53 | tulang semua

642 33 2
                                    

"Udah malem

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah malem. Nggak pulang?"

El menahan senyum. Bagaimana dia bisa pulang kalau Aris memeluknya seerat ini? Cukup lama wanita itu mengubur wajahnya di dada El—memang karena El juga mendekap dalam.

"Kamu mau saya pergi?" El ingin berlama-lama, tapi dia ingat ucapan Alvin. Dia tidak boleh terlalu memaksakan.

"Hemm," Aris sekedar membuang napas pendek.

"Saya pulangnya nanti aja. Nungguin diusir."

Dih? Aris menahan tawa.

Ada kebahagiaan tak bisa ditampung dalam El. Sulit dipercaya dia bisa memeluk Aris seperti ini tanpa terlibat dalam pertengkaran dulu. Seperti ada kembang api yang akhirnya mengudara dan menunjukkan warna-warna indahnya. Rasanya hangat dan membuat dada berdesir. Dia tak ingin melepas pelukan ini. Tak yakin dia akan rela melepas dan pergi dari sini apabila Aris sudah mulai jengah akan kehadirannya.

Terbayang orang-orang yang biasanya menganggapnya sebagai sosok pemimpin berwibawa melihatnya tak berdaya berada dalam genggaman seorang wanita. Mungkin dia akan dianggap sebagai lelaki loyo, tapi jujur saja dia tak peduli.

Krukkkkkkkkk....

Ya ampun. Perut sialan, Aris mengutuk perutnya yang sembarangan mengeluarkan suara keroncongan.

"Kamu punya bahan makanan apa di kulkas? Mau saya masakin?" El menawarkan setelah terjadi keheningan beberapa saat. "Atau mau pesan? Kamu punya restoran langganan yang kamu sukai di sini?"

"Males makan."

"Ya pantas kamu kurusan gini."

"Masa sih? Gue enggak kurusan deh. Biasa aja."

Aris menempelkan wajahnya lebih dalam di dada El, membuat jantung El berdebar sedikit lebih kencang. El yakin Aris bisa mendengar pola detak jantungnya, El tidak peduli, dia tidak malu apalagi ingin menyembunyikan perasaannya. Biar saja Aris tahu seperti apa dampak yang Aris miliki atas dirinya.

"Jelas-jelas kurusan." El mencubit pinggang Aris dengan halus. "Hampir tulang semua."

"Aduh, geli!" protes Aris. Wanita itu mengangkat kepalanya dan menatap El tersinggung. "Normal tau buat mahasiswa turun berat badan. Lo sendiri pernah jalanin kuliah kan? Stressnya kayak apa, pressurenya kayak apa. Meski jurusan yang lo pilih memang jurusan idaman."

Itu benar. El ingat sekali tekanan yang dihadapinya dulu. Apalagi saat itu dia harus mencari biaya kuliah sendiri sekaligus membiayai Rynka. Tubuhnya saat kuliah pun kurus kering.

Tunggu, jangan bilang Aris mengalami kesulitan finansial di sini? Apartemen ini bagus dan mewah, New York University juga adalah perguruan tinggi yang biayanya tidak murah. Apakah Aris sama sekali tidak bergantung pada ayahnya? Dari mana pendapatan Aris semenjak tidak menjadi YouTuber lagi?

Cake & CakeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang