08:00 WIB
Syera sudah sampai di butik langganan keluarga nya, tentu saja Syera tidak sendirian, ia ditemani oleh bunda, Salma dan si kecil menggemaskan, Maaliq.
"Demi Syera nih, tante buka butik pagi-pagi" Tante Anne, pemilik butik sekaligus adik dari ayah.
"Makasih ya tante, udah mau direpotin"
"Sama-sama, nah kalau yang ini pasti anak nya si galak Wisnu" Maaliq tersenyum saat pipi nya dicolek oleh tante Anne.
"Apa? Lagi ngomongin Wisnu ya!?" Dan Wisnu, dia juga ikut mengantar adiknya.
"Maaliq, kamu jangan galak-galak kayak papa kamu ya nak, udah gitu nyebelin lagi" ucap tante Anne sambil melotot ke arah Wisnu.
"Sini nak gendong sama papa, jangan dengerin omongan nenek Anne"
"Nenek? Heh sembarang lo, gue masih muda ya nu" tante Anne tak terima.
"Lah emang nenek kok, yee menolak tua"
"Udah udah, kalian ini kalau ketemu berantem terus deh" lerai bunda.
"Yuk Syer ikut tante, kita lihat koleksi kebaya di sini"
Kebetulan ada tiga koleksi kebaya berwarna biru langit di butik. Ketiga kebaya yang Syera coba, semuanya bagus dan sangat pas ditubuh Syera.
"Duh bingung, semuanya bagus-bagus tan" Syera masih berputar-putar didepan cermin besar, mencoba kebaya terakhir.
"Emang kamu nya aja yang cantik Syer, jadi pake baju apa aja cocok"
"Ah tante bisa aja" Syera tersenyum salah tingkah.
"Calon istri Gema kan emang cantik tante" Syera dan tante Anne menoleh saat mendengar suara bariton yang sangat dikenali oleh Syera.
"Abang? Kok ada disini?" Gema menghampiri Syera, lalu memeluk Syera dari belakang didepan tante Anne, tanpa rasa malu.
"Abang ih malu, lepasin nggak!" Bisik Syera.
"Tante ngga liat kok Syer, tenang aja"
"Hm! Belom mukhrim tuh, main peluk-peluk aja!" Suara Wisnu berhasil melepas pelukan Gema.
"Gem kamu yakin mau punya kakak ipar yang resek kayak Wisnu?" Tanya tante Anne berbisik, tapi masih terdengar oleh Wisnu.
"Diem tan, ngga usah ngedoktrin Gema yang macem-macem!" Ancam Wisnu.
"Apasih nu..."
"Gem, ayo kita tunggu didepan aja!" Gema mengangguk, kemudian mengikuti Wisnu dari belakang.
"Tan, aku mau yang ini aja deh"
"Pilihan bagus, oke sebentar tante bungkusin dulu ya"
Setelah keperluan di butik selesai, mereka semua kembali ke rumah, Kecuali Gema dan mama Meli, mereka berdua hanya mampir untuk melihat Syera.
"Bun, Syera kok tiba-tiba ragu ya?" Sesampainya dirumah, Syera mengajak bunda untuk mengobrol sebentar di taman belakang, hanya berdua.
"Kenapa? Cerita sama bunda?" Bunda tau kalau Syera khawatir, karena semua tanpa persiapan yang benar-benar matang.
"Keputusan aku buat nikah muda, udah bener ngga sih bun? Takutnya aku ngga mampu ngejalanin nya, nanti malah jadi ngga maksimal kuliah sama urus suami"
Bunda mengusap pipi Syera lembut, sambil tersenyum.
"Mau ditunda dulu aja? Tunggu sampai kamu benar-benar siap?" Syera bingung mau jawab apa, dia juga takut menyakiti perasaan Gema dan keluarganya, jika membatalkan sepihak."Kamu pasti mampu! Bunda yakin! Selama tinggal dirumah nenek aja, kamu sudah cukup membuktikan Syer"
"Bun, aku sayang sama abang, aku ngga mau kecewain abang. Abang udah banyak berkorban buat aku, bun"
"Iya sayang bunda tau, sekarang keputusan bunda serahkan ke kamu, apapun itu bunda pasti dukung kamu"
"Makasih bunda, aku ke kamar dulu ya..."
"Iya sayang, istirahat dulu sana"
~
Malam hari pun tiba, keluarga Gema baru saja tiba dikediaman Syera. Ada sekitar enam orang, yaitu Gema, orangtua Gema, tante Inggrid, om Yudha dan Yoga.
"Selamat datang calon besan, mari silahkan masuk" Ayah dan Wisnu menyambut kedatangan mereka.
"Ah terimakasih"
Mereka semua masuk, lalu duduk diruang tamu. Bunda dan Salma menyambut mereka dan ikut bergabung. Tidak lupa dengan sikecil Maaliq, yang ada di gendongan Salma.
"Pa..." Maaliq merengek saat melihat Wisnu, ingin digendong.
"Sini sayang" Wisnu mengecup kedua pipi gembul putranya, lalu membawanya duduk dipangkuan nya.
"Sal, tolong panggil Syera"
"Iya ayah"
Di kamar Syera...
"Syer, yuk kita keluar" ajak Salma.
Masih dengan posisi duduk di kursi depan meja rias, Syera tampak begitu gugup. Telapak tangan nya terasa dingin dan berkeringat.
"Mbak, aku gugup banget ini" dari suaranya pun sangat terdengar jelas kalau Syera benar-benar gugup.
"Rileks, tarik nafas terus buang pelan-pelan" Syera menarik nafasnya lalu menghembuskan perlahan.
"Udah lebih tenang?" Syera mengangguk.
"Sekarang, kita turun ke bawah, buat temuin calon suami kamu"
Cie calon suami, hehe.
Salma menggenggam tangan Syera, untuk mengurangi rasa gugup yang sedang melanda adik ipar nya tersebut. Gema terpesona saat melihat Syera menuruni anak tangga perlahan, tampilan dan makeup Syera yang terlihat sangat pas, tidak berlebihan.
"Cantik" satu kata yang keluar dari mulut Gema berhasil membuat semua orang tersenyum.
Syera duduk diantara ayah dan bunda, ia bahkan tak berani mengangkat Wajahnya, malu. Sejujurnya Gema begitu Gemas melihat Syera yang malu-malu, ingin sekali mencubit pipi Syera yang merona.
.
.
.
.
.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS WISNU
RomanceFollow dulu sebelum membaca, yang ngga suka skip aja! Chapter tidak urut. "Dia laki-laki baik, ibu sama ayah juga sudah mengenal keluarga nya" "Iya bu aku tahu, tapi kenapa harus mas wisnu?" "Memang kenapa dengan nak wisnu? Bukan nya kalian berdua...