28 | meja keluarga

575 35 0
                                    

━ [author's note] ༉‧₊˚✧  ‍━━━━━━━━━━━━━━━

maaf note-nya di awal.

maaf juga ini baru ganti cover lagi 🤧 dari kemarin bingung ga bisa bikin cover yang bagus. untuk sementara ini dulu deh ya, mungkin nanti aku ganti lagi wkwkwkkw semoga gak sebel ya liatnya.

makasih banget buat yang udah baca sejauh ini. maaf kalau membosankan atau beda banget sama cerita aku yang dulu, karena memang ini ide baru yang bener2 jauh sama apa yang aku bikin dulu.

beberapa hari ke depan, hotelieur akan aku publish chapter pertamanya, siapa tau ada yang mau baca juga. cerita itu jenisnya mirip sama tulisan lamaku kok hehe.

pokoknya makasih bgt buat yang selalu baca & support 🥲🥰💙🦋 terharu banget loh. aku ngerasain lagi building audiens dari nol habis hiatus bertahun-tahun gini. bener-bener terimakasih bgt pokoknya ke yang udah mau baca!

semoga februari kalian sejauh ini menyenangkan ya!

━━━━━━━━━━━━━━━

Dikiranya hal ini tak akan pernah terulang lagi; lelaki yang marah lalu pergi dan tak mengabari, mendiamkannya padahal dia sudah menjelaskan dan meminta maaf atas kesalahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Dikiranya hal ini tak akan pernah terulang lagi; lelaki yang marah lalu pergi dan tak mengabari, mendiamkannya padahal dia sudah menjelaskan dan meminta maaf atas kesalahannya.

Seolah masa-masanya dengan Sean terputar lagi. Dulu, hal seperti ini kerap terjadi tiap kali Sean tahu Aris tak menjaga ketat apa yang dikonsumsinya. Perkiraan Aris sebelumnya, ini tak akan mungkin dialaminya dengan El. Nyatanya dia salah besar.

Pria itu pergi dan sengaja tak mengabari. Sudah dua hari tak datang mengunjungi. Cih, membalas pesan pun tak sudi walau terlihat tanda online pada profil WhatsApp-nya. Telpon tak diangkat, apalagi video call. Dua hari ini tak ada komunikasi bentuk apapun antara dirinya dan sang pacar.

Dalam hubungan ini, Aris sempat khawatir tiap kali El menunjukkan kecemburuannya. Pekerjaan Aris menuntutnya untuk memiliki kontak dengan penggemar—dan dia punya banyak penggemar lelaki. Tapi Aris mengalah dan selalu melakukan apapun yang El minta—yaitu sebisa mungkin meminimalisir kontak dengan lelaki lain.

Kata El, sebagai lelaki, dia tahu apa yang ada di pikiran lelaki lain.

Begitupun Aris sebenarnya sering merasa cemburu. Kekasihnya memiliki paras tampan, aura masa bodohnya justru membuat wanita lain semakin tertarik. Tak sekali dua kali beberapa wanita dari hotel tempat El bekerja datang untuk makan di Antares Cafe hanya untuk mencari kesempatan berbincang dengan El di luar tempat kerja. Bahkan pelanggan kafe yang baru pertama kali datang sering terkesima lalu meminta alamat media sosial El lewat pegawai yang berjaga di konter.

Fakta mengganggu itu tak pernah Aris utarakan pada sang pria. Dia paham El punya kehidupan lain selain dirinya. Dia tidak berniat memutus hubungan sosial El hanya karena mereka sudah bersama. Jalinan kasih bukanlah jaminan tanda kepemilikan.

Cake & CakeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang