45 | kota berbahaya

648 49 3
                                    

"Lantai berapa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Lantai berapa?"

"53 Kak."

"Oke." Aris menghembuskan napas panjang sebelum menekan tombol 53 di lift.

Keheningan mengisi lift yang kebetulan hanya menampung Aris dan Rynka itu. Suara mesin samar terdengar. Aris tak sabar ingin segera pulang sementara Rynka memikirkan bagaimana caranya membuat Aris diam lebih lama di apartemennya ini.

"Makasih banyak ya Kak. Maaf ngerepotin," ujar Rynka memecah kesunyian.

Aris tak repot menoleh pada Rynka. "Lain kali lo ati-ati kalo jalan sendirian. New York bisa lebih kejam dari Jakarta. Sama-sama banyak orang jahat tapi di sini senjata api dan senjata tajam udah bukan hal tabu. Kalo ada orang jahat yang kebetulan liat lo lengah kayak tadi, bisa-bisa lo udah dirampok."

"Iya aku tau Kak. Makanya aku berterimakasih banget sama Kak Aris."

Bagi Rynka, kebetulan ini adalah anugerah. Bisa dipertemukan lagi dengan Aris apalagi membawa wanita itu ke kediamannya dengan kakaknya adalah hal menyenangkan.

Hari ini, sejak pagi memang dia sudah berkeliling New York. El sedang ada urusan mendadak jadi mereka menjalani aktivitas berbeda—entahlah, katanya kakaknya itu hendak menemui kerabat lama Oma dan Opa yang kebetulan menetap permanen di New York, katanya akan membicarakan kerjasama bisnis juga.

Di sore hari, tepat lima menit sebelum jam menunjukkan pukul enam, Rynka tergelincir lalu tersimpuh. Beruntung itu terjadi di depan toko baju yang baru ditinggalkan oleh Aris. Aris yang menyaksikan itu awalnya enggan menghampiri, tapi rasa iba membuatnya menghampiri Rynka dan mengulurkan tangan.

Memang dia ingin menjauhi diri dari apapun yang berhubungan dengan El. Tapi manusia macam apa dirinya kalau sampai hati meninggalkan gadis muda yang masih asing dengan New York dalam keadaan seperti itu? Bagaimanapun juga, mereka masih saudara se-Tanah Air.

Apartemen tempat tinggal El dan Rynka tidak jauh dari sana, kira-kira hanya 150 meter. Jadi sekalian saja Rynka minta dituntun ke tempat tinggalnya.

Aris sempat menolak, tapi Rynka merengek dan itu menarik perhatian. Aris yang tak mau dianggap sebagai orang jahat pada akhirnya terpaksa mengiyakan permintaan Rynka.

"Kakak lo...," pertanyaan Aris terhenti sejenak. Dia menimbang haruskah mengutarakan pertanyaan itu. "Kakak lo ada di rumah?"

"Hmm ... nggak ada kok Kak. Dari pagi Kakak pergi soalnya ada urusan bisnis. Katanya baru pulang sekitar jam delapan malem."

"Oh." Bagus lah, batin Aris.

Ding! Suara lift menandakan mereka telah tiba di lantai tujuan.

Aris menggantungkan lengan Rynka pada bahunya, kemudian perlahan menuntun Rynka keluar dari lift. "Ke kanan atau kiri nih?" tanyanya.

"Kiri Kak," jawab Rynka.

Tak lama kemudian keduanya tiba di depan pintu bertuliskan 'Unit 2'. Rynka bergegas menekan tombol yang merupakan password di kunci otomatis. Pintu terbuka dan Rynka berinisiatif melangkah duluan tanpa melepas rangkulannya pada Aris. Sengaja dia lakukan itu. Dia ingin Aris juga ikut masuk ke apartemennya.

Cake & CakeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang