Kami berempat melipir, duduk menjauh dari yang lainnya. Aku ajak mas Wisnu juga, aku ngga mau nanti malah jadi salah paham.
"Ada apa sayang?" Tanya mas Wisnu kebingungan.
"Bang, aku ngga mau jadi benalu di rumah tangga abang sama Melinda, tolong luruskan kesalahpahaman ini bang"
"Bim, ada apa sih, lo jangan diem aja, ngomong!" Kesal mas Wisnu.
"Maaf mas, aku udah cerita semuanya sama Salma" Melinda kembali menangis, tangannya sampai bergetar.
"Mel, kamu jangan takut, aku bakal jadi orang pertama yang dukung kamu kalau bang Bima sampai marah"
Bima diam, menghela nafas panjang, kemudian menatap Melinda yang masih menundukan kepalanya. Dagu melinda di angkat, wajahnya sudah basah.
"Kamu salah paham Mel, kenapa bisa kamu berpikir seperti itu, perasaan aku sama Salma udah lama hilang, semenjak sama kamu" Ucap Bima lembut sambil mengusap airmata Melinda.
"Ke~napa mas ngga mau sentuh aku kalau mas udah moveon dari Salma"
"Mas pikir kamu belum siap, terakhir kali kamu kayak orang takut, waktu mau mas sentuh"
"Bang Bima, maaf aku potong sebentar, Mel, udah jelaskan semuanya, jangan berpikir yang macem-macem tentang aku ya...aku udah bahagia sama keluarga kecil ku, selebihnya kalian selesaikan masalah kalian sendiri, aku ngga mau ikut campur"
"Sal, maaf ya..." ucap Melinda.
"Maaf Sal, Nu"
"Santai bro, ini cuma salah paham aja, lo tinggal jelasin sama Melinda, biar dia ngga salah paham lagi sama Salma"
"Ayo mas kita pulang aja, kita harus jemput Maaliq dulu soalnya"
"Gue sama Salma duluan ya.."
"Oke, hati-hati, sekali lagi gue minta maaf"
Setelah kepergian Wisnu dan Salma...
"Mas, maafin aku"
"Sebaiknya kita pulang, kita selesaikan di rumah"
Bima segera berpamitan, lalu bergegas mengajak Melinda pulang ke rumah mereka. Sesampainya di rumah, mereka berdua masih belum bicara, Bima masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah Melinda.
Duduk di sisi ranjang, sambil menunggu Bima keluar dari dalam kamar mandi. Melinda jadi gelisah, ia takut Bima akan marah, apalagi ia sampai menceritakan masalah rumah tangga nya kepada orang lain.
Ceklek!
"Sini, mas mau bicara" Melinda duduk mendekati Bima yang bersandar di kepala ranjang.
"Mas mau tanya sesuatu boleh?" Melinda mengangguk, ia masih belum berani menatap Bima.
"Kamu habis baca buku catatan mas ya? Jawab jujur Mel?"
"Maaf mas, aku udah lancang, aku selalu penasaran sama isinya"
"Kenapa ngga kamu buang aja buku catatan itu? Ngga penting juga buat mas"
"Hah? Kok dibuang?"
"Masa lalu ya masa lalu, masa depan mas kan kamu Mel"
"Mas...." Mata Melinda kembali berkaca-kaca.
"Iya sayang?" Jantung Melinda berdegup kencang, ini pertama kalinya Bima memanggil dirinya dengan sebutan sayang.
"Astagfirullahhalazim, jantung aku, kasih aba-aba dong mas kalau mau panggil sayang"
"Sayangnya mas, cintanya mas, cantiknya mas"
"Mas udah mas, cukup! Aku bisa jantungan nanti"
Melinda ditarik, kini posisi nya ada di bawah kungkungan Bima. Deru nafas keduanya saling bersahutan, ini pertama kalinya mereka dalam posisi seintim ini.
"Boleh?"
"Boleh mas, mas bebas menyentuh dan melakukan apapun, semuanya milik mas, hanya untuk mas"
"Terimakasih istriku" Kemudian Bima mengecup kening Melinda lama.
"Ahhh...." Melinda mendesah saat jemari Bima mengabsen setiap inci tubuhnya.
"Mphh...masshh Biimaa..."
"Ya sayang, berteriaklah" bisik Bima, kemudian melanjutkan serangan nya pada tubuh istrinya yang sudah polos.
~
"Maaliq udah tidur?"
"Udah mas, baru aja"
Sekarang Maaliq sudah mulai tidur di kamarnya sendiri, awalnya setiap tengah malem ke bangun terus, tapi setelah satu minggu, Maaliq sudah terbiasa.
"Melinda beneran belum disentuh sama sekali sama Bima?"
"Kata Melinda sih gitu mas, makanya aku panggil bang Bima buat menjelaskan semuanya, aku ngga enak sama Melinda, takut berpikiran yang ngga-ngga tentang aku"
"Bisa tahan gitu si Bima, setahun lho, kalau mas sih ngga bisa"
"Kamu mah kalau diturutin, mau nya setiap hari mas"
"Kamu emang paling pengertian deh, tau banget mau nya suami"
Mulai deh mesum nya keluar, kalau udah nduselin wajahnya di dada, pasti ada maunya nih mas Wisnu. Yang minta Maaliq buat tidur sendiri aja, mas Wisnu, katanya biar bebas.
"Tidur mas, capek banget aku"
"Sebentar aja sayang, sepet banget mulut mas"
"Ngerokok aja sono"
"Mas maunya ini" kedua payudara ku diremas.
"Eungh..."
"Mulut boleh nolak, tapi tubuh kamu langsung respon gini pas mas sentuh" bisik mas Wisnu.
"Mas ahh....udah dong, geli" lidah mas Wisnu sedang menari indah di atas puting yang sudah mengeras.
"Nikmatin aja sayang, nolak tapi malah mendesah" kalau sudah di posisi ini, mas Wisnu tidak akan mau berhenti. Ini juga salah satu alasan mas Wisnu minta Maaliq buat tidur sendiri, ngga bebas menyusu katanya, dasar tuyul berambut.
"Aww...ih kebiasaan banget, jangan digigit sih mas, sakit tau"
"Gemes" jawab mas Wisnu tanpa melepas isapan nya.
"Aku ngantuk mas, udah ya?"
"Jenguk adik dulu ya? Satu ronde aja, mas janji"
"Bener ya sekali aja, aku beneran capek mas"
"Iya sayang"
.
.
.
.
.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS WISNU
RomanceFollow dulu sebelum membaca, yang ngga suka skip aja! Chapter tidak urut. "Dia laki-laki baik, ibu sama ayah juga sudah mengenal keluarga nya" "Iya bu aku tahu, tapi kenapa harus mas wisnu?" "Memang kenapa dengan nak wisnu? Bukan nya kalian berdua...