6. DRAMA QUEEN

21.4K 383 6
                                    

"Suami kamu mana?" Tanya ibu.

"Mas wisnu lagi sholat bu"

Aku, ibu, dan mbak anggi sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Kalo aku lebih ke sengaja sih, soalnya males basa basi sama mbak anggi. Ngga tau kenapa masih kesel aja sama sikap mbak anggi.

"Dek, kamu masih marah ya sama mbak?" Tak aku hiraukan sama sekali pertanyaan dari mbak anggi.

"Maafin mbak ya dek, mbak minta maaf kalo perilaku mbak bikin kamu kecewa"

"Adek, itu loh mbak nya nanya di jawab" ucap ibu.

Brak!

Aku menaruh pisau yang sedang aku pegang dengan sangat keras. Tak peduli jika setelah ini ibu atau ayah yang marah karna sikap ku.

"Dek, ngga boleh gitu nak" ucap ibu memperingatkan.

"Kenapa bu? Emang aku ngga berhak marah? Apa aku harus memaklumi apa yang sudah di lakukan mbak anggi?" Entah kerasukan setan dari mana, aku yang biasa nya cenderung diam jika ibu membela mbak anggi, tapi tidak kali ini.

"Maksud ibu ngga gitu sayang, ibu hanya ing-" belum selesai ibu berbicara, ayah datang lalu disusul mas wisnu.

"Ada apa ini? Kok kedengeran nya ribut-ribut sekali, anggi sama salma ngga mau baikan?"

"Anggi sudah minta maaf yah sama salma, tapi salma masih marah sama aku"

Mulai deh drama di mulai, begitulah kebiasaan mbak anggi. Ngerasa dirinya paling paling segalanya, merasa di atas awan. Ya memang aku akui, aku berbeda jauh dengan nya. Aku tak punya karier sebagus dia.

"Drama banget sih lu, nyesel gue datang kesini" Aku langsung pergi dari sana.

"Salma!" panggil ayah.

"Biar wisnu aja yah yang susul salma"

~

"Mau kemana?" Tanya mas wisnu saat melihat ku merapikan baju ke dalam tas.

"Pulang!" jawab ku singkat.

"Kok pulang, kan kamu yang ajak mas kesini, masa mas di tinggal pulang"

"Terserah mas mau tetep disini apa pulang bareng aku!"

"Kok ngomong nya gitu, ayolah dek jangan kayak anak kecil, setiap masalah itu harus di selesaikan"

"Apa? Anak kecil? Aku anak kecil? Seharusnya sekarang yang ada di posisi aku itu mbak anggi, bukan aku"

"Pelan-pelan ngomong nya dek, ngga baik marah-marah, bukan hanya kamu yang kecewa tapi mas juga"

"Kenapa dari awal mas ngga nolak aja, biar ngga ada penyesalan diantara kita"

"Kamu nyesel nikah sama mas?" Aduh, salah ngomong kan aku.

Aku terdiam, Astagfirullahhalazim, kenapa dengan diri ku ini ya allah. Kenapa jadi meledak-ledak begini, mas wisnu ngga salah. Bukan hanya aku yang mengorbankan perasaan tapi mas wisnu juga.

"Jawab dek? Apa kamu nyesel nikah sama mas?" Tanya mas wisnu masih dengan nada lembut.

"Sudahlah mas ngga perlu di bahas lagi, aku mau pulang, kalau mas masih mau disini silahkan"

"Kamu pulang, mas juga pulang"

Akhirnya kami berdua memutuskan untuk pulang. Untuk saat ini tidak bertemu dengan mbak anggi adalah keputusan yang tepat, juga untuk mas wisnu.

Sesampainya dirumah, aku langsung masuk ke dalam kamar, meninggalkan mas wisnu yang masih di mobil.

Tok

Tok

Tok

"Dek, mas mau bicara"

"Aku capek mas, aku mau istirahat" jawabku tanpa membuka pintu kamar.

'Padahal mas mau ajak kamu tidur di kamar atas' gumam mas wisnu kecewa.

"Den, sudah pulang?" Tanya mbok iyem mengagetkan.

"Sudah mbok"

"Non salma sudah sehat?"

"Alhamdulillah sudah mbok"

"Syukurlah, oya den kemarin ada laki-laki mencari non salma, kalau tidak salah nama nya bima"

"Bima? Dia bilang apa aja mbok?"

"Dia ngga bilang banyak, cuma pas mbok Tanya dia siapa, dia jawab pacar nya non salma"

"Lain kali jika dia datang lagi, suruh bertemu dengan saya"

"Baik den, kalo gitu mbok balik ke dapur lagi"

"Iya mbok, saya juga mau istirahat"

✉️Bang Bima

[Salma]

[Iya abang, kenapa?]

[Kemarin abang ke rumah, tapi kamu nya ngga ada]

[Katanya kamu sakit?]

[Rumah?]

[Abang tau dari siapa aku sakit]

[📍perum griya jaya blok A no 05]

[Abang tau dari intan, kemarin dia ke cafe sama pacarnya]

Kok bang Bima bisa tau ya sekarang aku tinggal disana, tapi apa dia juga tau kalo aku tinggal dengan mas wisnu, suami ku. Btw, intan adalah teman kuliah ku dulu, kami berdua satu fakultas.

[Abang, bisa ketemu ngga? Sekarang?]

[Ada yang Mau aku omongin, penting]

[Bisa dong, apa sih yang ngga buat kamu]

[Mau abang jemput?]

[Ngga usah bang]

[Aku ke tempat abang aja]

Mumpung masih sore juga kan, aku memutuskan untuk menemui bang Bima sebentar. Aku pergi tanpa pamit ke siapa pun, melihat mbok iyem juga sedang sibuk, ya sudahlah lagian hanya sebentar.

.
.
.
.
.

Bersambung...

MAS WISNUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang