"Tenanglah,ini Aku."

101 9 0
                                    

Zel berdiri menghadap ke jendela di ruangan  yang kini menjadi tempatnya di sekap,namun bedanya kali ini dia tidak di ikat justru dia bisa dengan leluasa berdiri melihat hutan lebat  melalui jendela ruangan itu yang berada di lantai dua gedung besar yang bekas dan kumuh itu.

Gedung itu terdiri dari banyak jendela,namun hanya jendela di ruangan itu yang terbuka dan membiarkan hembusan angin masuk menerpa kain hitam yang membalut kepala gadis itu.

Sebuah bulir air mata terjatuh dari mata nya.

Tak lama seseorang masuk,lelaki dengan pakaian Hoodie hitam beserta kain penutup wajah yang dia gunakan semenjak di dermaga itu.

Vander.

Zel menoleh karna mendengar suara pintu terbuka.

Setelah itu vander menurunkan tudung jaketnya,lalu membuka kain yang menutupi wajahnya.

"Kenapa kau menangis?,apa kau menyesali keputusanmu ini?hm?"tanya vander dengan suara beratnya.

"Aku menangis bukan karena aku menyesal ataupun lemah,tapi karna aku masih memiliki rasa,tidak seperti dirimu yang sudah mati rasa!"jawab zel dengan aura ketegarannya.

"Mungkin,jika ada anak kecil yang di penggal kepalanya di depan matamu,kau tidak akan peduli,itu yang dinamakan mati rasa,yaitu ketika kau sudah kehilangan hati nuranimu!"lanjutnya.

"Aku tidak seburuk itu zelira,kau tahu,awalnya ayahku tidak ingin menerima tawaranmu,karna dia berpikir bahwa meskipun kau menyerahkan diri kepada kami,tidak akan semudah itu juga kau akan memberitahu dimana kau menyembunyikan persenjataan itu kepada kami,

Namun aku membujuknya dengan satu hal,meskipun begitu tapi ketika kau sudah menyerahkan diri kepada kami maka kami bisa membuatmu menjadi zelira yang dulu,eksekutor di ELMADAV yang paling cantik dan mungkin kau juga akan menjadi yang paling cantik di antara banyaknya penjahat mafia di dunia ini."ucapnya dengan nada yang memuakkan beserta pujian menjijikkan yang dia sematkan.

Zelira tak menggubrisnya sama sekali dan dia membuang muka ke arah jendela seakan akan tidak ada yang sedang bicara dengannya.

"Zelira kau ini cantik,sayang kalau kau tutupi seperti ini."vander kembali berucap hal yang tak senonoh seraya berusaha menyentuh pundak gadis itu yang membelakanginya.

Sontak zelira langsung memelintir tangan vander hingga membuatnya sedikit kesakitan dan zelira melakukannya dengan tatapan yang begitu marah.

Vander menyungging tersenyum dan sorot matanya menyipit sinis.

"Aku hanya bercanda."ungkap lelaki itu setelah nya.

Lalu Zel melepas cengkeramannya pada tangan lelaki itu namun raut kemarahan belum hilang dari wajahnya.

"Malam ini kita akan menginap dulu di tempat ini dan besok kita akan berangkat ke bandara untuk terbang ke Jakarta,kau akan kami bawa menuju markas ELMADAV di Jakarta."lanjut vander mengganti topik segera.

"Kalian juga memiliki markas di Jakarta?"

"Benar sekali,dan keputusan kau dan juga keluargamu untuk melarikan diri dari Jogja ke Jakarta adalah kesalahan besar!"

Pantas saja mereka bisa dengan mudah menemukan keberadaan zelira dan keluarganya.

"Kenapa?,pasti kau sangat kaget karena upayamu untuk melarikan diri dari kami semuanya sia sia."telak vander tertawa begitu lepas.

Lantas vander kembali tenang dan kini menatap mata zelira begitu serius.

"Selamat datang kembali di ELMADAV,zelira!"ucap lelaki itu dengan tersenyum sinis.

ELMADAV:The Former Executor [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang