Umi? Abi? Apa bang Bima dari keluarga dengan agama yang sangat kental?" Tanya ku penasaran.
Selama aku mengenal bang Bima, aku tidak pernah tau bagaimana keluarga nya. Sebenarnya aku sangat ingin bertanya, tapi tidak punya keberanian untuk itu, menurut ku sangat tidak sopan menanyakan hal yang privasi.
"Bima tumbuh di lingkungan pesantren sayang, masa kamu ngga tau? Bukankah kalian dekat?" Tanya mas Wisnu dengan raut wajah penasaran.
"Bang Bima ngga pernah cerita sejauh itu sama aku mas, kita memang dekat tapi tidak saling mengenalkan ke keluarga masing-masing"
"Termasuk ke ayah dan ibu?" Aku mengangguk.
"Dasar pengecut, gimana mau dapet jodoh kalau dia terus begitu" gumam mas Wisnu pelan.
"Kamu ngomong apa mas?"
"Ngga kok sayang, Mas ngga ngomong apa-apa"
"Terus gimana?"
"Apanya yang gimana mama?" Goda mas Wisnu.
"Ya lanjutan ceritanya lah mas"
"Nanti kita lanjut lagi, sekarang mas mau peluk kamu, mas kangen tau"
Mas Wisnu naik ke atas brankar, kemudian merebahkan tubuhnya dan masuk ke dalam selimut yang sama dengan ku. Memeluk ku dari samping, lalu mengecupi leher ku.
"Mas ih geli, jangan kayak gitu"
"Cuma cium aja ngga boleh"
"Bukan ngga boleh, nanti kalo kamu on gimana?"
"Kan masih ada tangan kamu sayang" ucap mas Wisnu kemudian tertawa.
"Jangan aneh-aneh ya mas, ini rumah sakit bukan dirumah"
"Bercanda sayang ku, cinta ku...."
"Sayang sayang, kemarin aja manggil sal...salma" ucapku dengan ekspresi meledek.
"Kan mas udah minta maaf, jangan di bahas lagi dong sayang"
"Iya iya"
.
.
.
.
.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS WISNU
RomanceFollow dulu sebelum membaca, yang ngga suka skip aja! Chapter tidak urut. "Dia laki-laki baik, ibu sama ayah juga sudah mengenal keluarga nya" "Iya bu aku tahu, tapi kenapa harus mas wisnu?" "Memang kenapa dengan nak wisnu? Bukan nya kalian berdua...