Chapter 8. Jangan Selingkuh

7.4K 476 10
                                    

Tanpa terasa, sudah kembali hari Jumat. Karina baru saja keluar dari gedung kantornya. Ia langsung bergegas menaiki mobil mewah yang sudah menunggunya dan menjemputnya disini, seperti biasa.

Karina akan menuju ke kantor perusahaan keluarga Evan dimana tunangannya bekerja. Ia memang selalu menghampiri Evan kesana tiap memasuki akhir pekan.

Sembari mobil mewah itu berjalan, Karina bersandar dan menatap ke arah luar. Ia melihat kendaraan lain yang meramaikan jalanan.

Pikiran Karina melayang, membuat renungan tercipta di dalam dirinya.

Kehidupan yang mewah, karir yang menjanjikan, serta calon suami kaya raya, semua itu sudah Karina dapatkan sekarang. Lalu kenapa hidup Karina masih terasa sama seperti sebelumnya? kenapa lelah masih ia rasakan setiap harinya?

Mobil akhirnya sampai. Karinapun turun setelah dibukakan pintu oleh security. Ia tak perlu lagi diantar sebab dirinya sudah cukup sering datang kesini.

Setelah naik menggunakan lift, Karina langsung berjalan ke arah ruangan Evan. Terdengar suara obrolan di dalam. Iapun mengetuk pintu.

"Masuk."

Karina membuka pintu itu dan masuk ke dalam. Ia melihat calon suaminya bersama dua karyawan yang juga berada di dalam ruangan, yaitu Dian dan Mia.

"Lagi sibuk ya?" tanya Karina, melihat mereka yang sedang berdiskusi di area sofa.

"Enggak kok, ayo masuk." Evan menjawab kemudian laki-laki itu berdiri dan berjalan ke arah mejanya.

Karina sudah tahu apa yang hendak Evan ambil dari mejanya. Sudah beberapa kali juga ia meminta laki-laki ini tak melakukan hal tersebut, namun Evan tetap saja melakukannya.

Evan memberikan bouquet bunga segar kepada tunangannya. Laki-laki itu tersenyum meskipun Karina menunjukkan wajah lelah.

"Rumahku sampe wangi terus setiap hari," ucap Karina.

Evan terkekeh geli kemudian ia mendekat dan mengecup pipi Karina.

"Makasih udah nyamperin aku, sayang," bisik Evan dan diangguki oleh Karina.

Dian yang masih berada di sofa tak kuasa tersenyum menyaksikannya. Ia juga menyadari Evan yang selalu memberikan bunga pada Karina tanpa peduli seberapa seringpun mereka bertemu.

Sementara Mia hanya terdiam dan tak memperhatikan. Perempuan itu fokus pada berkas-berkas di meja yang tadi mereka diskusikan.

"Kamu masih sibuk, lanjutin aja dulu," ucap Karina, melihat ke arah sofa.

"Enggak kok, udah selesai diskusinya, tapi habis ini aku sama Yohanes mau menghadap papa di ruangannya, jadi kamu tunggu sebentar disini gakpapa ya?"

"Gakpapa," jawab Karina.

"Yaudah, ayo Dian." Evan mengajak sekretarisnya yang biasa menemaninya tiap bertemu dengan sang ayah untuk membicarakan soal pekerjaan.

Dian segera berdiri sambil membawa berkas yang diperlukan dari meja. Setelah itu ia berjalan menuju pintu.

Sementara Evan menatap ke arah Mia, asistennya yang masih duduk di sofa.

"Mia, kamu tunggu di ruanganmu aja," ucap Evan, meminta Mia keluar dari ruangan ini agar Karina bisa beristirahat sendiri.

"Baik pak," jawab Mia yang juga berdiri dan hendak berjalan pergi.

Namun Karina tiba-tiba berucap, membuat semua orang terhenti dan menengok ke arahnya.

"Mia biar disini aja Van," ucap Karina.

"Tapi kamu bukannya mau istirahat? kamu bisa tidur siang sebentar kalo mau," tutur Evan.

mysaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang