Berbeda dari semua orang yang lalu lalang, tampak jelas sibuk mengejar waktu karena memiliki tuntutan hidup masing-masing, wanita berambut hitam legam itu justru sedang terduduk tanpa semangat, wajahnya tertunduk dengan dua mata terpatri pada lututnya. Dia melamun cukup lama di sana, ditemani suara kesibukan duniawi dan gemericik air mancur kecil yang merupakan bagian dekorasi taman kota itu. Tapi dari itu semua, yang paling bising justru adalah kegaduhan di kepalanya sendiri.
Rasanya dia ingin melompat keluar dari raganya. Meninggalkan tubuh yang terlalu penuh dengan kegundahan tiada ujung.
Tak seperti angannya selama ini, rupanya tak mungkin untuk dia menikmati indah dan buruknya New York bersama Elliot selamanya.
Dia sudah yakin dia tak akan menikah, tak akan mempercayai hatinya kepada lelaki manapun lagi. Hal itu tak membuatnya terlalu sedih, lantaran dia masih memiliki teman yang bisa dia jadikan tempat bersandar—yaitu Elliot.
Namun ... mengetahui Elliot menyimpan rasa untuknya ... sudah jelas semua tak bisa kembali seperti semula.
Berakhir sudah pertemanan berumur tiga tahun yang amat dia sayangi itu.
Jika dia menerima perasaan Elliot, mereka akan jadi pasangan. Lalu setelah menjadi pasangan, akan ada kemungkinan mereka bisa menyudahi hubungan, dan itu berarti mereka akan menghilang dari kehidupan satu sama lain.
Jika dia menolak perasaan Elliot, bisa saja Elliot masih mau berteman dengannya. Tapi, semua tidak akan terasa sama. Akan ada kecanggungan yang selalu mengganggu benaknya. Bahkan mungkin Elliot akan berhenti memperlakukannya sebaik dulu.
Jadi apa?
Apa yang harus dia lakukan?
Ibaratnya, keputusan apapun yang nantinya diambil, dia sadar bahwa ini adalah situasi maju kena mundur kena.
"Aaaaaaargggghhhh!!" jeritnya tiba-tiba. Kedua tangannya mendarat di rambutnya, meremas frustrasi berharap gerakan itu dapat menghilangkan pening di kepala. "Okay, I need my morning coffee," ucapnya setengah berbisik setelah mengangkat wajahnya lagi. "And maybe I'll get some banana chiffon cake too. I deserve a hell lot of sweet treats for dealing with this bullshit called life!"
𓆩♡𓆪
Banana chiffon cake itu memanjakan lidah, tapi tak meringankan beban hatinya seperti yang dia harapkan.
Pada akhirnya dia berhenti berusaha mengusir pening di kepalanya, dan memilih untuk mempertimbangkan semua pilihan yang ada.
Benar-benar menyebalkan. Baru saja lelaki bernama Rigel Aji Tanudisastro itu enyah ditelan paus biru dan membiarkannya hidup tenang (lagi) tanpa gangguan, tapi sekarang dia dihadapkan dengan sahabat yang ternyata telah lama menyimpan rasa?
Ah, lucunya. Aris pasti akan tertawa kalau saja ini tidak amat menyedihkan.
Tunggu dulu ... dia jadi bingung, memangnya kapan Elliot mulai menyimpan perasaan untuknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cake & Cakey
Romance⚠️ 21+++ _______ Setelah mendengar kekasih dan sahabat terdekatnya mendesah bersama di tengah persenggamaan hebat, Searis Amaya hilang akal sehat lalu tidur dengan Rigel Batawirya. Lucu, pergulatan ranjang antara Aris dan Rigel itu terjadi padahal m...