Penyamaran

63 5 0
                                    

"Atas meninggalnya adikmu,Rajawali."

Elang tersentak pelan,tak menyangka vander akan mengetahui hal itu.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

"Sepertinya kau tidak suka jika aku berbela sungkawa."sahut vander.

"Kau tidak perlu ikut campuri lagi urusan keluargaku,bukankah kau sudah hidup bahagia dengan ayah angkatmu,si Arian Kasvalu itu?"

"Kau tidak tahu apa apa soal dia."tepis vander cepat.

"Aku tahu vander,dia adalah orang yang sudah mempengaruhi dirimu hingga kau menjadi seperti ini."

"Aku tidak di pengaruhi,namun aku telah memilih jalan kehidupanku."

"Kehidupan yang salah,begitu?"

"Kau tidak ada hak untuk berkata seperti itu."

"Kenapa vander?,kenapa kau harus seperti ini,kenapa kau harus berada di pihak yang berbeda denganku?"

"Karna kita mungkin memang tidak di takdirkan untuk berada di pihak yang sama."ucap vander yang setelahnya dia langsung menendang elang hingga lelaki itu menyungkur jatuh ke tanah berumput itu dan vander lantas mengambil pistol yang sedari tadi dia sembunyikan dan menodongkan nya ke kepala elang yang belum sempat membangunkan dirinya.

"Hey!!"teriak Brama yang menunggu di mobil dan semuanya langsung keluar dari mobil seraya membidikkan senjata mengarah kepada vander.

Sedangkan satu orang prajurit tetap di mobil untuk menjaga tawanan.

"Kalau kalian menembak saya,maka saya juga akan menembak tentara ini."sarkas vander berteriak ke arah prajurit yang menodongkan senjata kepadanya.

"Apa yang kau mau?"tanya Brama mencoba bernegosiasi.

"Tinggalkan saya berdua dengan elang!"

"Tidak bisa."

"Saya sama sekali tidak takut mati,asalkan saya mati bersama prajurit terbaik anda ini,letnan elang."tukas vander menekan ucapannya.

"Capt, kalian semua pergi saja,biar dia saya yang urus."ucap elang menengahi yang dirinya masih dalam keadaan setengah berbaring.

"Tapi elang_"

"Kalian berada disini hanya akan membuang buang waktu,sedangkan Arian masih berkeliaran di luar sana."

Akhirnya dengan berat hati,Brama menyetujui dan memerintah semua prajuritnya untuk pergi dari tempat itu.

Dan mereka semua akhirnya pergi dan hanya menyisakan dua anak manusia itu.

"Kau puas?"tanya elang kepada vander dengan nafas nya yang begitu memburu.

"Sayangnya,aku belum puas."
_

Setelah bersusah payah memanjat bukit dengan berpegangan pada batang pohon,akar pohon dan segala apapun yang bisa membantu mereka untuk bisa kembali menaiki bukit supaya mereka bisa kembali naik ke atas setelah terjatuh ke dalam jurang.

Akhirnya zel dan Zian berhasil dan mereka terduduk begitu lelah dan tenaga mereka benar benar terkuras satu sama lain.

Zelira mendengus nafas lelah begitu keras dan wajahnya terlihat lemas begitupun juga dengan Zian.

"Kalau tahu bakal seperti ini,kakak sepertinya menyesal mengajakmu untuk lompat ke jurang."ucap zel di tengah nafasnya yang ter engah engah.

Kedua kakinya dia luruskan dan dia menundukkan kepalanya dengan kedua tangan bertumpu ke belakang.

Namun tidak seperti zel yang begitu menggerutu lelah,sedangkan Zian dia justru tak mengeluh lelah terlalu lama dan dia memilih untuk langsung berdiri.

"Kita tidak ada waktu untuk berkeluh seperti ini,berdirilah! kita harus segera pergi ke tempat lain!"ajak Zian mengulurkan tangan kepada sang kakak yang masih terduduk lelah.

ELMADAV:The Former Executor [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang