52 | menjadi dewasa

546 30 6
                                    

Waktu berlalu juga, tiba masanya untuk Aris dan ayahnya mengucapkan selamat tinggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu berlalu juga, tiba masanya untuk Aris dan ayahnya mengucapkan selamat tinggal. Ayahnya menawarkan untuk mengantar pulang ke apartemennya, Aris menolak halus, memberi alasan masih banyak aktivitas penting yang harus dia selesaikan. Sempat Aris tangkap minat ayahnya untuk memaksa, untung pria tua itu mengurungkan niat.

Setelah merengkuh satu sama lain dalam pelukan lama—yang menurut Aris amat menyiksa—keduanya mengucapkan selamat tinggal dan melangkah ke arah berbeda. Dylan Vernier memasuki mobil yang kemudian membawanya menjauh, Aris berdiri beberapa saat untuk memperhatikan detik-detik waktu memperluas jarak antara dia dan ayahnya.

Rasanya lega.

Tapi sakit juga.

Jalanan New York di sore itu cukup ramai. Aris tak biasanya mau berjalan terlalu lama. Tapi kali ini dia melakukannya sebagai upaya untuk meredam kebisingan di kepalanya serta rasa sesak di benak.

Begitu aneh perasaannya. Rindu bercampur amarah. Rasa sayang bercampur jijik. Dia ingin tidur di pelukan ayahnya seperti anak kecil lagi ... tapi dia juga ingin meninju pria tua itu agar dia dapat merasakan sakit yang dulu dirasakan oleh mendiang ibunya.

Waktu adalah hal yang paling kejam. Semakin dewasa, semakin dia mengerti separah apa kejahatan yang ayahnya lakukan dulu. Di saat bersamaan, dia juga tahu, dalam diam, pasti ayahnya menyesali semua. Dylan adalah ayah yang baik walaupun dia pernah menjadi suami yang keji. Tapi fakta itu tidak begitu saja memusnahkan amarah yang terpendam dalam dada Aris.

Dia pikir pindah ke New York akan membuat semuanya lebih ringan. Nyatanya kehidupan jauh dari Tanah Air malah semakin membuka matanya. Kesendirian membuatnya semakin sering merenung. Pendewasaan pikiran membawanya pada kesadaran yang pahit, membuatnya tidak bisa lagi mengacuhkan perselingkuhan ayahnya dulu—sesuatu yang dia lakukan dengan mudah sejak remaja sampai usia 25.

Aris memutuskan untuk menaruh jeda pada ajang mengasihani diri itu. Dia tak ingin menangis heboh di jalanan. Dia akan lanjut berjalan setelah duduk sejenak dan menjernihkan pikiran. Mungkin lebih bagus kalau dia menelepon Elliot—astaga, dia kan sedang menghindari sahabatnya itu! Harus mencari siapa ya ... Sarah? Duh, wanita binal itu lagi. Pasti Sarah sedang sibuk dengan apapun aktivitas rempongnya. Entah mengerjakan tugas, berkencan, merencanakan pesta, atau sekedar sedang melakukan road-trip.

Ketika Aris menghentikan langkahnya dan mengedar pandangan ke sekitar, dia tak mengenali sekelilingnya.

Terlalu lama dia berjalan kaki sembari melamun.

New York memang tidak se-magical yang terlihat di acara televisi, banyak sudut yang kacau, kumuh dan bau. Tapi selama ini Aris selalu melewati jalur-jalur yang yah ... terhitung estetik. Sudut terjelek yang pernah dilihatnya masih bisa dibilang manusiawi; komplek apartemen tempat tinggalnya kan terletak di kawasan mewah.

Well, kali ini dia tertimpa sial.

Ugh! Bau pesingnya benar-benar memicu muntah!

Aris tidak kuat lagi. Baru saja dia hendak memutar tubuh untuk angkat kaki, mendadak saja seseorang menahan lengannya dengan kasar.

Cake & CakeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang