35 | keluarga

557 50 0
                                    

PAGI ITU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



PAGI ITU...

Mendiang?

Pernyataan itu menarik perhatiannya.

Jadi ... ibunya sudah meninggal?

Penampilan dan kendaraan yang digunakan oleh pria asing itu tampak meyakinkan, bukan kendaraan orang pada umumnya. Jelas mereka bukan orang iseng kan?

Karena ingin mengetahui kejelasan, dia mengizinkan Adi Romo dan satu orang lainnya untuk masuk ke rumahnya, kemhdian mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu.

Tatapan Adi Romo sulit dimengerti. Pria itu mengamati setiap inci rumah, seolah mencari jejak-jejak Lilian Tanudisastro yang mungkin akan ada di potret. Ketika tak mendapat apapun, dia menghela nafas, tampaknya telah memprediksi hal itu sebelumnya.

"Saya adalah pengacara keluarga untuk keluarga Tanudisastro, keluarga dari mendiang Nyonya Lilian Tanudisastro yang telah berpulang minggu lalu," Adi Romo mengulang perkenalan dirinya.

El menatap Rully, alih-alih pertanda sedih, yang ada justru sesuatu yang tampak seperti kepanikan. Gerak-gerik tubuhnya menunjukkan orang yang ingin segera pergi menghindari perkumpulan ini. Sementara itu, Jessica dan Rynka terlihat menunggu penasaran, ingin mengetahui ucapan Adi Romo yang berikutnya.

"Oke, terimakasih atas kabar baiknya," ucap El cepat. Hatinya bertepuk tangan mengetahui wanita jahat itu sudah tiada ditelan maut. Salahkah dia kalau tak merasa sedih mendengar kepergian ibunya?

Adi tersenyum profesional. Dia sudah tahu keluarga Bratadikara tidak akan menampilkan sedih kehilangan. "Saya ke sini untuk menyampaikan hal lain juga."

"Apa itu?" tanya Rynka tak sabar.

"Selain untuk menyampaikan tentang kematiannya, saya di sini karena perintah untuk menyampaikan tentang warisan yang ditinggalkannya."

Ruang itu sunyi seketika. "Harta?" tanya El akhirnya, nadanya meledek.

Lanjutan penjelasan Adi Romo terdengar, "Beliau memberikan semua aset dan hartanya kepada anak sulungnya yaitu Anda, saudara Rigel."

Berkali-kali pria di samping Adi mencuri pandang ke arah Rully, mencoba mengamati sosok ayah yang telah mencekoki anak-anak ini dengan segunung kebohongan.

"Nyonya Lilian ... setelah dia meninggalkan rumah ini, dia kembali ke kediaman keluarganya. Beliau menghabiskan waktunya di sana dengan bekerja. Di umurnya yang sudah tua, tanpa pikir panjang beliau sudah membuat wasiat dan pembagian harta atas semua yang beliau miliki. Nyonya Lilian menekankan agar pengumuman warisan dilakukan secepat mungkin setelah beliau dikebumikan."

"Jadi dia udah dikubur?" tanya Rynka buru-buru.

Adi mengangguk. "Benar. Beliau sudah dikebumikan satu hari setelah tanggal kematiannya, sesuai permintaan beliau." Kekecewaan timbul di dada Adi Romo. Pikirnya, anak-anak mendiang Lilian akan menanyakan akibat kematian ibu sendiri. Nyatanya mereka tampak sama sekali tak peduli.

Cake & CakeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang