22. Lanjut atau ???

9.5K 247 7
                                    

"Bang, ngapain kesini? Nanti kalo mas Wisnu liat bisa marah" Syera panik saat melihat Gema datang ke rumah untuk menemui nya.

"Kenapa menghindar? Kalo emang abang ada salah, harusnya kamu ngomong syer, jangan kayak gini"

"Abang ngga ngerti posisi aku kayak gimana? Aku bingung bang, aku ngga tau harus berbuat apa"

Mendengar ada keributan di depan rumahnya, Salma mengintip dari jendela, tapi ia kembali masuk ke kamar setelah tau kalau itu Syera dan Gema.

"Kamu ngga kasih abang kesempatan buat berjuang syer, gimana abang bisa tau, ayo kita sama-sama berjuang buat hubungan kita"

Syera menggelengkan kepalanya, kemudian ia duduk sambil terus menunduk kan kepalanya.

"Sulit bang, sulit untuk menyamakan langkah kita, terlalu jauh"

"Kita coba dulu, izinkan abang ketemu sama ayah bunda"

"Aku ngga yakin, ngga akan semudah itu abang"

"Banyak yang harus di korbankan kalau abang tetep maksa, aku ngga mau salah satu dari kita jadi korban nya bang" lanjut Syera.

"Syer...abang sayang kamu" Gema mensejajarkan tubuhnya dengan Syera.

"Perjalanan aku masih panjang, aku ngga yakin abang siap menunggu dengan waktu yang cukup lama"

"Kalau kamu belum siap, kita bisa tunangan dulu syer"

Haduh, susah banget ngomong sama Gema, dia tetep ngga ngerti sama sekali. Syera tau Gema tidak main-main, tapi masalahnya adalah Ayahnya dan Wisnu. Mereka tidak akan semudah itu merestui hubungan mereka berdua.

Dua laki-laki itu sangat keras kepala, sulit untuk meluluhkan hati mereka yang sekeras batu. Apalagi usia Syera dan Gema terpaut cukup jauh, usia mereka terpaut sebelas tahun. Gema laki-laki yang sudah siap membina rumah tangga, sedangkan Syera masih anak abg labil yang baru mau memulai perjalanan nya.

"Tuh kan mas Wisnu pulang, aduh gimana ini"

Mata Wisnu terus menatap tajam ke arah Syera, Syera menunduk tak berani menatap balik.

"Gede juga nyali lo gem, masih berani datang kesini setelah kejadian kemarin?" Ucap Wisnu mengejek.

"Gue mau bicara sama lo nu, berdua!"

"Bang, udah ya, mending abang pulang aja" Syera tentu saja panik melihat nya.

"Walaupun lo temen gue, gue ngga akan pernah kasih izin buat lo deketin Syera"

"Mas, aku udah dewasa, aku tau mana yang baik mana yang ngga, tolong jangan egois mas" Syera memberanikan diri menjawab ucapan Wisnu.

"Siapa yang suruh kamu bicara, MASUK!" Bentak Wisnu.

Melihat Syera menangis, kepala Gema terasa panas. Jika saja Wisnu bukan kakak dari Syera, ingin rasanya mendaratkan bogem mentah di wajah nya.

"Ngga boleh nangis, kamu masuk aja ya..." ucap Gema lembut, lalu mengusap tangan Syera.

"Tapi bang..."

"Masuk ya, ngga usah khawatirin abang"

Syera Masuk, dan meninggalkan mereka berdua.

"Gue pikir lo udah berubah? Ternyata masih sama, Wisnu si egois" ucap Gema diiringi tawa mengejek.

"Ngga usah mancing gem, lo pikir gue takut?"

"Silahkan aja kalau lo mau hajar gue habis-habisan, gue juga ngga bakalan diem aja, lo pikir semua masalah solusi nya emosi? Ngga nu, itu bakal jadi boomerang buat lo nantinya"

"Tau pintu keluar nya kan?" Usir Wisnu.

"Hahaha...Wisnu Wisnu" Gema menggeleng, Wisnu menghentikan langkahnya saat ingin masuk ke dalam rumah.

"Diantara kita berempat ( Bima, Gema, Alex, dan Yoga ) cuma lo yang sampai hari ini selalu menghindar, kenapa? Ngga punya cukup nyali buat bertatapan dengan kita? Lo benci Bima karna perempuan munafik itu? Harusnya lo juga introspeksi diri, itu bukan sepenuhnya salah Bima!"

"BRENGSEK!" Wisnu sudah siap menghajar Gema, tapi masih ia tahan.

"Ayo pukul, mau pilih yang mana? Silahkan. Sadar nu, kalau lo bersikap seperti ini terus, lo bakal kehilangan semuanya, termasuk Salma dan calon anak lo!"

Bugh

Bugh

Bugh

Gema diam dan pasrah, ia menerima setiap pukul dari Wisnu. Sampai pak Udin memisahkan mereka berdua, barulah Salma dan Syera keluar bersamaan.

"Bang Gema ya ampun" Salma berteriak histeris saat Melihat Gema tersungkur tak berdaya.

"Mas, CUKUP! kamu apa-apaan sih, Istighfar mas ya allah"

Syera membantu Gema untuk duduk, sambil menangis ia terus menggenggam kedua tangan Gema. Gema hanya tersenyum dengan kedua sudut bibir berdarah.

"Abang, kan aku udah bilang-"

"Ssttt...abang gak apa-apa cantik, ngga boleh nangis ya" Gema mengusap air mata di pipi Syera.

"Syer, obatin luka bang Gema"

"I-ya mbak"

Kemudian Wisnu di bawa masuk ke kamar, dan coba di tenangkan oleh Salma. Salma terus memeluk Wisnu, sampai Wisnu benar-benar tenang.

"Ssshhh..." rintih Gema saat Syera membersihkan luka nya.

"Perih ya?" Gema menggeleng.

"Bohong banget sih"

Syera mengobati Gema di dalam mobil Gema yang terparkir di luar gerbang.

"Ngga akan sembuh kalo cuma di obatin pake itu" tunjuk Gema pada kapas yang di pegang oleh Syera.

"Terus?" Tanya Syera bingung.

"Pake ini" Gema mengusap-usap bibir Syera dengan ibu jari nya.

Syera diam saat Gema terus mengusap-usap bibirnya, tatapan mereka saling mengunci.

Cup!

Bibir mereka saling beradu, ini yang pertama kali nya untuk Syera, first kiss. Kedua tangan Gema memegang tengkuk leher Syera, ciuman mereka semakin dalam. Deru nafas Syera sudah tak beraturan, ia tak bisa mengimbangi permainan Gema.

"Aku ngga bisa nafas" ucap Syera setelah mendorong bahu Gema.

"I love you Syera Kemala" ucap Gema di akhiri kecupan singkat di bibir Syera.

"Love you to abang" jawab Syera menahan malu.

"Berarti kita?" Tanya Syera memastikan hubungan mereka.

"Kita apa? Kenapa?" Goda Gema.

"Abang ih nyebelin"

"Bercanda sayang, mulai hari ini kamu milik abang dan sebaliknya"

"Tapi mas Wisnu..." Syera tidak yakin.

"Kita hadapi sama-sama, jangan tinggalin abang ya syer"

"Abang juga, jangan pernah tinggalin aku ya, aku sayang sama abang"

"Abang juga sayang kamu"

Mereka saling memeluk, cukup lama.

.
.
.
.
.

Bersambung...

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang