22 | ombak

678 56 3
                                    

Ditemani ribuan bintang yang berpendar kelap-kelip, bulan sabit meminjamkan cahayanya untuk langit gelap gulita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Ditemani ribuan bintang yang berpendar kelap-kelip, bulan sabit meminjamkan cahayanya untuk langit gelap gulita. Deburan ombak terdengar berisik namun merdu di telinga. Angin malam bertiup membawa aroma air laut, mengacak rambut dan membuat menggigil. Burung-burung yang tadi siang mengepakkan sayap sibuk menyusuri langit kini tak ada jejaknya.

Pantai itu sepi, tak ada siapapun selain sepasang sejoli yang duduk di bibir pantai. Awalnya mereka bersenda gurau lalu berakhir saling mencumbu bibir.

Pria itu marah kepada angin malam yang seolah ingin memisahkan dia dari sang kekasih, mengacak rambut panjang perempuannya, membuat helai-helai panjang menghalangi dirinya untuk melumat sepasang bibir indah itu dalam damai.

Perempuan berambut abu itu melepas ciuman, menjauhkan wajahnya. "Ih, anginnya gede banget," ucapnya lalu melempar pandangan ke laut tak terbatas di hadapan.

"Sini," ucap si lelaki, tangannya merebut dagu perempuan itu dan dia berusaha mencium bibirnya lagi. "Kiss me."

"I think we've kissed long enough...."

"Cium lagi," paksa El berusaha menangkup wajah Aris yang berusaha melepaskan diri.

"Nggak mauuuuu...," rengek Aris sembari menyingkirkan tangan El. "Capek."

Setelah El menariknya pergi dari hadapan lelaki tak dikenal bernama Elliot itu, El membawanya ke kamar sewaan mereka dan. Di situ bibir Aris diserang tanpa ampun, berlanjut menelanjanginya lalu menikmati tubuhnya secara menggebu-gebu.

Alvin, Alissa dan dua pegawai lain yang ikut berlibur kebingungan mencari keduanya, namun ketika Alvin menghampiri pintu kamar El dan mendengar kegaduhan di dalamnya, Alvin mengerti apa yang terjadi. Jadi, dia mengajak yang lainnya untuk kembali menikmati hari mereka.

Sebelum itu, Alvin dan yang lainnya sempat melihat Aris berbincang dengan lelaki tak dikenal. Awalnya El tengah asyik membicarakan tentang budget untuk menu baru, namun sekejap saja suasana wajahnya berubah setelah menilik kedekatan Aris dan seorang lelaki. Sambil menyaksikan El yang membawa Aris pergi, mereka cekikikan saking terpana melihat tingkah sang bos. Ajaib kan? Bos yang biasanya dingin dan tanpa ekspresi ... bisa menampilkan kecemburuan seperti itu.

Matahari sudah lama tenggelam dan jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Alvin dan yang lainnya sedang membakar daging di penginapan kecil yang mereka sewa bersama, dan El membawa Aris ke pantai. Dia ingin kembali mencicipi bibir Aris tanpa gangguan. Tak mungkin kan dia membawa Aris ke kamar saat yang lainnya ada di ruang tamu? Bisa-bisa mereka diledek.

"Sini," pinta El lagi, nadanya lebih mirip mengancam. "Ck, sini nggak kamu."

Aris terus menghindar. Bibirnya hampir kelu, warnanya sudah sangat merah karena terus-menerus menerima lumatan dan gigitan ganas dari El.

"Udah," rengek Aris lebih keras. "Pegel bibir gue."

El mengamati bibir Aris. Memang bibir kesukaannya itu tampak bengkak sekarang. El mendengus, melepaskan pegangannya pada wajah dan tubuh Aris. Dia menyisir rambutnya dengan jemari. Sial, dia benar-benar masih ingin berciuman. Belum puas rasanya menyentuh Aris walau sudah dua kali orgasme siang tadi. Bahkan kalau boleh jujur... sekarang celananya kembali terasa ketat dan kemaluannya mulai menegang.

Cake & CakeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang