11 | rindang

845 62 4
                                    

Total tiga kue yang sudah Aris habiskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Total tiga kue yang sudah Aris habiskan. Satu kue coklat, satu kue vanilla-coklat, dan terakhir kue matcha. Sesekali dia menyuapi El yang mau tak mau harus menerimanya.

Melihat Aris, El agak lega. Sekarang Aris dapat makan apapun sebanyak apapun tanpa harus dikontrol oleh pria gila itu. Tak harus lagi Aris membuat tubuhnya sengsara hanya untuk mengikuti ucapan seorang lelaki tak waras.

Yang El tak tahu, Aris masih menyiksa tubuhnya.

Karena tahu hari ini dia akan makan begitu banyak kue, selama dua hari kemarin Aris puasa total. Hanya minum air mineral setidaknya enam liter per hari dan tidak makan apapun kecuali jus seledri yang dicampur timun dan perasan lemon. Trik ini sudah dari lama digunakan, bahkan digunakan juga oleh Sean dan Katrina.

Selama dua hari Aris puyeng dan saat berdiri untuk menunggu El pun sungguh rasanya dia hampir pingsan. Tapi semua terbayar begitu menyuapkan kue ke mulutnya. Puasanya tidak sia-sia.

"Hmmmm," Aris bergumam menikmati potongan kue matcha terakhir di mulutnya. "Udah ah, buat nanti lagi." Dia mengakhiri ucapannya dengan tawa kecil dan pundak yang bergerak naik hingga menyentuh pipi-pipi. Tak bisa dijelaskan betapa senang dirinya.

El memotret ekspresi itu dalam ingatannya, potret orang yang menikmati kuenya sampai tersenyum berseri-seri layaknya anak kecil yang baru pertama kali mencoba permen karet termanis di dunia.

"Oke. Kamu bisa bawa kuenya. Kotak kuenya aja ya, jangan bawa cooling box-nya juga, itu kan punya cafe. Nggak akan leleh kok kalau kamu langsung ke rumah dan nggak mampir kemanapun."

"Iya iya nanti gue bawa."

"Nanti?" El menaikkan alis.

"Iya nanti gue bawa pas mau pulang."

"Emang sekarang kamu mau ke mana?"

"Lah kan gue masih di sini," Aris menjawab seolah El adalah orang terbodoh di dunia.

"Katanya udah selesai makan kue?"

"Emang udah."

"Terus mau ngapain lagi?"

Aris mengerjap mata bodoh. Iya juga ya, mau apa lagi? Mengapa dia tak minat pergi walau sudah tak ada lagi hal penting dan berguna yang bisa dilakukannya dengan El?

"Gue sih mau nemenin lo aja. Nungguin adik lo sampe acaranya beres kan? Masih lumayan lama itu, empat jam lagi," Aris beralasan.

El hampir saja tertawa. Dia tahu alasan sebenarnya. Sebelum menyuruh Aris pergi pun dia sudah tahu Aris belum berniat pergi.

Membuang waktu El saja. Tapi tak apa, setidaknya El sedang berbuat baik mau menemani Aris yang sekarang tak punya teman dan belum bersosialisasi.

Ya, El sedang sedekah. Ah, baik sekali dirinya.

Cake & CakeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang