Karina dan Evan kembali tertawa dalam obrolan mereka. Keduanya kini berjalan ke arah gerbang rumah.
Senyuman lebar di bibir Karina seketika hilang, setelah ia melihat siapa laki-laki yang berdiri di depan gerbang rumahnya.
Karina pikir, itu adalah kurir paket. Ia tidak menyadari bahwa laki-laki itu adalah mantan kekasihnya.
"Siapa?" tanya Evan, memperhatikan Wira di depan sana.
Karina menghela nafasnya kasar. "Gak tau, ayo, anterin sampe pintu," pintanya.
Evan mengangguk-angguk, kemudian merekapun berjalan menuju ke gerbang.
Evan masih memperhatikan laki-laki yang berdiri di depan gerbang tersebut. Ketika pintu gerbang sudah terbuka, ia tidak langsung masuk dan masih menatap ke laki-laki itu.
"Cari siapa ya?" tanya Evan dengan ramah, sambil menahan tangan Karina yang sudah terlihat jengkel dan ingin buru-buru masuk ke dalam gerbang.
Sementara Wira kini tak bisa berucap. Rasa sesak di dadanya benar-benar parah hingga ia tak bisa menunjukkan ekspresi apapun selain keterdiaman.
Ini adalah pertama kalinya Wira melihat perempuan yang begitu ia cintai, berpegangan tangan dengan laki-laki lain. Ia tak menyangka rasanya akan sesakit ini, jauh lebih sakit dibanding ketika ia mendengar Karina mengucapkan kalimat kejam itu padanya.
"Cari Karina," ucap Wira akhirnya, setelah terdiam membeku di dekat mereka berdua.
"Apa gua boleh ngobrol sebentar, sama Karina?" tanya Wira, berusaha menahan diri meskipun tak menyangka akan ada titik dimana ia harus meminta izin pada laki-laki lain, hanya untuk berbicara pada perempuan yang sudah seperti belahan jiwa baginya.
Kini Evan seketika menatap Karina, kekasihnya yang memutar bola mata dan terlihat kesal.
"Ngapain?" tanya Karina, menatap tajam ke arah Wira.
"Aku mau ngobrol sama kamu, sebentar aja," jawab Wira.
"Wira, ini Evan, calon suami aku," ucap Karina, membuat kedua mata Wira seketika membulat.
"Aku udah punya calon suami, Wira, kenapa kamu masih aja berpikiran untuk dateng keisni dan ngobrol berdua sama calon istri orang? apa kamu gak ngerasa segan??"
Wira langsung bungkam dan terdiam membeku di tempatnya. Jantungnya berdebar begitu kencang dan membuatnya kesulitan bernafas.
Sementara Evan kini mulai memahami situasi yang terjadi. Mungkinkah laki-laki ini adalah mantan kekasih Karina? yang dulu ia ceritakan?
"Karina-"
"Udah cukup, we're done, you and me are dead, It's over," ucap Karina, beberapa kali menegaskan pada Wira bahwa tak ada lagi yang tersisa di dalam hubungan mereka.
"Ayo Evan," ajak Karina, kemudian menarik tangan Evan dan melanjutkan jalannya ke arah pintu rumah, meninggalkan Wira yang kini terdiam memperhatiakn mereka berdua.
Kedua mata Wira kembali membendungkan air. Laku-laki itu menunduk perlahan.
Sepertinya, Made benar. Wira tak seharusnya berjuang sekeras ini, disaat perempuan yang ingin ia perjuangi sudah membuangnya tanpa rasa kasihan sedikitpun.
Karina adalah belahan jiwanya, namun sayang, perempuan itu sudah tidak menganggapnya sama. Karina sudah memiliki belahan jiwanya sendiri, yang artinya Wira harus pulang dan menghapus sedikit harapan yang masih tersisa di dalam dirinya.
***
"Sorry about it, baby."
Saat ini, Karina dan Evan sudah berada di dalam ruang tamu. Karina mengajak Evan masuk terlebih dahulu hingga Wira pergi dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
mysavior
RomantiekKarina meninggalkan Wira, kekasihnya yang setia namun tak bergelimang harta. Perempuan berdarah Bali itu memilih dipersunting oleh Evan, si kaya raya yang tak pernah cukup dengan satu wanita, namun ia yakini merupakan penyelamat dalam hidupnya. ⚠️CW...